Minggu, 09 Agustus 2009

Belasan Juta dari Bengkel tanpa Plang Nama

Monday, 09 July 2007

Jangan sepelekan penghasilan bengkel rumahan yang seringkali tanpa papan nama. Seorang mantan pereli, Bintang Adi Kusuma bisa menangguk belasan juta dari bengkelnya. Fitra Iskandar

Di komplek Bumi Harapan Permai (BHP) di bilangan Duku Jakarta Timur terdapat bengkel “tanpa plang” dan di kelola secara sederhana. Meski dibuka di lingkungan yang sepi, toh, setiap hari ada saja satu-dua mobil yang menunggu giliran diperbaiki. Bukan bisnis yang besar memang, namun sebagai sebuah usaha, bengkel “tanpa plang” atau sebut saja bengkel rumahan ini cukup produktif menjadi sumber pemasukan yang juga tidak bisa dibilang kecil. Setidaknya Bintang Adi Kusuma pemilik bengkel rumahan ini ia mengaku setiap hari sekurangnya dua mobil parkir di halaman rumahnya yang ia fungsikan sebagai bengkel, sehingga hasilnya tidak kurang dari Rp 15 juta.
Meskipun tidak membuka bengkel secara terang-terangan, Bintang juga tidak melakukan promosi sedikit pun untuk menjaring pelanggan. Ia hanya mengandalkan word of mouth (buah bibir) dari para relasi yang mengaku puas dengan hasil kerjanya. Awalnya, pelanggan yang datang adalah para kenalannya sewaktu masih aktif di dunia reli. Namun seiring waktu pelanggannya berkembang, tidak hanya teman-temannya mantan pereli saja yang mempercayakan mobilnya di bengkel rumahan Bintang namun pelanggan baru pun berdatangan.” Kalau dulu hanya kerabat saja yang mereparasi mobil di sini, sekarang justru banyak pelanggan baru,” ungkap Bintang.

Menurut Bintang, membuka bengkel rumahan banyak keuntungannya. Pertama. tidak perlu menyiapkan dana untuk sewa tempat yang tentu bisa mencapai biaya puluhan juta. Yang kedua, bengkel tak perlu diberi aksesoris seperti billboard, etalase dan display suku cadang.
“Membuka bengkel di rumah modalnya sangat minim,dan nggak repot. Beda jika membuka bengkel umum (konvensional), modalnya bisa untuk keperluan lain seperti memberi tools set dan menggaji teknisi” kiat Bintang.
Selain itu, biaya operasional perbulan bengkel rumahan juga kecil. Bintang mengaku pengeluaran belanja bengkelnya sebulan tak lebih dari Rp 5 juta. Rinciannya Rp 3,5 juta untuk gaji 3 orang karyawan. Listrik Rp 400 ribu. Air PAM Rp 200 ribu. Sisanya untuk membeli kebutuhan tambahan seperti, minyak rem, minyak tanah, gemuk dan lem. keseluruhanya berkisar Rp 200 ribu.
Untuk modal awal yang diperlukannya adalah perkakas standar. Bintang membeli sebuah kompresor seharga Rp 3,5 juta, toolset Dowidat ( Buatan Jerman) Rp 27 juta, 2 buah bor Rp 2 juta, 2 gerinda Rp 1,1 juta. Lainnya bing, dongkrak dan tracker gear box Rp 2,5 juta. “Jadi investasi keseluruhan untuk peralatan nilainya sekitar Rp 48 juta,” terang Bintang.
Namun pengeluaran itu pun sejatinya bisa dikurangi. Kiatnya membeli peralatan yang berasal dari Jepang atau Taiwan. “Harganya bisa separuh di bawah yang buatan Jerman. Namun lebih baik membeli toolset yang baik kualitasnya.sebab secara jangka panjang akan lebih menguntungkan karena lebih awet,” terang pria kelahiran 1956 ini.

Lalu bagaimana dengan strategi usahanya? Meskipun tidak membuka bengkel secara terang-terangan untuk menjaring pelanggan, Bintang hanya mengandalkan relasi dan informasi dari mulut ke mulut. Kebetulan Bintang yang seorang mantan superviser mekanik reli tim Humpus memiliki banyak teman yang mengenal keahliannya dalam memperbaiki kendaraan.
“Bengkel ini sebenarnya usaha yang kebetulan. Saat saya berhenti dari reli tim Humpus, saya ingin istirahat, tapi teman saya nitip mobil ke saya, lama–lama banyak yang ikut nitip, ya akhirnya keterusan sampai sekarang,” tukas Bintang yang juga mantan pereli yang tergabung di Club Speed Driver di dekade 80-an ini.

Salah satu promosi yang dapat menarik pelanggan, yang dilakukan Bintang adalah, memberikan pelayanan yang ekstra kepada para pemilik mobil yang mempercayakan perbaikan di bengkelnya. Menurut Bintang banyak cara yang bisa dilakukan. Seperti memberi informasi yang menyeluruh mengenai kondisi mobil yang sedang diperbaiki.memberikan masukan kepada pemilik mobil mengenai apa saja yang perlu di perbaiki dan berbagai solusinya. Dengan demikian menurut Bintang pelanggan akan merasa puas dan bisa mempertimbangkan sendiri penanganan apa yang ia butuhkan terhadap mobilnya yang tentunya disesuaikan dengan kondisi keuangan pelanggan.



Hal kedua yang diperhatikan Bintang adalah masalah kebersihan bengkel. Menurutnya selama ini orang salah beranggapan bahwa bengkel yang kotor adalah lumrah. Padahal kualitas pekerjaan perbaikan tidak bisa dipisahkan dari unsur kebersihan tempat kerja dan pekerja bengkelnya itu sendiri. Contoh kecil, di bengkelnya, Bintang ‘mengharamkan’ kepada ketiga karyawannya untuk melangkahi pekerjaannya sebab bisa jadi pasir yang jatuh dari sepatu masuk kedalam mesin dan akan berpengaruh terhadap kerja mesin.
Lainnya, pemilik bengkel harus terbuka dan menjaga kepercayaan pelanggan. Untuk usaha bengkel rumahan, menurutnya, kepercayaan adalah modal penting. Sebab dengan kepercayaan bengkelnya akan semakin dikenal luas.” Jangan memikirkan untuk jangka pendek, kalau pelanggan sudah percaya biar jauh, dia akan tetap mempercayakan mobilnya kepada bengkel kita,” ujar Bintang Namun namanya juga bengkel rumahan tidak setiap mobil yang masuk ke bengkel bisa ditangani, disebabkan lahan parkir yang tidak begitu luas. Di bengkelnya Bintang hanya menampung maksimal 5 unit mobil, 3 di dalam garasinya dan 2 di luar pagar. ” Kalau lebih dari itu kita tidak enak sama tetangga, namanya juga bengkel rumahan,” selorohnya Untuk masalah Biaya perbaikan, Bintang mematok ongkos pengerjaan berdasarkan waktu dan tingkat kesulitan perbaikan.

Tips Membuka Bengkel Rumahan
1. Terbuka dan Jujur terhadap pelanggan mengenai waktu pengerjaan dan biaya
2. Memberikan Informasi yang menyeluruh kepada Pelanggan mengenai kondisi mobil
3. Menjaga Kebersihan tempat kerja dan mobil pelanggan saat bekerja

Analisa Bisnis Bengkel Rumahan

Sumber Majalah pengusaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar