Minggu, 05 Juli 2009

Steve Jobs - Kekuatan Kesederhanaan Dan Visi Jauh Ke Depan

Oleh : Team Andriewongso.com

Anda pasti mengenal produk Mac, iPod, dan yang terakhir iPhone. Ketiga produk itu adalah
brand yang sangat terkenal dari perusahaan Apple Inc. Bahkan, Apple saat ini dianggap sebagai
salah satu perusahaan paling berpengaruh dalam perkembangan teknologi dunia. Lantas, apa
sebenarnya kunci sukses dari Apple dalam menciptakan inovasi teknologi tersebut?
Adalah sosok Steve Jobs, sang pendiri Apple lah yang memiliki visi jauh ke depan sehingga
membuat Apple menjadi perusahaan yang sangat disegani hingga kini. Namun, jika menengok
kisah Steve, kita sebenarnya bisa melihat betapa ia adalah sosok pengagum kesederhanaan
dan keindahan. Inilah dua kunci dasar - selain visinya ke depan - yang membuat Apple berhasil
mematahkan dominasi Microsoftnya Bill Gates.
Bagi Anda yang sudah akrab dengan beberapa produk Apple, pasti segera tahu betapa produk
Apple sangat sederhana dan user friendly. Namun, meski sederhana, bentuknya sangat elegan.
Inilah yang membuat Apple selalu punya penggemar fanatik. Tentu, hal ini tak bisa lepas dari
sentuhan tangan dingin sang pendiri, Steve Jobs.
Steve Jobs lahir pada 24 Februari 1955 dari seorang ibu berkebangsaan Amerika, Joanne Carole
Schieble, dan ayah berkebangsaan Syria, Abdulfattah "John" Jandali. Namun, saat dilahirkan, ia
segera diadopsi oleh pasangan Paul dan Clara Jobs. Sejak kecil, Jobs sudah menunjukkan
ketertarikannya pada peranti elektronik. Bahkan, dia pernah menelepon William Hewlett -
presiden Hewlett Packard - untuk meminta beberapa komponen elektronik untuk tugas sekolah.
Hal itu justru membuatnya ditawari bekerja sambilan selama libur musim panas. Di Hewlett-
Packard Company inilah ia bertemu dengan Steve Wozniak, yang jadi partnernya mendirikan
Apple.
IQ-nya yang tinggi membuat Steve ikut kelas percepatan. Tapi, ia sering diskors gara-gara
tingkahnya yang nakal - meledakkan mercon hingga melepas ular di kelas. Di usianya yang ke-
17, ia kuliah di Reed College, Portland, Oregon. Namun, ia drop out setelah satu semester.
Meski begitu, ia tetap mengikuti kelas kaligrafi di universitas tersebut. Hal itulah yang
membuatnya sangat mencintai keindahan.
Tahun 1974 ia kembali ke California. Ia bekerja di perusahaan game Atari bersama Steve
Wozniak. Suatu ketika, Steve Jobs tertarik pada komputer desain Wozniak. Ia pun membujuk
Wozniak untuk mendirikan perusahaan komputer. Dan, sejak itulah, tepatnya 1 April 1976, di
usinya yang ke-21, Steve mendirikan Apple Computer. Singkat cerita, kisah sukses segera
menjadi bagian hidupnya bersama Apple.
Namun, saat perusahaan itu berkembang, dewan direksi Apple justru memecat Steve karena
dianggap terlalu ambisius. Sebuah pemecatan dari perusahaan yang didirikannya sendiri. Meski
sempat merasa down, karena kecintaannya pada teknologi, ia pun segera bangkit. Steve
mendirikan NeXT Computer. Tak lama, ia pun membeli perusahaan film animasi Pixar. Dari
kedua perusahaan itulah namanya kembali berkibar. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang
terjadi pada Apple. Perusahaan itu justru di ambang kebangkrutan.
Saat itulah, Steve kembali ke Apple, hasil dari akuisisi Apple terhadap NeXT. Banyak orang
yang meramalkan Steve tak kan lagi mampu mengangkat Apple. Steve menanggapinya dengan
dingin. "Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya
mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan
adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian
besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah
melakukan apa yang kita yakini," sebut Steve.
Kecintaan inilah yang mengantarkan Steve kembali mengorbitkan Apple ke jajaran elit produsen
alat teknologi papan atas. iPod dan iPhone saat ini menjadi produk yang sangat laris di pasaran.
Visinya ke depan juga membuat iTunes, sukses jadi toko musik digital paling sukses di dunia. Ia
menjawab keraguan orang dengan kerja nyata dan hasil gemilang. Bentuk indah, elegan,
sederhana, namun powerful, menjadi ciri khas produk Apple hingga saat ini.
Kecintaan kita pada apa yang kita lakukan akan menjadi jalan kita menuju kesuksesan. Hal
itulah yang dibuktikan oleh sosok Steve Jobs. Bahkan, meski ia sempat terpuruk dan "diusir"
dari perusahaannya sendiri, kecintaannya pada teknologi membuatnya kembali. Inilah bukti
nyata bahwa jika kita mencintai pekerjaan kita dengan sepenuh hati, hasil yang dicapai pun
akan jauh lebih maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar