Senin, 26 Juli 2010

Wapo Surabaya, Berawal dari Modal Pas-pasan

Jum'at, 28 Mei 2010 | 19:55 WIB
Besar Kecil Normal
foto

Wapo. Tempo/Kukuh S. Wibowo

TEMPO Interaktif, Surabaya - Empat belas orang itu duduk mengitari meja makan. Rupa-rupa hidangan tersaji di atasnya. Ada ikan gurami bakar, mie goreng, tumis kangkung, ayam goreng dan daging sapi. Aneka minuman melengkapi sajian itu. Ada es blewah, es cao, es dawet, jus melon, jus apokat dan teh hangat. Tak ketinggalan buah-buahan pencuci mulut yang terdiri dari melon, semangka dan nanas.

Mereka adalah para alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya angkatan masuk 1994. Untuk pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah berpisah kurang lebih 10 tahun. Reuni kecil-kecilan itu dirayakan di lantai dua restoran Wapo Jalan Karangmenjangan Surabaya, Sabtu pekan lalu. “Sengaja kami memilih tempat ini karena selain letaknya strategis, harganya juga terjangkau,” kata Dinar Rahayu, salah seorang dari mereka.

Dinar tidak keliru. Untuk paket hidangan sebanyak itu dia mengeluarkan uang Rp 300 ribu dari koceknya. Selain kelompok Dinar, ada tiga grup lain yang sore itu juga tengah bereuni sambil makan-makan. Mereka, yang rata-rata masih berusia 30-an tahun, terlihat menikmati suasana dan makanannya. Sesekali gelak tawa terdengar renyah.

Konsep tempat nyaman dan harga terjangkau itulah yang dipakai Erfan Suryanto, 45 tahun, saat awal membuka Wapo –kependekan dari Warung Pojok- pada 1995 lalu. Erfan, yang ketika itu baru lulus dari jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi 10 Nopember melihat belum ada tempat makan dengan konsep seperti itu. “Waktu itu yang marak restoran-restoran high class,” ujar dia.

Berbekal modal pas-pasan, Erfan kemudian membuka Wapo. Sesuai namanya, warung ini memang terletak di pojok jalan pertigaan Karangmenjangan – Jojoran, Surabaya, Jawa Timur. Pilihan Erfan sungguh pas, karena letak warungnya berhadap-hadapan dengan kampus Universitas Airlangga. Awalnya, Wapo menempati teras rumah dengan menyewa setiap tahunnya.

Dengan cepat Wapo menjadi populer di kalangan mahasiswa. Harga makanannya yang tidak mahal untuk ukuran kantong mahasiswa –tapi juga tidak murahan- membuat Wapo menjadi langganan makan sekaligus tempat kongko yang nyaman. “Saya tahu isi saku mahasiswa, terutama yang kos,” kata Erfan sambil tertawa, Kamis (27/5).

Lambat laun, penggemar Wapo tak hanya dari kalangan mahasiswa. Para pegawai, pejabat ataupun artis juga sering singgah di tempat tersebut. Lambat laun Wapo makin berkembang. Dua tahun lalu Erfan memperluas warungnya dengan menambahi kapasitas pengunjung di lantai dua. Sehingga dari yang semula hanya sanggup menampung 50-an pengunjung, kini mampu diisi oleh 250-an pengunjung.

Pada awal buka, hanya ada dua jenis masakan di Wapo yaitu masakan Indonesia dan makanan Cina. Tapi kemudian Erfan menamah lagi dengan masakan Eropa. Harganya pun juga sedikit disesuaikan. “Tapi porsinya tetap porsi mahasiswa,” kata bapak dua putera ini.

Sejak warungnya diperluas, tempat tersebut, terutama lantai dua, sering dipakai untuk reuni. Erfan bercerita, dia pernah mengundang kawan-kawan lamanya untuk bereuni di restonya itu. Tidak tahunya ada acara serupa dari tiga kelompok yang berbeda.

Kini selain di Surabaya, Erfan telah membuka cabang di Jalan Terusan Borobudur, Malang. Lokasi Wapo yang awalnya sewa, kini dibeli oleh Erfan. Dia juga membeli pekarangan di sebelah restonya untu tempat parkir mobil. Erfan pun hendak menambah menu masakan di restonya dengan beragam masakan khas Surabaya, seperti lontong balap dan rujak cingur.

Di sisi lain, dia mulai mengurangi menu-menu yang selama ini kurang diminati pengunjung. Erfan ingin mengurangi jumlah menu yang selama ini mencapai 150 menjadi sekitar separonya saja. Adapun nasi goreng dan mie goreng tetap menjadi menu andalan Wapo. “Kami ingin lebih khas dan lebih fokus,” ujarnya.

Dengan menjual konsep kenyamanan dan harga murah tapi tidak murahan, Erfan optimistis akan mampu bersaing dengan rumah-rumah makan yang bermunculan di Surabaya. Dia yakin pelanggan fanatiknya tetap akan singgah ke tempatnya. “Kami menjaga pelayanan dan rasa,” kata Erfan berpromosi. Namun soal omzet, Erfan enggan buka mulut.

KUKUH S WIBOWO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar