Minggu, 09 Agustus 2009

Jual Brownies Asyiknya Ramai-Ramai

Monday, 08 October 2007

Brownies di mana saja rasanya hampir sama. Strategilah yang menentukan laku tidaknya cake ini. Andri Hidayat punya resep, di antaranya pemasaran secara gotong royong. Russanti Lubis

Brownies, sebenarnya hanyalah cake cokelat yang bantat atau gagal mengembang, sehingga teksturnya agak keras. Tapi, karena nikmat disantap, terutama sebagai teman minum kopi atau teh, banyak orang yang berminat untuk membeli dan merasakannya. Dan, layaknya hukum ekonomi di mana ada permintaan di situ ada persediaan, maka ketika peminat brownies (khususnya brownies kukus, red.) membludak, di sisi lain banyak orang yang ramai-ramai terjun ke bisnis kue yang lahir dari ketidaksengajaan itu. Seiring dengan berjalannya waktu, pasar bisnis kue nan legit ini pun kini semakin sesak.

Ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami, begitulah gambaran padat dan rumitnya bisnis makanan yang mirip kue bolu ini. Karena itu, para pengusaha brownies harus pandai-pandai berstrategi agar nasib apes tak menghampiri, misalnya dengan memberi keragaman rasa yang tidak melulu cokelat tetapi dikombinasikan dengan keju, kacang-kacangan, atau buah-buahan kering. Upaya senada juga dilakukan Andri Hidayat yang memulai usaha browniesnya di tempat tinggalnya, Batam, hampir dua tahun lalu. Untuk menghindari kejenuhan para pelanggannya, ia memberi beberapa variasi rasa pada browniesnya seperti Original Sweet Brownies, Strawberry Brown, BanaChessee Brownies, ChocoChessee Brownies, Pandani Chessee, dan Crazy Chessee.

“Mengenai rasa, saya pikir tergantung pada selera masing-masing orang. Tapi, perbedaan yang paling menyolok antara brownies saya dengan brownies-brownies lain, terletak pada kemasannya yang menarik sehingga eye catching. Di samping itu, brownies yang saya tawarkan menggunakan topping,” kata Andri yang menamai brownies-nya Sundae Brownies. Strategi ini ternyata cukup berhasil. Buktinya, brownies berukuran 10 cm x 30 cm x 4 cm yang ditawarkan dengan harga Rp20 ribu sampai Rp25 ribu itu, terjual laris manis bak kacang goreng, walau waktu itu masih dalam masa percobaan alias hanya ditawarkan di lingkungan kerjanya.

“Setelah usaha ini berjalan empat bulan, saya mulai berpikir untuk membesarkannya. Karena, dengan peralatan yang serba sederhana, sangatlah sulit untuk memenuhi permintaan pasar. Terobsesi dengan hal ini, saya mencari dan akhirnya menemukan investor. Kepada mereka, saya menawarkan kerja sama sistem bagi hasil 40%:60%, dengan dana investasi Rp60 juta,” jelas pria yang untuk bisnisnya ini hanya menanamkan modal sebesar Rp30 ribu, dengan perhitungan Rp15 ribu digunakan untuk modal berputar sedangkan sisanya disimpan untuk dana cadangan.

Secara konten, tidak ada perbedaan antara brownies yang satu dengan yang lain. Sebab, memiliki resep dasar yang hampir sama. Tapi, bila brownies yang satu lebih laku daripada yang lain, tentu ada “resep” lain yang menyertainya. Ambil contoh, Sundae Brownies yang diproduksi sebanyak 5.000 loyang/bulan dan hampir semuanya terjual. “Alhamdulillah, selama ini nyaris tidak ada retur. Kalau pun ada, persentasinya sangat kecil,” kata Andri, yang menargetkan akhir tahun ini dapat berproduksi sebanyak 15 ribu loyang/bulan atau 500 loyang/hari.
Resepnya? “Saya melakukan tiga tahap pemasaran. Pertama, saya memasok Sundae Brownies ke berbagai koperasi perusahaan di sekitar kompleks industri Batamindo,” ujarnya. Hal ini, ia lakukan karena sebagai pendatang baru dalam dunia cake, ia sama sekali tidak memiliki latar belakang kuliner. Tapi, dengan modal nekad, ia mencoba menembus dan melakukan penetrasi pasar dengan menjadikan Kawasan Industri Batamindo sebagai target. “Sebab, di sana berkumpul komunitas yang sangat banyak, sekitar 100 ribu penduduk Batam bekerja di sana. Saya beranggapan bahwa suatu saat mereka akan tertarik mencoba Sundae Brownies,” imbuhnya.

Namun, ia terkendala oleh harga jual yang sangat minim. “Harga per loyang saat itu Rp9.600,-. Lalu, saya potong menjadi 12 pieces dan saya masukkan ke koperasi di sana dengan harga Rp800,-/piece. Saya yakin, suatu saat ketika jumlah produksi saya sudah meningkat, saya bisa mendapat keuntungan dari selisih harga bahan dengan harga eceran ini. Karena itu, saya tidak pernah meninggalkan pangsa pasar ini dan tetap menjual dengan harga lama, meski harga bahan sudah melambung, mengingat berkat mereka, saya mampu melakukan penetrasi pasar Batam,” katanya tentang sistem pemasaran yang dinamainya Gotong Royong.

Kedua, Andri menggunakan sistem pemasaran yang diistilahkannya Kemitraan yaitu merekrut beberapa karyawan di beberapa pabrik untuk mejadi marketer usahanya, di tempat mereka bekerja. Saat ini, ia sudah memiliki sekitar 20 marketer aktif. “Asumsi saya, dengan besarnya pangsa pasar Batamindo yang merupakan konsentrasi penduduk di hampir seluruh pelosok Batam, pasti banyak yang tertarik ikut memasarkan Sundae Brownies ke rekan atau kerabat mereka. Dari sinilah, tercetus ide untuk menjadikan mereka agen atau mitra kami dengan asumsi rabat 20%,” jelasnya.

Untuk lebih menguatkan branding, ia menggunakan tahap pemasaran yang ketiga yaitu sistem pemasaran dengan membuka gerai di berbagai mal di Batam, mulai tahun 2007. Saat ini, Sundae Brownies sudah dapat dijumpai di Nagoya Hill, Batam Square Mall, dan Terminal Ferry Batam Center. “Target saya, akhir tahun ini bisa membuka empat gerai lagi di mal-mal yang lain dan Titik Keluar Masuk Batam,” tegas Andri, yang dengan strategi ini meraup omset sekitar Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan.

Untuk mendongkrak omset, sekaligus mengatasi persaingan dengan brownies-brownies lain, ia berencana meluncurkan beberapa program reward. “Tahap pertama program ini yaitu ‘Beli Sundae Brownies Kukus Pulang Dapat Motor’. Lantas, untuk tahun 2008, program ‘Buy 1 Get 1 Free’ dengan menggandeng produk ternama sebagai mitra kami,” ungkap laki-laki yang juga berencana menembus Jakarta dan Bandung, yang dikenal sebagai biangnya brownies, dengan sistem kepung benteng. “Mula-mula, kami akan mengokohkan diri dulu di setiap daerah, kemudian mengepung Jakarta dan Bandung,” jelasnya. Benar kata pepatah, banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk sukses.

sumber majalah pengusaha

1 komentar:


  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus