Kamis, 08 Juli 2010

[renungan jumat] Boleh Sayang Istri... Tapi jangan Lupakan Ibumu


Aug 4, '06 12:05 AM
for everyone

Menjelang ibadah jumat [tentunya bagi kaum muslimin] ada sedikit cerita tentang hubungan antara anak dan orangtua khususnya anak laki-laki orangtuanya. Dalam kisah dibawah ini diceritakan bagaiamana seharusnya sikap seorang anak “laki-laki” terhadap orangtuanya. Karena hak dan kewajiban anak laki-laki dan perempuan terhadap orangtuanya memang ada perbedaan. Dalam cerita dibawah ini sekedar gambaran, bahwa walau seorang anak laki-laki sudah berkeluarga [berumah tangga] wajib hukumnya berbakti pada orangtua. Beda dengan anak perempuan, ketika dia telah menikah, maka tidak ada kewajiban untuk mentaati orangtua, kecuali atas izin suami, dalam artian kewajiban utamanya adalah taat pada suaminya. Karena orang tua pun sudah tidak bertanggungjawab lagi pada anak perempuan saat dia sudah menikah [menikahkan adalah kewajiban terakhir orangtua [bapak] pada anak perempuan]. Sementara tanggungjawab orangtua [bapak] masih terus berlangsung pada anak laki-lakinya walau pun dia sudah menikah, begitu seterusnya hingga hari kiamat kelak. Cerita dibawah ini sekedar mengingatkan diri ini sebagai sosok “laki-laki” suami yang juga masih memiliki dua orangtua agar selalu memperhatikan dan berkewajiban menjaga kedua orangtua.

Di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ada seorang pemuda yang bernama Alqomah, ia sangat rajin beribadat. Suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit yang sangat keras, maka isterinya menyuruh orang memanggil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengatakan suaminya sakit keras dan dalam sakaratul maut. Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh Bilal Radhiallahu Anhu, Ali Radhiallahu Anhu, Salamam Radhiallahu Anhu dan Ammar Radhiallahu Anhu supaya pergi melihat keadaan Alqomah. Ketika mereka sampai ke rumah Alqomah, mereka terus mendapatkan Alqomah sambil membantunya membacakan kalimat tauhid, La-ilaa-ha-illallah, tetapi lidah Alqomah tidak dapat menyebutnya.

Ketika para sahabat mendapati bahwa Alqomah pasti akan mati, maka mereka menyuruh Bilal Radhiallahu Anhu supaya memberitahu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang keadaan Alqomah. Ketika Bilal Radhiallahu Anhu sampai dirumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka bilal menceritakan segala hal yang berlaku kepada Alqomah. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada Bilal Radhiallahu Anhu; "Wahai Bilal, apakah ayah Alqomah masih hidup?" jawab Bilal Radhiallahu Anhu, “Tidak, ayahnya sudah meninggal, tetapi ibunya masih hidup dan sangat tua usianya". Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepada Bilal Radhiallahu Anhu; "Pergilah kamu kepada ibunya dan sampaikan salamku, dan katakan kepadanya kalau dia dapat berjalan, suruh dia datang berjumpaku, kalau dia tidak dapat berjalan katakan aku akan kerumahnya".

Maka ketika Bilal Radhiallahu Anhu sampai kerumah ibu Alqomah, lalu ia berkata seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kata kepadanya, maka berkata ibu Alqomah; "Aku lebih patut pergi berjumpa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam." Lalu ibu Alqomah mengangkat tongkat dan terus berjalan menuju ke rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka bertanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada ibu Alqomah; "Terangkan kepada ku perkara yang sebenarnya tentang Alqomah, jika kamu berdusta niscaya akan turun wahyu kepadaku". Berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; "Bagaimana keadaan Alqomah?", jawab ibunya; "Ia sangat rajin beribadat, ia sembahyang, berpuasa dan sangat suka bersedekah sebanyak-banyaknya sehingga tidak diketahui banyaknya". Bertanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; "Bagaimana hubungan kamu dengan dia?", jawab ibunya; "Aku murka kepadanya", lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya; "Mengapa?" jawab ibunya; "Karena ia mengutamakan istrinya dari aku, dan menurut kata-kata isterinya sehingga ia menentangku".

Maka berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; "Murka kamu itulah yang telah mengunci lidahnya dari mengucap La iilaa ha illallah", kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh Bilal mencari kayu api untuk membakar Alqomah. Ketika ibu Alqomah mendengar perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu ia bertanya; "Wahai Rasulullah, kamu hendak membakar putera ku didepan mataku?, bagaimana hatiku dapat menerimanya". Kemudian berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; "Wahai ibu Alqomah, siksa Allah Subhanahu Wata’ala itu lebih berat dan kekal, oleh itu jika kamu mau Allah Subhanahu Wata’ala mengampunkan dosa anakmu itu, maka hendaklah kamu mengampuninya", demi Allah yang jiwaku ditangannya, tidak akan guna sembahyangnya, sedekahnya, selagi kamu murka kepadanya". Maka berkata ibu Alqomah sambil mengangkat kedua tangannya; "Ya Rasulullah, aku persaksikan kepada Allah dilangit dan kau Ya Rasulullah dan mereka-mereka yang hadir disini bahwa aku ridho pada anakku Alqomah".

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengarahkan Bilal Radhiallahu Anhu pergi melihat Alqomah sambil berkata; "Pergilah kamu wahai Bilal, lihat apakah Alqomah dapat mengucapkan La iilaa ha illallah atau tidak?" Berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lagi kepada Bilal Radhiallahu Anhu; "Aku kuatir kalau kalau ibu Alqomah mengucapkan itu semata-mata karena aku dan bukan dari hatinya". Maka ketika Bilal Radhiallahu Anhu sampai di rumah Alqomah tiba-tiba terdengar suara Alqomah menyebut; "La iilaa ha illallah". Lalu Bilal Radhiallahu Anhu masuk sambil berkata; "Wahai semua orang yang berada disini, ketahuilah sesungguhnya murka ibunya telah menghalangi Alqomah dari dapat mengucapkan kalimah La iila ha illallah, karena ridho ibunyalah maka Alqomah dapat menyebut kalimah syahadat". Maka matilah Alqomah pada waktu setelah dia mengucap.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun sampai di rumah Alqomah sambil berkata; "Segera mandikan dan kafankan", lalu disembahyangkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sesudah dikuburkan maka berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sambil berdiri dekat kubur; "Hai sahabat Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mengutamakan isterinya daripada ibunya maka ia adalah orang yang dilaknat oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan tidak diterimanya daripadanya ibadat fardhu dan sunatnya.

So, dari cerita diatas mudah-mudahan kita lelaki/suami yang masih memiliki kedua orangtua walau tinggal salah satunya. Memang terkadang istri / anak sering muncul bak “berhala” yang sering kita sanjung dan selalu didahulukan dibanding dengan ketaatan kita pada Allah Subahanahu Wata’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan tentunya kedua orangtua kita. Terkadang diri ini yang pernah meresakan bagaimana hal ini menghinggap dalam diri, betapa bodohnya diri ini, kenapa lupa dengan orang tua yang nan jauh di sana?

Untuk istriku dan istri-istri temanku....mengertilah...mudah-mudahan ketaanmu pada suami menjadi bekal yang dapat ditukarkan dengan “tiket” salah satu pintu surga kelak. Aminnn

Wahai Emak-Mama mohon maafkan anakmu ini....

Hayat yang lagi kangen ama Emak dan Mama di kampung

Prev: Tiga Minggu Makan Tiga Ban ??
Next: Baru Seminggu... Eh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar