Senin, 20 April 2009

Hikmah Sedekah: Mendahulukan Ibu (Ortu)

[daarut-tauhiid] Hikmah Sedekah: Mendahulukan Ibu (Ortu)
Ima Azzahra
Tue, 05 Sep 2006 09:45:11 -0700

Mendahulukan Ibu

Ibu Yeni, seorang anggota DPR mengisahkan pengalamannya mengenai sedekah yang
membawa keberkahan baginya. Kejadian ini dialaminya sekitar bulan Agustus tahun
2001 yang lalu. Saat itu ia mendapat undangan seminar di Sumatra Selatan.
Karena masih masa nifas dan membawa anak bungsunya yang kala itu masih berusia
35 hari, ia memutuskan membawa ibunya.

Bukan main senangnya sang ibu dibawa pelesiran naik pesawat. Maklum saja,
tahun 1972 waktu naik haji, ia cuma naik kapal laut. Di pesawat tak henti
ibunda tercintanya menyatakan kesenangannya naik pesawat.

“Alhamdulillah... kesampaian juga Ibu naik pesawat,��� syukurnya. Yeni
yang duduk di sebelahnya tersenyum.
“Coba Buya (ayah) masih hidup ya... dia pasti senang naik pesawat kayak
gini,��� tuturnya lagi dengan mata berkaca-kaca. Yeni menoleh dan
mengusap pundak ibunda tercintanya.

“Sudahlah Bu, Buya pasti sudah bahagia sekarang. Selama hidup Buya kan sangat
baik, maka Allah pasti melimpahkan kebahagiaan padanya...���
“Yah...��� Ibu menganguk-angguk, “Buya emang baik....���
lanjutnya sendu.
Tidak lama kemudian mereka tiba di bandara dan diantar oleh panitia ke sebuah
penginapan yang sederhana. Ibunya nampak sangat bahagia. Untuk menyenangkan
hatinya, Yeni memesankan makanan kesukaannya.

“Dimakan, Bu...��� kata Yeni. Ibunya mengangguk dan mulai makan dengan
lahap.

Keesokan harinya saat Yeni ikut seminar, Ibu menjaga cucunya yang masih merah
di penginapan. Seminar itu untunglah tidak begitu lama. Jeda makan siang,
mereka diajak makan di sebuah restoran khas Sumatra Selatan. Konon restoran ini
biasa ditongkrongi oleh para pejabat dari pusat.

Memang suasananya sangat asri, bertingkat dua, dan Subhanallah makanan yang
tersaji juga terasa sangat nikmat.
“Pepes ikan dengan duriannya enak sekali, Yen...��� Ibu memberikan
penilaian seraya makan dengan lahap.

“Kalau di Tangerang, daerah kita durian cuma untuk Kinca teman makan ketan
ya, ternyata buat pepes juga enak,��� imbuhnya kemudian.
“Alhamdulillah... kita di sini jadi nambah ilmu kan, Bu?��� balas Yeni
tersenyum.

Selesai makan, mereka menuju penginapan lagi untuk berkemas. Ya, mereka harus
kembali ke Jakarta hari itu juga. Sebelum berangkat, Yeni memeriksa sebuah
bungkusan yang diberikan panitia saat seminar tadi.

“Subhanallah... bagus amat nih kain sutra?��� desisnya takjub sambil
menyidik bahan itu dengan teliti. Yeni bertekad akan menjahitnya setiba di
Jakarta nanti.

Saking indahnya kain tersebut, di pesawatpun Yeni tak kuasa membayangkannya.
Menjahitnya menjadi baju muslimah yang indah yang akan dikenakannya pada
event-event tertentu. Tapi sejenak kemudian hati kecilnya berkata, “Berikan
saja pada ibumu....���

“Bagaimana, ya.... bagus banget sih?��� sekilas bathinnya tak rela.
Rupanya syetan sedang merasuki niat baiknya.
“Sudah... kasih Ibu saja, supaya dia senang, kamu kan bisa beli nanti
lagi...��� hati kecilnya kembali berkata.

Sejenak Yeni merasa bimbang. Terus-terang saja, ia sangat ingin memiliki
bahan itu untuk dirinya. Sudah dibayangkannya begitu manisnya ia dalam balutan
baju berbahan sutra itu. Suaminya pasti memuji, anak-anaknya pasti juga bangga.
Tapi...

“Ah, sudahlah biar untuk ibuku saja,��� hati kecilnya memenangkan
pergolakan bathin.
Maka Yeni memberikan kain sutra itu pada ibunya. Mata ibunya bersinar
menerima pemberian itu. Paras bahagia yang tak bisa ditutupinya. Yeni tak
menyesal memberikannya.

Sesampainya di Jakarta, Yeni kembali mengisi hari-harinya dengan seabreg
aktivitas yang menunggunya. Ia sudah tak teringat lagi kain sutra indah
pemberian panitia seminar di Sumatra Selatan itu. Sampai dua hari kemudian
seorang temannya kembali dari Malaysia dan membawa titipan dari teman Yeni,
yang orang asli Malaysia.

“Apaan ini?��� Yeni mengerutkan dahinya, menatap bungkusan yang
diberikan temannya itu.

“Titipan dari teman Malaysiamu, aku nggak tahu isinya, buka aja
gih...���
Tanpa menunggu lama, Yeni membuka bungkusan itu dan
terbelalak,���Subhanallah bagus banget....��� serunya takjub.
Temannya pun ternganga.

Selembar bahan sutra yang lebih halus dan lembut warnanya...
“Benar-benar Allah Maha Besar...��� Yeni berbisik pelan.

Kain sutranya telah digantikan oleh Allah dengan yang lebih bagus dan manis.
Yeni kemudian teringat sebuah hadits Rasulullah Saw, bahwa kebaikan yang cepat
mendapatkan balasannya di dunia adalah kebaikan kita kepada orang tua....

Sumber: Wisata Hati.

Tambahan:
Ada cerita dr seorang sahabat, pengalaman dia ketika berbuat baik kepada
orang tua balasannya terasa di dunia ini.
Setiap dia memberikan uang kepada orang tuanya, tidak berapa lama dia pasti
mendapatkan rizki yang tidak berapa lama dengan jumlah yang sama atau lebih
besar.

Pengalaman dia waktu Haji juga menarik.
Waktu masih remaja sahabat ini sudah bercita2 untuk naik Haji. Kemudian awal
bekerja sudah mulai menabung, namun belum cukup uangnya sudah diambil untuk
keperluan lain. Suatu saat ayahnya mengungkapkan ingin naik Haji dengan uang
pensiunnya, namun dengan adanya Krisis Moneter ONH melonjak, sehingga
diperkirakan peniun ayahnya tidak mencukupi, kemudian ayahnya menabung lagi
untuk mencukupinya. Sahabat tsb membantu mengirim uang untuk tabungan Haji
ayahnya. Walaupun sahabat ini berniat untuk menabung untuk Haji sendiri, namun
ia lebih mengutamakan ayahnya. Ternyata Allah memberikan rizki sehingga
tabungan dia & ayahnya cukup untuk pergi Haji. Kemudian selain itu sahabat tsb
ingin menguruskan semua keperluan Haji Ayahnya, dan ternyata banyak kendala
yang dihadapinya. Kemudian dia inisiatif untuk sedekah, supaya niat untuk pergi
Haji bersama orangtuanya dimudahkan. Lagi2 Allah menunjukkan fadhilah sedekah,
setelah itu semua urusan pergi Haji lancar, bahkan sahabat & ortunya
dapat pergi Haji dengan ONH plus dengan harga yang hampir sama dengan ONH
biasa. Waktu di perjalanan ayahnya begitu takjub dengan berbagai fasilitas ONH
plus tsb. Pertama kali naik pesawat, dapat pesawat & pelayanan yang bagus,
begitu juga di waktu di tanah suci dapat hotel *5, baru pertamakalinya beliau
temui. Betapa senangnya orangtuanya tersebut, dan sahabat ini juga bahagia
menlihat orangtuanya bahagia bisa beribadah Haji dengan menikmati fasilitas
yang bagus. Subhanalloh.

Ada lagi pengalamannya waktu ayahnya ingin sekali memiliki komputer. Kakaknya
menjanjikan akan memberikan komputernya, namun tak kunjung dikasihnya.
Kebetulan ada komputer sahabat tsb yang sudah dipakai setelah dia
menyelesaikan TA-nya. Kemudian diberikannya komputer tsb pada ayahnya. Tidak
berapa lama dia dapat laptop dari kantornya.
Subhanalloh.
Kebaikan kepada orang tua Allah membalasnya langsung di dunia ini.



sumber :http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com/msg01361.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar