Minggu, 05 Juli 2009

Putera Sampoerna

Oleh : Team Andriewongso.com

Siapa yang tidak kenal dengan Putera Sampoerna? Ya, Putera sempat mencengangkan publik
dengan langkahnya melepaskan seluruh saham Sampoerna Group ke Philip Morris Internasional
beberapa tahun silam. Berbagai kisah mengiringi keputusan kontroversialnya. Tapi, setelah
sekian lama, terbukti bahwa langkah yang ditempuhnya sudah dipikirkan dengan matang.
Buktinya, walau sudah melepaskan saham Sampoerna, Putera justru kian sukses. Pria kelahiran
Schimdam, Belanda, 13 Oktober 1947 bertenger di urutan kelima pengusaha terkaya di
Indonesia versi GLOBE Magazine 2008 dengan total kekayaan US$ 2.42 miliar.
Sebelum memimpin PT. HM Sampoerna, generasi ketiga Sampoerna ini lebih dulu berkiprah di
sebuah perusahaan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura
bersama istrinya Katie, warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa. Dia mulai bergabung
dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam tahun kemudian Putera menjabat
sebagai CEO menggantikan Aga Sampoerna, sang ayah.
Setelah ayahnya meninggal pada tahun 1994, Putera semakin aktif menggenjot perusahaan.
Putera mengelola perusahaan keluarga ini secara profesional dengan dukungan manajer
profesional. Putera dikenal luwes dalam menjalankan roda perusahaannya. Ia tidak hanya lihai
dalam melakukan inovasi produk inti perusahaan yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang
bisnis di segmen usaha lain.
Putera di antaranya berhasil mengekspansi bisnis seperti supermarket dengan mengakuisi Alfa
dan mendirikan Bank Sampoerna pada tahun 1980-an. Sayang, bisnis perbankannya ini jeblok.
Namun, satu inovasi yang paling diingat orang sampai saat ini adalah gebrakan Putera
meluncurkan A Mild, rokok rendah nikotin pertama di Indonesia. Inilah yang menunjukkan
Putera sebagai seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan.
Sensasinya membuat rokok rendah nikotin akhirnya diikuti oleh banyak perusahaan rokok lain.
Tetapi, sensasi paling mengagetkan dari kiprah Putera Sampoerna adalah adalah keputusan
menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk sebanyak 40 % ke Philip
Morris Internasional pada bulan Maret 2005. Inilah keputusan yang dianggap merubah sejarah
perusahaan keluarga yang dirintis kakeknya. Padahal saat itu, perusahaan rokok Sampoerna
sedang dalam posisi yang sangat baik yaitu menguasai 19,4 % pasar rokok di Indonesia dengan
laba bersih Rp15 triliun. Putera berani melepas zona nyamannya di bisnis rokok untuk
menjemput pasar masa depan dengan mengubah langkah bisnisnya dari rokok ke argoindustri
dan infrastruktur. Apakah langkahnya kali ini mampu tetap membuatnya jadi pengusaha sukses
di Indonesia? Kita tunggu saja kiprahnya.
Putera Sampoerna, generasi ketiga keluarga Sampoerna ini memang seorang pebisnis yang
sangat visioner. Dengan kelihaian melihat pangsa pasar membuat Sampoerna bertengger
menjadi perusahaan rokok yang sangat besar di Indonesia. Keputusan sensasionalnya membuat
dirinya justru semakin berkibar di jajaran pengusaha besar Indonesia. Langkah mengubah
haluan dari ‘zona nyaman' untuk mencari terobosan ke depan patut dijadikan contoh, bahwa
keputusan berani kadang perlu diambil untuk mencapai tingkat sukses berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar