Jumat, 17 April 2009

I Am A Slow Doer, Slow Thinker


I Am A Slow Doer, Slow Thinker
di Minggu, Januari 04, 2009 9 komentar Kategori: Life, Mindset
Saya tersenyum simpul membaca postingan Pak Hasan ini. Ia menulis, "Saya lihat Pak Roni tidak terlihat bekerja keras seperti yang saya lakukan. Pembawaannya tenang, tidak grusa grusu. Langkahnya tidak banyak, namun sekali tembak langsung kena. Malas tapi sukses sekali".


Pak Hasan menilai saya cukup tepat, kecuali penilaian "malas tapi sukses sekali". Itu tidak benar.



Saya tidak malas, tapi cenderung lebih lambat. Saya belum sukses sekali, tapi insya Allah menuju ke sana. Amiiin...



Tepatnya, saya adalah seorang yang "slow doer", mengerjakan segala sesuatunya dengan tempo yang lebih lambat. Mungkin itu sudah bawaan dari kecil, sudah karakter saya. Saya suka dengan seni, baik itu seni rupa, sastra, musik. Untuk menikmati itu perlu memperlambat tempo gerak kita. Saya juga suka merenung, berpikir. Dan itu butuh situasi yang mendukung.



Saya makan dan mengunyah dengan lambat. Bagi teman-teman yang pernah makan semeja dengan saya pasti tahu. Saya sering paling terakhir menyelesaikan prosesi makan itu.



Meski begitu, jika dibutuhkan, saya pun bisa bergerak cepat. Ibarat elang yang terbang santai mengintai ikan di atas permukaan laut, ketika mangsa terlihat, langsung disergapnya dengan gerakan yang sangat cepat.



Ternyata, saya tidak sendirian. Belakangan saya mengetahui bahwa gaya hidup "slow" itu tengah mewabah di negara-negara maju sana. Mereka mulai merasa muak dengan segala nafsu untuk mempercepat segalanya. Bekerja lebih cepat, makan lebih cepat, berjalan lebih cepat, teknologi serba cepat, komunikasi cepat, kaya lebih cepat, sekolah lebih cepat, bahkan berhubungan seks pun inginnya lebih cepat juga. Kalau bisa semuanya dirangkul sekaligus. Orang yang bisa bekerja secara multitasking dibilang hebat. Padahal di balik itu, ia mungkin saja stres.



Akhirnya mereka mempertanyakan, apa sih yang dicari dengan obsesi mempercepat semua hal ini? Endingnya apa, di balik semua keinginan serba cepat itu? Apakah dengan serba cepat anda bisa lebih bahagia? Apakah dengan serba cepat anda bisa menikmati hidup? Belum tentu.



Lihatlah, alam ini semuanya berproses perlahan. Pohon ditanam, dipelihara, dirawat dan setelah sekian tahun baru bisa dimanfaatkan buah atau kayunya. Itu sunnatullah. Upaya-upaya untuk mempercepat proses itu biasanya mengandung risiko di baliknya.



Kapitalisme, yang diawali dengan revolusi industri adalah biang keladinya, argumen kelompok ini. Semuanya dinilai dengan standar pencapaian kuantitatif, lebih cepat, lebih besar, lebih banyak dan sebagainya.



Saya sebagai pribadi, tentu punya preferensi, gaya hidup mana yang cocok dengan karakter saya. Saya pernah menjalani masa-masa di mana semuanya harus dilakukan serba cepat dan multi tasking. Itu di saat awal menikah dulu. Di mana beberapa bisnis dijalankan sekaligus.



Saya merasa sangat tidak nyaman. Ini bukan aslinya saya. Tapi pertanyaannya, bisakah saya tetap sukses, kaya dengan memperlambat tempo gerak saya? Rasanya tidak mungkin. Orang-orang sukses di sekeliling saya adalah para "speed doer". Mereka bergerak cepat, berpikir cepat. Otaknya "panas" terus.



Kemudian saya pun membuat kriteria sukses dengan ukuran saya sendiri. Saya ubah sudut pandangnya. Saya mungkin tidak sekaya dia, tapi saya mungkin lebih menikmati hidup dibandingkan dia. Hidup ini adalah pilihan.



Hasilnya? Ternyata dua-duanya pun bisa didapat. Ternyata dengan berpikir dan bertindak lebih lambat, tidak berarti saya ketinggalan kereta di banding yang lain. Tahun ini kinerja bisnis saya meningkat cukup signifikan, meski pun saya tidak banyak ekspansi, buka cabang dan sebagainya.



Kuncinya adalah mengubah sudut pandang, mengubah prioritas hidup kita. Gunakan kompas, bukan peta, kata Stephen Shapiro. Orang yang mengandalkan peta, meski pun ia melakukannya dengan cepat, bisa saja tersesat, karena ia melupakan kompas. Orang yang mengandalkan kompas sekaligus peta, walau pun lebih lambat, ia akan tiba di tujuan dengan selamat.



Salam FUUNtastic!
Wassalam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar