Rabu, 05 Agustus 2009

Berbagi Malah Untung

Entrepreneurship, Inspirasi, Tips Bisnis


Posted ons August 2, 2009 |

Beberapa kali dalam beberapa kesempatan saya dapat pertanyaan mengenai blog Virtual Consulting yang secara berkala menulis berbagai strategi pemasaran di dunia maya. ”Apa tidak khawatir kalau tulisan itu dibaca pesaing, sehingga mereka makin pintar dan bisa menjadi pesaing tangguh? Apa tidak takut jika blog itu justru melahirkan perusahaan-perusahaan baru seperti Virtual Consulting?” Pertama kali mendengar pertanyaan itu beberapa tahun lalu saya terkaget-kaget lantaran tidak pernah sekali pun pertanyaan itu terlintas di benak saya.

Namun, setelah sekian banyak bertemu dengan banyak orang, termasuk para pengusaha kecil menengah, saya baru sadar bahwa ada diantara mereka yang berpikiran seperti itu. “Saya tidak mau berbagi ilmu dengan karyawan saya pak. Kapok. Sekali mereka pintar, mereka membangun usaha sendiri dan menjadi pesaing langsung.”

Di acara Milad kedua TDA (Tangan di Atas) Malang, Minggu 2 Agustus 2009, pun ada kisah serupa. Seorang pengusaha kesal karena karyawan andalannya dibajak (bahkan kemudian dinikahi) pesaingnya. Dalam tempo cepat, pesaingnya itu bisa melakukan banyak hal seperti usahanya berkat dukungan mantan karyawannya itu.

Ya, apa boleh buat, pernik-pernik cerita seperti itu akan selalu ada. Namun itu tidak mengurangi niat saya, juga banyak pihak yang saya kenal seperti Roni Yuzirman dan pengusaha TDA lain, untuk terus berbagi ilmu dan inspirasi.

Kenapa saya dan lainnya tidak takut? Ini jawaban pribadi saya ketika diundang sebagai pembicara di acara Milad kedua TDA (Tangan di Atas) Malang kemarin, dengan tema Online Entrepreneurship.






Pertama, karena dengan berbagi kita malah kian pintar.

Saya ceritakan betapa saya sangat pintar ketika SMP namun agak bodoh ketika di Perguruan Tinggi. Ijazah SMP saya didominasi angka 10, 9 dan 8. Sebaliknya, nilai kuliah saya didominasi oleh D dan C. Mengapa itu terjadi? Antara lain,karena pada saat SMP saya memiliki teman yang selalu memaksa saya untuk mengajari mata pelajaran yang kurang ia pahami. Saya terpaksa belajar lebih banyak agar bisa menjelaskannya dengan mudah dan cepat. Saya merasa bersalah dan malu kalau tidak bisa mengajarinya. Karena terpaksa belajar ekstra, saya cepat paham apapun materi pelajaran di kelas. Saya termasuk siswa pintar saat itu.

Namun, ketika masuk Perguruan Tinggi, semua teman saya pintar-pintar, bahkan sebagian besar lebih pintar dari saya. Akibatnya, saya tidak dipaksa belajar untuk mengajari orang lain. Celakanya (dan bodohnya), saya jarang mau belajar ke orang lain. Hasilnya, Indeks Prestasi (IP) saya di bawah rata-rata.

Artinya apa? Di saat kita memberi (ilmu) ke orang lain, tentu saja ilmu kita harus lebih tinggi dari ilmu orang yang meminta. Membagi (ilmu) memaksa kita untuk lebih pintar. Silahkan ganti kata ilmu itu dengan kata lain, misalnya harta.

Kedua, karena dengan berbagi itu malah meringankan kita.

Menjadi pengusaha itu ibarat masuk penjara. Mengapa? Karena banyak perusahaan yang akhirnya tidak jalan ketika ditinggal sang pengusaha. Sebagian besar karyawan sangat tergantung pada pengusaha (owner yang sekaligus jadi CEO). Ditinggal sebentar saja manajemen jadi kacau lantaran satu lapis di bawah CEO nya tidak dapat (berani) mengambil keputusan.

Ya, itulah penjara pengusaha: ketergantungan hampir 100% kepada dirinya sebagai pemilik sekaligus top manajemen.

Satu-satunya cara lepas dari penjara itu adalah membangun SDM yang hebat. Lapis pertama di bawah CEO harus diisi oleh orang-orang yang memiliki ilmu yang tidak terpaut jauh dari CEO nya. Plus, mereka harus memiliki semangat dan visi yang nyaris sama.

berbagi

Tugas pemilik sekaligus top manajemen perusahaan itulah yang membangun ilmu dan etos kerja mereka. Dan itu kuncinya ada di kemauan untuk berbagi.

Bagaimana kalau kemudian orang-orang pintar didikan kita itu pergi? Sepanjang kita sudah melalukan berbagai upaya pencegahan, dan tetap tidak bisa ditahan, ya relakanlah pergi. Dukunglah dia agar sukses di tempat barunya. Karyawan itu ibarat air. Jika air itu cenderung mencari tempat yang lebih rendah karena gravitasi, maka karyawan itu cenderung mencari tempat yang lebih tinggi dari kombinasi berbagai faktor, baik dari sisi gaji, kenyamanan kerja, citra perusahaan maupun yang lainnya.

Ditinggal mitra kerja, karyawa dibajak pesaing, adalah risiko pengusaha. Dan pengusaha harus melakukan banyak hal untuk memperkecil risiko itu. Namun kalau pengusaha pelit ilmu, dia akan selamanya terjebak dalam penjara pengusaha: yakni ketergantungan 100% dari seluruh karyawan dan organisasi terhadap dirinya sebagai pengusaha dan top manajemen.

Tentu saja, selalu ada batas dalam berbagi. Ada hal-hal yang tidak boleh atau tidak bisa dibagi, baik itu dari segi etika maupun strategi bisnis. Silahkan Anda tentukan sendiri batasnya.
Di sini pastinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar