Minggu, 05 Juli 2009

Eka Tjipta Widjaja - Pendiri Sinar Mas Grup

Selasa, 10-Juni-2008; 08:37:39 WIB

Oleh : Team Andriewongso.com

Siapa yang tidak kenal dengan Eka Tjipta Widjaja? Ya, Eka merupakan pendiri Sinar Mas Grup
yang kini bertengger di posisi ketiga dalam daftar sepuluh orang terkaya di Indonesia versi
majalah Globe Asia 2008 dengan total kekayaan U$ 3,8 miliar. Tentu saja kesuksesan yang
diraih Eka dicapai dengan penuh perjuangan dan kerja keras dari usia belia.
Jiwa bisnisnya sudah telihat ketika ia berusia sembilan tahun. Saat itu, Eka dan keluarganya
hidup dalam kemiskinan. Eka pun membantu sang ayah berjualan di Ujung Pandang untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Eka pun berjualan dari rumah ke rumah. Walaupun hanya dapat
berkomunikasi dalam bahasa Hokkian, Eka tidak patah semangat untuk berjualan. Ia banyak
menggunakan bahasa "Tarzan", yaitu dengan menujuk-nunjuk atau menggunakan bahasa tubuh
untuk menjual barang bawaannya.
Karena terdidik dengan pola sebagai pedagang, ia pun memutuskan untuk berusaha sendiri
pada usia yang masih sangat belia, 15 tahun. Usaha pertama yang dilakukannya adalah menjual
biskuit dan gula-gula. Namun karena tidak ada modal, Eka lantas bermaksud mengambil barang
dulu dan kelak setelah menjadi uang baru dibayar. Tentunya, ia tak langsung dipercaya. Ia
banyak sekali mendapat penolakan di beberapa toko grosir.
Ditolak di beberapa grosir tak membuatnya berputus asa. Eka pun menaruh jaminan ijazah SD
sebagai identitas untuk bisa mengambil barang-barang dagangannya. Dengan cara ini, ia pun
pelan-pelan bisa mendapat kepercayaan mengambil barang tanpa harus membayar di muka,
meski barang yang bisa dijual tidak banyak. Kala itu, ia mendapat jatah empat buah kaleng
biskuit dan gula-gula kembang senilai 21,50 gulden. Dengan barang jualan itu, ia selalu
bersemangat berjualan dengan bersepeda ke toko-toko di wilayah Makasar. Pelan tapi pasti,
usaha ini terus berkembang hingga akhirnya ia bisa berjualan dengan menyewa becak.
Saat mulai berkembang, bisnisnya sempat goncang. Ketika Jepang masuk Makasar tahun 1941,
ia jatuh miskin lagi. Tetapi Eka memang tipikal orang yang pantang menyerah. Meski jatuh
berkali-kali, ia tetap semangat membangun kembali usahanya. Saat itulah ia melihat truk-truk
tentara Jepang yang sedang membuang bongkahan. Eka melihat sak-sak tepung terigu, semen,
besi-besi bekas, dan merasa barang-barang itu merupakan peluang bisnis yang bisa digarap
untuk kembali membangun usaha. Barang-barang bekas tersebut lantas dibawanya kembali ke
rumah, dibungkus seperti semula, kemudian dijualnya. Perkiraannya ternyata tepat. Barang
bekas itu ternyata laku.
Itulah gambaran keuletan seorang Eka Tjipta. Figurnya memang dikenal pantang menyerah.
Dengan kekayaan mental itu, usaha demi usaha yang dirintis oleh Eka berbuah manis. Kini,
dengan Sinar Mas-nya, ia telah memiliki empat sayap bisnis utama yang meliputi bisnis
finansial, bubur kertas (pulp) dan kertas, agrobisnis, dan real estate. Bisnis keuangan
dikendalikan Sinar Mas Multiartha, sementara usaha pulp di bawah Asia Pulp & Paper.
Sementara itu, kelompok agrobisnis dikendalikan Smart Corp dan propertinya ada di bawah
kendali Duta Pertiwi.
Eka bukan hanya memiliki jiwa bisnis, namun ia juga memiliki jiwa sosial. Untuk itu Eka
mendirikan yayasan "Eka Tjipta Foundation" sebagai bentuk kepedulian sosialnya. Eka berusaha
menunjukkan kepedulian dengan mendirikan sebuah organisasi nirlaba yang di antaranya
memberikan perhatian pada persoalan pembangunan sosial kemasyarakatan.
Berada ditengah-tengah perekonomian keluarga yang sulit membuat Eka harus berjuang
membantu orangtua mencukupi kebutuhan mereka. Semangat dan tekad yang kuat untuk
membantu keluarganya berbuah manis. Berbagai pengalaman pahit dalam berdagang ia jalani
dengan sikap optimis. Eka merupakan sosok yang tidak mudah putus asa dan pantang
menyerah. Ketika gagal ia mampu untuk bangkit lagi. Bangkit dengan membaca peluang yang
ada disekitarnya. Kekayaan mental seperti inilah yang perlu selalu kita miliki untuk menjadi
seorang pemenang, dalam segala bidang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar