tag:blogger.com,1999:blog-53569325510711427642024-03-13T09:41:51.113+07:00K A M P U Skampung usaha adalah kampus,,,he,he,sengaja saya menjiplak/ mengcopy-paste tulisan yang saya sukai,,karena saya menyukai keasliannya...daripada saya tambahi,kurangi,,atau saya ubah menurut pemahaman saya,,bisa jadi fitnah..dan mohon maaf yang sebesar-besarnya,jika karena keterbatasan ilmu saya ,,membuat sebagian dari anda tersinggung,teraniaya....harap maklumhasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.comBlogger143125tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-14008504537564544612011-11-13T08:43:00.000+07:002011-11-13T08:43:01.899+07:00Cara Sang Kakek Bangkit dari Kebangkrutan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="title"> <h2><a href="http://motivasi.petamalang.com/cara-sang-kakek-bangkit-dari-kebangkrutan" rel="bookmark" title="Permanent Link to Cara Sang Kakek Bangkit dari Kebangkrutan"><br />
</a></h2><div class="postdata"><span class="category"><a href="http://motivasi.petamalang.com/category/tips" rel="category tag" title="View all posts in Tips">Tips</a></span> <span class="right mini-add-comment"><a href="http://motivasi.petamalang.com/cara-sang-kakek-bangkit-dari-kebangkrutan#respond">Add comments</a></span></div></div><div style="text-align: justify;">Kisah ini saya dapat saat sedang bertukar fikiran dengan seorang kakek yang punya penghasilan 80 juta perbulan dari bisnisnya. Dalam obrolan pagi itu, saya hanya terbengong-bengong melihat semangat pantang menyerah dari sang kakek.</div><div style="text-align: justify;">Yang membuat saya kagum dengan sang kakek adalah proses bangkitnya dari keterpurukan yang pernah menimpanya. Beberapa tahun sebelumnya sang kakek tersandung permasalahan yang mengakibatkan semua hartanya habis untuk membayar hutang. Kebetulan saya tahu betul peristiwa itu, makanya saya benar-benar ingin tahu bagaimana cara dia bisa bangkit dengan cepat.</div><div style="text-align: justify;"><span id="more-725"></span>Sang kakek membuka cerita saat awal kebangkrutannya. Semua harta habis tanpa sisa. Hanya menyisakan hutang yang sangat besar jumlahnya. Tahukah apa yang dilakukan sang kakek saat itu? Dia mengikuti semua yang dialami seperti air.</div><div style="text-align: justify;">Dia menikmati semua rasa sedih bahkan sakitnya karena semua itu adalah kehendak dari Tuhan. Dia ikhlas menjalani prosesnya. Menurutnya Tuhan adalah maha penyayang dan maha mengasihani, pasti dia akan menemukan jalan terbaik dengan cara tersebut. Karena Tuhan tidak akan tinggal diam melihat umatNya yang ikhlas menerima kehendakNya.</div><div style="text-align: justify;">Berikutnya sang kakek menguatkan niat untuk membayar semua hutang-hutangnya. Walau hutangnya sangat besar, dia berusaha mencicil dengan rejeki yang telah diterima TANPA MAU MENUNDA-NUNDA. Tahukah anda? Ternyata dengan cara ini justru Tuhan semakin mengucurkan rejeki untuk melunasi hutang yang telah dia niatkan sebelumnya. Sampai tanpa terasa akhirnya rejeki yang terus mengucur berkat niat yang kuat tadi akhirnya bisa membuat semua hutang-hutangnya lunas.</div><div style="text-align: justify;">Terakhir, sang kakek terus berusaha menjalin sebanyak mungkin silaturahmi. Terus berusaha mengenal orang-orang baru yang bisa menunjang bisnisnya. Sampai akhirnya bisa kembali bangkit lagi.</div><div style="text-align: justify;">Dari kisah sang kakek, bisa kita simpulkan bahwa saat kita ikhlas menerima dan menjalani cobaan dari Tuhan, Tuhan justru tambah sayang dan menaruh belas kasihan pada kita. Sang kakek bisa cepat bangkit karena berusaha dengan sungguh-sungguh melunasi semua hutangnya tanpa mau menunda saat ada rejeki, berapapun sedikitnya rejeki itu. Terakhir dia menambah deras rejeki yang telah ada dengan silaturahmi.</div><div style="text-align: justify;">Dialog dengan sang kakek tersebut adalah tambahan ilmu yang sangat berarti buat saya. Semoga kisah ini juga membawa manfaat buat Anda.</div></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-68843025559405820232011-11-13T08:22:00.000+07:002011-11-13T08:22:27.385+07:00Bangkit dari Bangkrut<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h1 class="post-title entry-title"> <a href="http://sdm4ukm.com/?p=91" rel="bookmark" title="Permalink to Bangkit dari Bangkrut"><br />
</a> </h1><div class="post-meta clearfix"><br />
<div class="post-author author vcard">by <span class="fn nickname"><a href="http://sdm4ukm.com/?author=2" rel="author" title="Posts by @litaMucharom">@litaMucharom</a></span> </div></div>Sebenarnya berat banget untuk sharing pengalaman nyata bangkit dari kebangkrutan ini karena sama aja mengingatkan kita terhadap sesuatu yang sangat menyakitkan.<br />
Selain itu rasanya tidak nyaman yah kalau dalam cerita ini nanti ada sedikit menyinggung pihak lain yang terlubat. Tapi bukan itu maksud saya.<br />
Ok, sebagai ilustrasi aja saya akan flash back apa yang terjadi 6 tahun yang lalu dan akan simpulkan sikap atau strategi apa yang harus diambil dalam situasi usaha kita bangkrut.<br />
Ketika itu tahun 2006, mendadak mitra kami sebagai pemilik saham 20% dari usaha kami hengkang tanpa pesan membawa seluruh isi perusahaan. Yang tinggal hanyalah kantor kosong belaka yang sewanya belum terbayar, tagihan supplier dan tunggakan pajak yang setelah dihitung2 mencapai lebih dari 1 milyar!! Sementara ketika di cek, eh saldo di bank kosong loh sodara2… Asyik kan? Padahal seminggu lagi harus menggaji sekitar 100 pegawai *langsungpucat* . Oh no, sekarang apa donk yang harus dilakuka ? OMG… *sakitperutdeh*… Calm down. Yak ambil nafas… In-hale.. Ex-hale.. Mari berfikir lebih jernih untuk bisa cari solusi, jangan panik lita… You can do it!!<br />
Mau ngomel2?? Mau teriak?? Percuma kan? Dengan cara itu toh, saldo akan tetap kosong… Kantor masih kosong, sementara karyawan bisa aja demo sebentar lagi<br />
Sekarang yg bisa dilakukan adalah selesaikan beberapa hal secara paralel, cepetan… Hurry up!! Stress level 2 bow. Hoop!.. Hoop!… Hoop!… Mari berpacu melawan waktu, jangan sia-siakan sedetikpun waktumu *saatnya main sirkus*<br />
Pertama, bicaralah baik2 dengan karyawan. Minta mereka semua tetap bekerja dengan baik sebagaimana mestinya. Apapun yang terjadi, kita tetap pegang janji kita untuk membayar gaji tetap waktu.<br />
Selesaikan perkara dengan mitra secara musyawarah, baca peta posisi hukum kita. Kalau dia menolak untuk mufakat, terpaksalah proses dengan hukum. Berikutnya, buat surat pernyataan hutang ke supplier. Datangi, yakinkan kita pasti bayar tapi kita minta keringanan alias boleh mencicil hutang tersebut. Alhamdulillah para supplier mau mengerti karena mereka melihat kesungguhan kita. Coba kalau orang lain berhutang mana mau buat pernyataan tertulis, kelihatan batang hidungnya saja tidak. Cari kantor dengan biaya sewa lebih murah. Alhamdulillah pemilik kantor lama berbaik hati untuk meringankan cara pembayaran yang harusnya 2 tahun di muka menjadi per 3 bulan saja.<br />
Buat surat penangguhan pembayaran pajak. Pasti dikasihlah, karena memang ada mekanismenya dan terkena denda 2% per bulan…. Kejaammm<br />
Mitra kerjanya belum mau diajak mufakat… Sedih deh, putar otak cari jalan lain. Cari pinjaman dan jual simpanan, karena sudah tidak ada jalan lain. Alhamdulillah, masih ada adikku Ira Maureen tersayang yang mau bantu. Masih ada simpanan pribadi, masih ada yang bisa dijual di rumah… Intinya masih ada jalan kok.<br />
Yippiieee… Akhirnya karyawan dapat menerima gajinya tepat waktu loh. Thank’s God, udah ga tidur seminggu nih, hegh! *ngelapkeringat* Hmmm…Story belum mau berakhir sampai disini. Karena saldo itu harus ada isinya, padahal secara diam2 pembayaran customer sdh dialihkan ke bank lain oleh mitra yang hengkang tadi. Tapi biarlah, Rasanya ga tepat juga kalau kita salahkan si Mitra semata-mata karena mengalihkan pembayaran ke bank nya dia… *merenung*. Diam2 kami mengakui juga beberapa kesalahan dalam menjalankan usaha ini yang memberikan peluang kepada mitra untuk melakukan kekhilafan. Nyesel deh dulu kenapa memberikan 20% saham kami dengan cara trade-in proyek semata-mata. Seharusnya semua pemegang saham harus bersedia setor modal, sehingga sama- sama merasakan bagaimana rasanya menanggung resiko.<br />
Kenapa ya tidak dari dulu melakukan monitoring berkala. Sok gaya2an seperti konglomerat aja, kalau sudah ada SDM dan mitra yang kompeten… Eh kitanya jadi cuman ongkang2 kaki aja, tau beres!! Nyesel deh, bener2 nyesel nih tidak melakukan cek referensi dulu mengenai record kerja si mitra… Walaupun teman, semestinya tetap dicek dulu<br />
Ok deh, menyesal tiada guna. Sekarang apa donk yang bisa dilakukan lagi .. Wohoho, saatnya kerja keras mari kita sisingkan lengan baju. Kantor pusat kosong, ga ada yang bantu back office dan pekerjaan administrasi lama2 repot juga yah. Maunya sih nambah karyawan tapi kok ga ada duitnya? Ya udah deh, aku resign ajalah… Padahal karirku sedang di puncak. Kerja berdua suami dengan dibantu oleh 2 orang staff office boy mengikuti tender di bidang yang sama sekali baru. Siapa takut? Kan pasar tersedia dan juga kami menguasai kompetensinya. Ikut tender besar harus siapkan 6 binder setebal bantal, membuat kami tidak tidur 3 hari 3 malam jreng!! Ngantuk banget… Woahmmm. Demi tekad untuk melunasi kewajiban, yah dilakoni saja deh. Alhamdulillah kami akhirnya memenangi tender tersebut. Tapi urusan belum berakhir nih… Jangan hepi2 dulu mas, justru penderitaan akan makin berat dan panjanggg… Lagi2 masalahnya adalah cashflow. Bagaimana kami bisa mendanai proyek yang padat modal ini?<br />
<br />
Sebenarnya kalau kita bangkrut maka obat yang paling mujarab itu cuman ada 2 : doa dan ikhtiar. Basi ya? Kelise banget ga sih… Ya tapi kenyataannya berdoa dan membangun spiritual mindset itu kontribusinya terhadap proses bangkit kembali itu buesaaarrr banget loh… Disamping itu, Pillow talk – alias curhat2an sama pasangan menjelang tidur itu memberikan seabreg solusi dan sejuta peluru untuk perang keesokan harinya. Selain itu, Mintalah dukungan orang tua (bukan dalam bentuk finansial loh ya) tapi dalam bentuk doa dan dukungan mental… Akan benar2 memberikan 1000 energy fight yang luar biasa. Percaya juga bahwa orang yang di dhalimi maka doanya akan dikabulkan… Buktikan aja sendiri. Nasihat ustadz, Coba belajar mendoakan orang lain yang baik2 dan tulus… Sementara kita pasti berfikir : Hah!!??? No way! I hate them, I will never do that and full stop. Yah paling tidak, jangan doakan mereka yang serem2 donk ach. Kalau belum mampu mendoakan teman yang pernah jahat sama kita, paling tidak kita berdoa agar hatinya di lembutkan untuk segera balikin uang kita ya ga?<br />
Alhamdulillah dengan sekali putaran RUPS yang berhasil dilaksanakan, akhirnya si mitra bersedia mufakat untuk melepaskan sahamnya dan mengembalikan uang tunai yang di setor balik ke rekening usaha kami. Percayalah dan sangat percaya (tawakal) akan pertolongan Allah SWT. Dan tuhan akan menjadi satu-satunya penolong bagi golongan yang menolong makhluk lain. Dalam situasi resah sekalipun, usahakan untuk meluangkan waktu untuk dapat membantu teman. Bantuankan tidak harus selalu dalam bentuk materi kan? Nasihat orang tua dan para orang bijak lainnya : bersedekahlah walaupun dalam kesempitan, ikhlas, jangan pelit-pelit, agar orang lain tidak perlu tahu kalau kita lagi kesulitan.<br />
Tidak perlu gengsi mengerjakan pekerjaan remeh temeh deh… Belum saatnya jadi boss besar toh? Lah wong masih bangkrut gitu loh. Jadi inget deh dulu saya menyetir sendiri untuk belanja kebutuhan kantor, antar barang sendiri ke klien, halagh ! cuek bebek ajalah ketika dilecehkan dan dipandang hina si klien.<br />
Kencangkan semua ikat pinggang. Berhematlah, pekerjakan karyawan sedikit mungkin, pekerjakan yang minim kompetensi tapi memiliki potensi yang tinggi, coaching mereka setiap hari agar kompetensi mereka makin meningkat. Lakukan coaching melekat kepada tim kerja agar pelayanan yang diberikan akan tetap prima walaupun aliran dana sedang cekak.<br />
Belajar dan belajar terus dengan para mentor dari bidang yang berbeda-beda dan cari mentor tidak usah jauh-jauh deh, coba cari aja teman/saudara sendiri. Kuasai laporan finansial, pelototin deh dibagian apa yang bisa ditekan pengeluarannya. Belajarlah mempresentasikan laporan keuangan ke bank/investor<br />
Yang pasti dalam situasi bangkrut, tetaplah jaga kualitas pelayanan ke pelanggan dan jagalah kepercayaan mereka. Fokus dan fokuslah demi terbayarnya semua kewajiban tepat waktu sesuai komitmen. Membangun kepercayaan pihak lain seperti bank, karyawan, supplier penting sekali agar memperoleh kemudahan.<br />
Kadang kita harus mengambil strategi membanting harga supaya tetap ada proyek dan pemasukan. Boleh saja ya saya kira, harga boleh di diskon tapi layanannya jangan di diskon juga donk. Terlibat penuh dalam setiap proyek baru agar klien merasa diperhatikan, kuasai kompetensinya sendiri barulah mendelegasikan ke staff dengan tetap melakukan coaching terhadap mereka.<br />
Lupakan mimpi-mimpi sejenak, lupakan membelikan ini dan itu. Woiii!!.. Bayar kewajiban dulu deh karena itu lebih penting., pastikan terlebih dahulu aliran dana yang positif dan modal ditahan yang cukup dari selisih keuntungan. Menangkan semua peluang yang ada dan kalau perlu berdiri tegak di depan seperti panglima perang. Pokoknya harus dapet tuh proyek yaaa. Dan yang paling penting, jaga mental tim supaya tidak letoy, tidak perlulah membagi info yang terlalu detail mengenai kondisi keuangan yang serem-serem.<br />
Akhirnya alhamdulillah, setelah 3 tahun tanpa terasa kami mampu bangkit dari bangkrut dan mampu menggandakan revenue sebanyak 3000% dan mengkoreksi aliran dana yang tadinya negatif. Subhanallah</div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-55240517429187647412011-11-12T22:52:00.000+07:002011-11-12T22:52:42.234+07:00Kiat Bangkit Setelah Bangkrut (Sebuah Pengalaman #1)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h1 class="headline_artikel"><br />
</h1><!-- /judul & sub judul artikel --> <!-- info artikel --> <span class="left sub_text_artikel"><a href="http://www.kompasiana.com/posts/headlines/">HL</a> | 18 December 2009 | 10:42</span> <span class="right sub_text_artikel"> <img alt="" class="mr_5" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon01.jpg" style="vertical-align: middle;" />1709 <img alt="" class="mr_5 ml_5" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon02.jpg" style="vertical-align: middle;" />76 <img alt="" class="mr_5 ml_5" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon03.jpg" style="vertical-align: middle;" /> <span class="coda_bubble"> <span class="bubble_html" style="display: none;"><img src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/stats/chart_39524_635170221.png" /></span><table class="popup" style="display: none; left: -33px; opacity: 0; top: -120px;"><tbody>
<tr><td class="corner topleft"></td><td class="top"></td><td class="corner topright"></td></tr>
<tr><td class="left"></td><td class="bubble_content"><img src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/stats/chart_39524_635170221.png" /></td><td class="right"></td></tr>
<tr><td class="corner bottomleft"></td><td class="bottom"><img alt="" height="29" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/plugins3.5/codabubble/images/skins/classic/bubble-tail2.png" style="display: block;" width="30" /></td><td class="corner bottomright"></td></tr>
</tbody></table><span class="trigger">19 dari 24 Kompasianer menilai Inspiratif</span> </span> </span> <hr /> <!-- /info artikel --> <!-- konten artikel --> <br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_39554" style="width: 310px;"><a href="http://stat.ks.kidsklik.com/files/2009/12/celengan1.jpg"><br />
</a> <div class="wp-caption-text">Shutterstock</div></div><strong>MALUUUUU….</strong> Malu ya sudah bangkrut? Malu ya ditinggal teman-teman? Malu ya hilang segala-galanya? Malu ya divonis sudah habis dan tenggelam….? Tapi Pengin bangkit kan? Jangan kawatir kawan!!! Pasti ada jalan. Percayalah…. Saya sudah mengalaminya koq pada sekitar tahun 1999-2002. Boleh kan saya berbagi pengalaman dg Anda…:<br />
<strong>Mencari Kesalahan Orang Lain Tak Merubah Keadaan</strong>. Biasanya kalo kita gagal lalu bangkrut lalu cari sumber dan sebab-musabab. Lalu ketemu sumber penyakitnya. Cukupkah itu? Bagaimana kalo anda punya bukti dikerjain dan dikhianati oleh orang lain atau bahkan oleh orang terdekat? Kalo kita asyik dg semua itu kita akan terjerumus makin dalam karena kita akan kumandangkan perang besar-besaran dg siapa saja yg kita anggap penyebab kebangkrutan. Kita akan makin terpuruk. Kenapa?<br />
Tunjuk hidung kepada siapapun yg bersalah tidak akan merubah keadaan. Tidak akan mengembalikan kejayaan kita. Tidak akan mengembalikan masa jaya, bukan? Cukuplah semua itu dijadikan catatan dan pelajaran. Dan lebih afdol lagi belajarlah banyak-banyak memafkan orang lain. Niscaya Tuhan pun akan mudah mengampuni dosa dan kesalahan kita.<br />
Ingat, semua kejadian berawal dari ulah kita sendiri.<br />
<strong>Modal Awal: Perbaiki Dulu Nama Baik</strong>. Begitu saya bangkrut nama baik ikut anjlok. Saya berusaha bangkit dg cari dana untuk modal atau cari teman yg bisa menempatkan anda di posisi jabatan yg lumayan empuk. Saya sangat berharap tapi semua harapan sirna. Seakan semua pintu rejeki tertutup rapat. Seakan semua teman nggak ada yg mau kenal lagi. Seakan semua mahluk jadi musuh saya. Seakan semua keahlian dan keunggulan saya tak ada harganya!!! Gile beneeeer… Kenapa yach?<br />
Lalu atas pertolongan Allah, Saya temukan cara lain yg pas buat saya: perbaiki reputasi. perbaiki nama baik, lupakan kesalahan orang lain.Kalo reputasi dan nama baik meningkat maka pelan-pelan pintu rejeki lahir-batin akan terbuka lebar. Bahkan akan menghampiri sendiri tanpa dikejar-kejar.<br />
Lalu Bantu orang lain yg sedang dalam kesulitan. Jangan ada alasan: “saya aja lagi susah, ngapain bantuin orang lain…”. Justru karena kita suka nolong orang maka pertolongan kepada kita akan mudah datang dari segala penjuru, tanpa diminta, dan datang pas pada saat kita butuhkan.<br />
Saya perhatikan banyak orang yg bangkrut sekitar usia 40thn seperti saya dan tenggelam selamanya, kenapa? Mereka ogah perbaiki nama baik dan reputasi. Namanya tetap jelek, gimana mau bangkit…?<br />
<strong>Terima Pekerjaan Apa Saja. </strong>Salah satu cara mendulang kepercayaan dari orang lain adalah terima tugas apa saja. Jangan gengsi apalagi pasang tarif (lagi bangkrut tahu diri dong…). Saya pernah ditugasi menghandle sebuah toko dg kerjaan saya sederet dg pelayan toko, jauh di bawah level saya mantan manager IT. Kalo mau gengsi2an saya nolak. Tapi saya ingin bangkit. Maka saya terima dg senang hati sbg awal perjalan untuk bangkit lagi<strong>. </strong>Ini kesempatan untuk buktikan bahwa saya belum habis!<strong> Ini kesempatan buat saya tunjukan kinerja yg oke punya. </strong>Jangan tanya imbalan dulu deh<strong>. </strong>nanti juga naik sendiri kalo reputasi kita mejulang.<strong><br />
</strong><br />
<strong>Jadikan Kehadiran Anda Berguna Bagi Orang Lain</strong>. Berguna bagi orang lain tidak cukup dg dijadikan teman ngobrol dan jalan-jalan. Semua orang hanya percaya bila kita dinilai mampu melaksanakan tugas dg baik dan menguntungkan. Semua orang mau bayar mahal kalo kita memberi keuntungan bukan? Maka mari jadikan kehadiran kita benar-benar berguna di manapun kita ditempatkan. Ketika saya bangkrut saya ogah kalo hanya diajak jadi teman ngobrol/makan berjam-jam. Yg saya butuhkan adalah aktivitas yg produktif. Sekali lagi: <strong>Aktifitas yg produktif</strong>!<br />
Sekali kita dapat tugas/pekerjaan/amanat dan berhasil dilaksanakan dg baik dan menguntungkan si pemberi tugas maka nama baik kita meningkat. Reputasi kita berkembang. Tugas-tugas baru yg lebih berharga mengunggu giliran. Imbalan dalam bentuk materi, kehormatan dan kemuliaan terus meningkat dg pesat seiring dg hasil kerja keras kita untuk bangkit.<br />
Kalo anda adalah orang lapangan bersiaplah jadi orang dalam kantoran. Begitu juga sebaliknya. Jangan ada alasan “saya dari dulu begini orangnya…” kalo mau merubah nasib. kalo Anda mantan pejabat jangan gengsi dapet tugas di pasar tradisional. Dan jangan pedulikan ocehan/pelecehan dari orang-orang sekitar. Nanti kalo sudah bangkit semua ocehan bungkam dg sendirinya. Jawablah ocehan mereka dg prestasi kita.<br />
Jika konsisten maka hasil nyata aka terwujud. Seperti yg saya alami sendiri… beberapa tahun kemudian tanpa terasa keterpurukan lenyap entah kemana. Seakan tidak pernah terjadi, cumi mimpi buruk beberapa malam sebagai peringatan dari Allah Yg Maha Pengasih. Semua orang terkesima karena terlanjur jatuh vonis bahwa saya sudah habis, karena sudah usia 40 ke ata</div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-27029709260675241222011-08-28T22:10:00.000+07:002011-08-28T22:10:35.822+07:00Menjadi Pengusaha Tidak Perlu Dengan Cara Gila<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div class="post-info"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://sukses-berkah.com/menjadi-pengusaha-tidak-perlu-dengan-cara-gila"><img alt="" class="alignleft size-thumbnail wp-image-5244" height="150" src="http://sukses-berkah.com/wp-content/uploads/2011/08/Teliti-dalam-memulai-usaha-150x150.jpg" style="margin-bottom: 0px; margin-top: 0px;" title="Teliti dalam memulai usaha" width="150" /></a>Menilik pembahasan edisi 8 Agustus 2011 kemarin dengan judul <a href="http://sukses-berkah.com/cara-gila-menjadi-pengusaha-bolehkah" title="Cara Gila Menjadi Pengusaha">Cara Gila Menjadi Pengusaha, Bolehkah?</a> Kita menjadi miris, ternyata riba –yang menjadikan pelakunya seperti orang gila– tidak hanya diharamkan dan pelakunya akan di perangi Allah SWT saja, tetapi dosa teringannya juga mengerikan, seperti menzinahi ibunya sendiri. Na’udzu billahi min dzalik.</div><div style="text-align: justify;">Oleh karenanya bila kita berkeinginan untuk menjadi pengusaha ataupun kita ingin mencukupi kehidupan kita, seyogyanya kita meninggalkan transaksi-transaksi yang mengandung unsur ribawi.</div><div style="text-align: justify;">Islam sebagai agama yang paripurna,<span id="more-5238"></span> sesungguhnya telah membuat seperangkat aturan terkait dengan bagaimana kaum muslimin ketika berkeinginan menjalankan bisnis, salah satunya adalah dengan melakukan jual beli, samsaroh (makelar), syirkah ataupun yang lainnya. Khusus yang berbentuk syirkah, bisa berupa syirkah wujuh, abdan, mudlorobah, inan dan syirkah mufawadzoh.</div><div style="text-align: justify;">Masing-masing bentuk syirkah tersebut merujuk kepada keikutsertaan modal dan tenaga atau keahlian yang dimiliki seseorang. Adapun syirkah yang paling sering dan umum dilakukan oleh kaum muslimin adalah syirkah mudlorobah dan syirkah inan.</div><div style="text-align: justify;">Bila kita tidak memiliki modal tetapi mempunyai keahlian atau sebaliknya kita memiliki modal tetapi tidak mempunyai keahlihan, kita bisa menggunakan aqad syirkah mudlorobah. Sementara bila kita dan beberapa orang lainnya sama-sama punya keahlian (bisa keahlian yang sama atau berbeda) dan sekaligus sama-sama juga mempunyai modal, maka syirkah yang bisa kita praktekkan adalah syirkah inan.</div><div style="text-align: justify;">Syirkah merupakan bentuk kerjasama dengan sistem bagi hasil antara dua orang atau lebih untuk menjalankan usaha tertentu dengan prosentase bagi hasil sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak.</div><div style="text-align: justify;">Dalam sistem syirkah prosentase bagi hasil di hasilkan berdasar pada prosentase modal kepada hasil riil yang di dapatkan dari usaha yang di jalankan. Misalnya modal si A 100 juta dari 500 juta, maka Si A menguasai 20% modal. Bila syirkah yang di jalankan adalah syirkah mudlorobah dengan kesepakatan bagi hasil 40% untuk pengelolah dan 60% pemodal. Maka si A tadi mendapat bagi hasil 20% dari 60% keuntungan yang menjadi bagian dari pemodal.</div><div style="text-align: justify;">Ini berbeda dengan sistem bunga bank yang hasilnya itu langsung berdasar prosentase pokok modal.</div><div style="text-align: justify;">Insan Mulia <a href="http://sukses-berkah.com/" title="Sukses">Sukses</a> Berkah, dengan demikian ternyata untuk menjadi pengusaha kita tidak perlu melakukan cara-cara gila! Kita bisa menjalankan bisnis kita sesuai dengan aturan Islam. Dengan menjalankan bisnis sesuai aturan Islam kita tidak hanya mendapat rizki yang halal tetapi juga akan mendapatkan kehidupan yang penuh berkah dari Allah SWT dan kelak kita juga mendapat pahala yang akan meringankan timbangan dosa kita saat di yaumil akhirah. Allahu Akbar.</div><div style="text-align: justify;">Share kepada seluruh saudara dan teman-teman anda.</div><div style="text-align: justify;">Salam <a href="http://sukses-berkah.com/" title="Sukses">Sukses</a> Berkah<br />
<b>K.Abdul Aziz|Inspirator <a href="http://sukses-berkah.com/" title="Sukses">Sukses</a> Berkah</b></div></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-73090160185153965532011-08-28T22:03:00.002+07:002011-08-28T22:03:50.122+07:00MUTIARA KATA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://argatikel.blogspot.com/2010/10/mutiara-kata.html"><br />
</a> </h3><div align="center" style="font-family: arial; font-size-adjust: none; font-size: 10pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"><span style="color: green; font-size: large;">السلام عليكم ورحمته الله وبركا تها</span></div><div align="center"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div><span style="font-size: medium;"></span> <br />
<span style="font-size: small;">„""Ilmu itu lebih baik dari pada Harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga Harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu berkurang apabila di belanjakan tapi ilmu bertambah bila di beljakan. "" [Ali bin Abi Talib ra]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„""Jauhilah berteman dengan pembohong karena ia bisa menjadikan orang yang dekat akan lari darimu dan sebaliknya. Janganlah berkawan dengan orag yang bakhil karena ia akan melupakanmu di waktu kamu sangat memerlukannya dan jauhilah bersahabat dengan orang yang suka berbuat jahat karena ia tidak malu untuk menjualmu dengan harga yang sangat murah."" [. Ali bin Abi Talib ra]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„''' Jangan engkau percaya melihat kegagahan seseorang lelaki. Tetapi jika mereka teguh memegang amanah dan menahan tangannya dari pada menganiayai sesamanya. Itulah lelaki yang sebenarnya. """ [Khalifah Umar al-Khattab ra]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„""" Hanya lidah yang mau berdusta dan berbohong. Namun pandangan mata, hayunan kedua belah tangan, langkah kedua belah kaki dan pergerakan tubuh, atau seluruh anggota badan akan menafikan apa yang di ucapkan oleh lidah „""" . [Khalifah Umar al-Khattab ra]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„"""Apabilah kamu merasa letih karena berbuat kebaikan maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan yang akan terus kekal. Dan sekiranya kamu bersenang – senang dengan dosa maka sesungguhnya kesenengan itu akan hilang dan dosa yang di lakukan akan terus kekal. "" [Ali bin Abi Talib ra]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„""" Islam memiliki dinding dan pintu yang kuat. Dinding Islam ialah kebenaran dan pintunya ialah keadilan. Islam akan tetap jaya, selama penguasa – penguasa bersikap keras dan tegas tetapi itu di lakukan tidak berarti mesti dengan pedang dan cemeti, melainkan dengan hak dan keadilan. """ [Said bin Suwaid]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">"""Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.</span> <br />
<span style="font-size: small;"> Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.</span> <br />
<span style="font-size: small;"> Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.</span> <br />
<span style="font-size: small;"> Tidak ada kebaikan bagi sedekah kecuali niat yang Ikhlas. „"" [Al-Ahnaf bin Qais]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"></span> <br />
<span style="font-size: small;">„""" Hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya kamu pasti mati. Cinta siapa saja yang kamu senangi, sesungguhnya kamu pasti akan berpisah dengan nya. Lakukan apa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya kamu akan memperoleh balasannya.Dan ingatlah bahwa bersama kesulitan itu senantiasa akan timbul kesenangan. „"" [Ibnu Abbas]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„""" Hendaklah engkau bergaul dengan para ulama, dan dengarlah (renunglah) kata – kata hukama, karena Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana ia suburkan bumi dengan hujam yang lebat. [Al-Hukama' ]</span> <br />
<span style="font-size: medium;"> </span><span style="font-size: small;">„""" Ada empat hal yang dapat mengangkat seseorang kepada derajat yang tertinggi walaupun amal dan ibadahnya sedikit, yaitu sifat- sifat penyantun, merendah diri,pemurah dan budi pekerti yang baik. Itulah kesempurnaan Iman. „""" [Abul Qasim Al- Junaid]</span> <br />
<span style="font-size: small;">Semoga mermanfaat dan bisa mengambil apa yang terbaik buat perjalanan kita.</span> <br />
<span style="font-size: medium;"></span> <br />
<span style="font-size: x-small;"><i>semoga bermanfaat</i></span></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-961473404375664922011-08-28T22:00:00.002+07:002011-08-28T22:00:18.492+07:00Fakta Tentang Sukses Yang Kadang Kita Abaikan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://argatikel.blogspot.com/2010/09/fakta-tentang-sukses-yang-kadang-kita.html"><br />
</a> </h3><div align="left" class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://kartikamayangsari.files.wordpress.com/2009/11/kunci-sukses.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="177" src="http://kartikamayangsari.files.wordpress.com/2009/11/kunci-sukses.jpg" width="200" /></a></div><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Kisah inspiratif buat kita yang kepengin sukses, simak aja dibawah ini:</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><strong><span style="color: blue;">1. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN USIA ANDA !</span></strong><span style="color: blue;"> </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Nelson Mandela, jadi presiden usia 76 tahun </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Steve Jobbs, jutawan usia 21 tahun</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Kolonel Sanders (KFC), mulai bisnis umur 65 tahun</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Winston Churchill, banyak gagal dan hambatan, baru jadi PM Inggris usia 52 tahun.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Bill Gates, terkaya di dunia usia 41 tahun</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><strong><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">2. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SUKU, AGAMA,BANGSA, </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">WARNA KULIT DAN KETURUNAN.</span></span></span></strong><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Obama : Presiden Amerika Serikat saat ini </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Jenderal Colin Powell, Martin Luther King : kulit hitam</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Confusius: anak yatim di Cina</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Charles Dickens : penulis cerita kanak-kanak Inggris, menulis di gudang, banyak naskahnya dibuang ke tong sampah oleh editornya.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><strong><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">3. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN (CACAT) FISIK.</span></span></span></strong><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"> </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Hellen Keller: tuna netra, tuna rungu, penulis dan pendidik terkenal dunia. </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Shakespeare: cacat kaki, penulis novel.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? F.D. Roosevelt: terkena polio, presiden 32 AS.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Beethoven: tuna rungu, komposer musik.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Napoleon Bonaparte : sangat pendek, wajah tidak menarik, pemimpin pasukan penakluk Eropa.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Anthony Robbins: Lulusan SMA, kegemukan, merubah persepsi tentang penampilan dan cara diet, menjadi langsing, motivator terkenal dunia.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><strong>4. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN</strong> </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Thomas Alfa Edison : pendidikan SD, 2000 paten. </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Li Ka Shing: berhenti sekolah umur14 tahun, orang terkaya di Hongkong.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Henry Ford : tidak pernah duduk di bangku sekolah</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? The Wright Brother : orang biasa dan tidak berpendidikan tinggi, menciptakan pesawat terbang pertama di dunia.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Bill Gates, orang terkaya didunia memulai bisnis setelah lulus SMA.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Lawrence Ellison : drop out universitas, pendiri Oracle Corp, orang terkaya kedua didunia.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><strong>5. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN LATAR BELAKANG KELUARGA</strong> </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Andrew Carnegie : bekerja usia 13 tahun, keluarga sangat miskin, menjadi Raja Besi Baja dunia. </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Walt Disney : usia 20 tahun pemuda miskin dan tidak terkenal, usia 30 tahun jadi usahawan terkenal.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Abrahan Lincoln lahir dari keluarga miskin</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Napolean Hill dilahirkan di keluarga miskin, ibunya meninggal saat dia kecil, jadi guru motivasi terkenal dunia, bukunya Think and Grow Rich : menjadi acuan pertama bagi para motivator dunia.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">? Bill Clinton : ayahnya meninggal ketika masih kecil, adiknya terlibat obat terlarang.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><strong>MENGAPA BANYAK ORANG GAGAL</strong> </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Tidak ada tujuan / goal yang tepat, tidak tahu apa yang diinginkan dalam hidup</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Tidak pernah mencatat tujuan : hanya di kepala, tidak dikertas atau Goal Visualization atau sarana apapun.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Tidak ingin bertanggung jawab atas tindakannya, selalu mencari alasan atau excuse atas kegagalannya.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Tidak ada tindakan yang efektif : Banyak rencana, tidak ada tindakan alias No Action Talk Only (NATO).</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Membatasi diri : menganggap tak berhak sukses karena, terlalu tua, tak punya modal, bawaan keluarga, tempat tak memungkinkan.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Malas : tidak mau kerja keras, selalu berusaha menggunakan cara paling mudah, cepat dan hemat waktu, tapi ingin mendapatkan uang paling banyak.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Berteman dengan teman-teman yang salah, hidup di lingkungan orang-orang yang gagal.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Tidak bisa mengatur waktu alias salah prioritas.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Salah memakai strategi atau cara bertindak, tidak mempunyai strategi yang paling baik. Berusaha keras, hasil nol.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Kurang pengembangan diri: jarang membaca, mendengar kaset, seminar, mengumpulkan informasi baru dan lain-lain.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Tidak ada kesungguhan atau komitmen untuk sukses: mudah putus asa atau menyerah pada waktu menghadapi rintangan.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Kurang menggunakan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Kurangnya hubungan antar manusia yang baik.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Sombong dan menganggap diri sendiri paling hebat dan berhenti belajar.</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Ingin sukses ???</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">Hindari 14 penyebab kegagalan tadi ! </span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;">source: http://www.apabae.co.cc/2010/09/5-fakta-tentang-sukses-kisah-inspiatif.html</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="color: blue;"><br />
</span></span></span></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-67105723325602985862011-08-28T21:57:00.000+07:002011-08-28T21:57:43.821+07:00THE RAIN MAN" Pria Dengan Keterbelakangan Mental yang SUPER JENIUUS..!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://argatikel.blogspot.com/2010/10/rain-man-pria-dengan-keterbelakangan.html"><br />
</a> </h3><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><img align="baseline" alt="" border="0" hspace="0" src="http://lpc1.clpccd.cc.ca.us/lpc/jones/Kim%20and%20book%20copy.jpg" /></span></div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"> </span><br />
<div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Menurut ayahnya, Peek sudah memiliki ingatan yang kuat sejak usia 16-20 bulan. Ia membaca buku, mengingat isinya lalu mengembalikan buku-buku tersebut dengan posisi terbalik ke rak untuk menunjukkan kalau ia sudah selesai membacanya. Ia membaca satu buku dalam waktu satu jam, dan mengingat nyaris semua yang ia baca, mengingat informasi yang sangat luas dalam hal sejarah, literatur, geografi, angka, olahraga, musik dan tanggal.</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Teknik membacanya yaitu dengan membaca halaman kiri dengan mata kirinya dan halaman kanan dengan mata kanannya, dengan cara ini ia bisa membaca dua halaman sekaligus dengan rate 8-10 detik per halaman. ia bisa mengingat isi 12000 buku. </span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><br />
Mungkin para pencinta fisika sudah tidak asing lagi dengan beberapa nama orang-orang jenius di bidang fisika seperti: Albert Einstein, Erwin Schroedinger, Max Planck, dan sebangsanya. Mereka memang merupakan orang jenius yang terlahir pada zamannya masing-masing. Tapi sekarang kita tak akan membicarakan mereka, karena yang akan dibahas kali ini adalah sesosok manusia SUPERJENIUS, dialah The Rain Man alias Kim Peek. </span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">MASA-MASA AWAL KEHIDUPAN KIM</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><img align="baseline" alt="" border="0" hspace="0" src="http://102fm-itb.org/uploads/rainman1.jpg" /></span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><br />
Kim dilahirkan pada tahun 1951 dengan ukuran kepala 3 kali lebih besar dibandingkan ukuran kepala bayi normal. Selain itu, Kim juga divonis menderita encephalocele, yaitu semacam luka di belakang kepala yang memperlihatkan sebagian otaknya yang menonjol keluar. Di usia tiga tahun, luka itu semakin meluas dan merusak sebagian otak Kim. Tahun 1983, Kim menjalani pemeriksaan X-ray yang berhasil menyibak keanehan yang terjadi di otak Kim, yaitu otak Kim hanya memiliki satu bagian! Dengan kata lain, otak Kim tidakterbagi menjadi otak kanan dan otak kiri layaknya orang normal.Kemudian, setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, kemballi diperlihatkan bahwa setengah dari bagian otak Kim telah terpecah menjadi tiga bagian.</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Berbagai pemeriksaan itu tak juga memberikan keterangan mengenai penyebab kejeniusan Kim, hanya penyebab ketidakmampuannya. Kim memiliki kelemahan dalam hal motorik, bahkan untuk mandi dan menggosok gigi pun tak dapat dilakukan seorang diri. Ketika Kim lahir, dokter memvonisnya sebagai 'anak terbelakang' atau 'cacat mental' dan ia menyarankan kedua orang tua Kim untuk membawanya ke rumah perawatan. Namun pada saat itu Fran dan istrinya membawa pulang Kim dan memperkenalkan Kim pada buku. Pada usia tiga tahun, Kim bertanya pada Fran arti kata "rahasia". Sambil bercanda, Fran menyuruh putranya itu untuk mencarinya di kamus. "Saat itu ia belum bisa berjalan", kenangnya, "jadi ia merangkak ke arah meja, mengangkat tubuhnya ke atas meja dan sekitar 30 detik kemudian ia berseru 'ketemu!'" Saat berumur 4,5 tahun Kim sudah hafal 8 volume awal dari satu set ensiklopedia yang ada di rumahnya. Bahkan, baru-baru ini telah terungkap bahwa Kim dapat membaca 2 halaman buku secara bersamaan dan meyerap isinya hanya dalam waktu 10 detik! Hebatnya lagi informasi yang ia peroleh tadi tak akan dia lupakan. Menakjubkan!</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Selain kemampuan menghafal dan aritmatika yang jauh d iatas rata-rata, Kim juga mencintai musik dan belajar memainkan piano pada Dr. April Greenan dari Universitas Utah. "Dia mempunyai kemampuan bermusik yang fenomenal dan lebih dari sekedar menghafal", Ujar Dr.Greenan. "Bila Kim mendengar sebuah simfoni saat dia kecil, dan kemudian mendengarnya lagi pada usia 53 tahun, ia langsung dapat mengetahui bila terdapat kesalahan kecil pada permainan musik itu."</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">KEJENIUSAN SEORANG KIM PEEK</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><img align="baseline" alt="" border="0" hspace="0" src="http://102fm-itb.org/uploads/rainman2.jpg" /></span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Sesungguhnya apa yang dikatakan dokter yang membantu kelahiran Kim ialah benar, bahwa Kim bukanlah merupakan seorang autis jenius, tapi lebih tepat disebut pria dengan keterbelakangan mental yang superjenius. Karena seorang yang jenius biasanya memiliki kemampuan luar biasa dalam 3 bidang. Tetapi Kim, sang superjenius, memiliki kemampuan yang sangat hebat setidaknya di 15 bidang yang berbeda! Hal ini disebabkan karena kemampuan menghafal 12000 buku, memprediksi cuaca dan memiliki kemampuan bermusik layaknya Mozart!</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Tak ada orang lain di dunia ini yang memiliki kapasitas otak seperti Kim Peek. Badan Antariksa Amerika (NASA) pun tertarik menggunakan berbagai peralatan canggih, seperti brain imaging dan data fusion techniques, untuk menemukan rahasia di balik kemampuan otak Kim yang mengagumkan. Ketika Kim ditanya mengenai pendapatnya mengenai langkah yang akan diambil NASA, ia pun menjawab, "Itu yang terbaik." Mengapa dia bisa tahu segalanya? "Karena saya punya rasa cinta yang besar pada semua yang saya lihat,"ujar Kim. Sulit untuk berbincang-bincang dengan Kim. Pikirannya mampu berpindah-pindah dengan kecepatan tinggi. Namun dengan bantuan Fran, Kim selalu dibimbing untuk kembali pada topik pembicaraan semula.</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Dalam sebuah pembicaraan umum, seorang bercerita bahwa ia dibesarkan di kota Cirencester. "Itu adalah nama kamp orang Romawi, Corin," sahut Kim. "Corinium," ujar orang tersebut seraya membetulkan pernyataan Kim. Tetapi belakangan, setelah dicek ulang, Kimlah yang benar. Karena orang-orang Romawi mengambil nama Corinium dari bahasa Keltik, Corin.</span></div><div><span style="color: blue; font-family: Verdana; font-size: xx-small;">Sumber : slowbos<a href="http://argatikel.blogspot.com/2010/10/rain-man-pria-dengan-keterbelakangan.html">Di sini</a></span></div></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-69132245544212040342011-08-28T21:54:00.002+07:002011-08-28T21:54:50.387+07:007 AMALAN Yang Dibayar TUNAI, Siapa Yang MENANAM, Dia Yang akan MENUAI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://argatikel.blogspot.com/2010/10/7-amalan-yang-dibayar-tunai-siapa-yang.html"><br />
</a> </h3><div><b>From:</b> <a href="mailto:arthur_aps@senayan-square.co.id" title="arthur_aps@senayan-square.co.id">arthur_aps@senayan-square.co.id</a> </div><span style="color: blue; font-family: Verdana;"></span><br />
<span style="color: blue; font-size: large;"><b><u><br />
Siapa Yang Menanam, Dia Yang akan Menuai</u></b></span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Penulis: <b>Muhammad Abduh Tuasikal</b></span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
<br />
Segala puji itu hanyalah milik Allah. Dialah zat yang telah menyempurnakan<br />
nikmat-Nya untuk kita dan secara berturut-turut memberikan berbagai<br />
pemberian dan anugerah kepada kita.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuk Nabi kita Muhammad,<br />
keluarganya yang merupakan manusia pilihan dan semua sahabatnya yang<br />
merupakan manusia-manusia yang bertakwa seiring silih bergantinya malam dan siang.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini, </span><span style="color: red; font-size: small;">"Siapa yang menanam, Dia yang akan menuai." </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula. <br />
Dan jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai hasil yang jelek pula. <br />
Berikut beberapa contoh dalam Al Quran dan hadits yang menceritakan maksud dari peribahasa ini.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
1. Menjaga Hak Allah, Menuai Penjagaan Allah</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan pada Ibnu Abbas<br />
-radhiyallahu anhuma- sebuah kalimat,</span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[1]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Yang dimaksud menjaga Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan,<br />
hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya<br />
dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak<br />
melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah).<br />
Orang yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari<br />
batasan-batasan Allah. Yang utama untuk dijaga adalah shalat lima waktu<br />
yang wajib. Dan yang patut dijaga lagi adalah pendengaran, penglihatan dan<br />
lisan dari berbagai keharaman. Begitu pula yang mesti dijaga adalah<br />
kemaluan, yaitu meletakkannya pada yang halal saja dan bukan melalui jalan<br />
haram yaitu zina.[2]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Barangsiapa menjaga diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan,<br />
maka ia akan mendapatkan dua penjagaan.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Penjagaan pertama: Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan<br />
mendapatkan penjagaan diri, anak, keluarga dan harta.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, </span><span style="color: red; font-size: small;">"Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah,<br />
maka Allah akan menjaganya dari berbagai gangguan."</span><span style="color: blue; font-size: small;"> <br />
Sebagian salafmengatakan, </span><span style="color: red; font-size: small;">"Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga<br />
dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada Allah, maka Allah tidak ambil<br />
peduli padanya. Orang itu berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri.<br />
Allah sama sekali tidak butuh padanya."</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Jika seseorang berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku<br />
yang aneh pada keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. Sebagaimana<br />
sebagian salaf mengatakan, </span><span style="color: red; font-size: small;">"Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku<br />
akan menemui tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan<br />
tungganganku."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[3]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Penjagaan kedua: Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah<br />
akan menjaga agama dan keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari<br />
pemikiran rancu yang bisa menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang<br />
diharamkan.[4]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Semoga dengan menjaga hak-hak Allah, kita semua bisa menuai dua penjagaan<br />
ini.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
2. Berlaku Jujur, Menuai Kebaikan</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Dari sahabat Abdullah bin Masud, ia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu<br />
alaihi wa sallam bersabda,</span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ<br />
الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ<br />
وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا<br />
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ<br />
الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ<br />
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan <br />
dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. <br />
Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia <br />
akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.<br />
Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan <br />
dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka.<br />
Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan<br />
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[5]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Terkhusus lagi, beliau memerintahkan kejujuran ini pada pedagang karena<br />
memang kebiasaan para pedagang adalah melakukan penipuan dan menempuh<br />
segala cara demi melariskan barang dagangan.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Dari Rifaah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu<br />
alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan<br />
transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, </span><span style="color: red; font-size: small;">"Wahai para pedagang!"</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu alaihi wa<br />
sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas<br />
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,<br />
إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ<br />
اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti<br />
sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada<br />
Allah, berbuat baik dan berlaku jujur."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[6]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Berlaku jujur juga akan menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud<br />
keberkahan adalah tetapnya dan bertambahnya kebaikan. <br />
Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,<br />
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى<br />
يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ,<br />
وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar)<br />
selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling<br />
terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi<br />
tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi,<br />
niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[7]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Inilah buah yang dipetik dari pedagang yang tidak berlaku jujur. Sedangkan<br />
sebaliknya jika pedagang bisa berlaku jujur, maka ia pun akan menuai<br />
berbagai kebaikan dan keberkahan.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
3. Mudah Memaafkan dan Tawadhu, Menuai Kemuliaan</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,<br />
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ رَجُلاً بِعَفْوٍ<br />
إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Sedekah tidak mungkin mengurangi harta. Tidaklah seseorang suka memaafkan,<br />
melainkan ia akan semakin mulia. Tidaklah seseorang bersikap tawadhu<br />
(rendah diri) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[8]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Seseorang yang selalu memaafkan akan semakin mulia dan bertambah<br />
kemuliaannya. Ia juga akan mendapatkan balasan dan kemuliaan di akhirat.<br />
Begitu pula orang yang tawadhu (rendah diri) karena Allah, ia akan<br />
ditinggikan derajatnya di dunia, Allah akan senantiasa meneguhkan hatinya<br />
dan meninggikan derajatnya di sisi manusia, serta kedudukannya pun akan<br />
semakin mulia. Di akhirat pun, Allah akan meninggikan derajatnya karena<br />
ketawadhuannya di dunia.[9]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
4. Berperilaku Baik, Menjadi Teman Akrab</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Allah Taala berfirman,<br />
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ<br />
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ<br />
حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا<br />
إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan<br />
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada<br />
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat<br />
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar<br />
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai<br />
keuntungan yang besar."</span><span style="color: blue; font-size: small;"> (QS. Fushilat: 34-35)</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Sahabat yg mulia, Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma- mengatakan, Allah<br />
memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat<br />
marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan<br />
ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah<br />
akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya.<br />
Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah<br />
laku baik semacam ini.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Namun yang mampu melakukan seperti ini<br />
adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti<br />
kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.[10]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
5. Menolong dan Memudahkan Sesama, Menuai Pertolongan dan Kemudahan dari Allah</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,<br />
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ<br />
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى<br />
مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ<br />
مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ<br />
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, <br />
Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. <br />
Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, <br />
Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. <br />
Barangsiapa menutup 'aib seseorang, Allah pun akan menutupi 'aibnya di dunia dan akhirat. <br />
Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[11]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Di antara bentuk pertolongan di sini adalah seseorang memberikan kemudahan<br />
dalam masalah utang. Ini bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,<br />
memberikan tenggang waktu pelunasan dari tempo yang diberikan, ini hukumnya<br />
wajib. Karena Allah Taala berfirman,<br />
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh<br />
sampai dia berkelapangan."</span><span style="color: blue; font-size: small;"> (QS. Al Baqarah: 280). Cara kedua, dengan<br />
memutihkan hutang tersebut, dan ini dianjurkan. Sebagaimana Allah Taala<br />
berfirman,<br />
وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika<br />
kamu mengetahui."</span><span style="color: blue; font-size: small;"> (QS. Al Baqarah: 280)</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Berkebalikan dari sikap baik ini adalah mengenakan riba pada saudaranya<br />
yang menunda utang. Ini adalah berkebalikan dari memberi kemudahan. Maka<br />
tentu saja orang yang memberi kesulitan pada saudaranya akan menuai hasil<br />
yang sebaliknya.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
6. Usaha disertai Tawakkal akan Menuai Hasil</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu 'anhu berkata <br />
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,<br />
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ<br />
كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ , تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan<br />
memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung<br />
tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya<br />
dalam keadaan kenyang."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[12] <br />
Burung ini melakukan usaha dan bertawakkal pada Allah, <br />
akhirnya ia pun kenyang ketika pulang di sore hari. <br />
Ini berarti tanpa usaha, tidak akan memperoleh hasil apa-apa. Dan usaha tanpa tawakkal,<br />
hanya akan memperoleh sekadar yang Allah takdirkan. Yang tepat adalah usaha<br />
disertai tawakkal, niscaya hasil memuaskan yang akan dituai.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
7. Berbuat Curang, Menuai Berbagai Musibah</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,<br />
وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ</span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Dan tidaklah mereka berbuat curang ketika menakar dan menimbangm melainkan<br />
mereka akan ditimpa kekeringan, mahalnya biaya hidup dan kelaliman para<br />
penguasa."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[13]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Dan sebab curang dalam perniagaaan inilah sebab dibinasakannya kaum Madyan,<br />
umat Nabi Syuaib alaihis salam. Allah Taala memerintahkan pada kaum Madyan,</span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ (181) وَزِنُوا<br />
بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ (182) وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ<br />
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (183)</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang<br />
merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu<br />
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka<br />
bumi dengan membuat kerusakan."</span><span style="color: blue; font-size: small;"> (QS. Asy Syuara: 181-183)</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Jadi ingatlah, setiap yang kita tanam -baik kebaikan maupun kejelekan-,<br />
pasti kita akan menuai hasilnya. Oleh karenanya, bersemangatlah dalam<br />
menanam kebaikan dan janganlah pernah mau menanam kejelekan. <br />
Para ulama seringkali mengutarakan, </span><span style="color: red; font-size: small;"><br />
"Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.<br />
Sedangkan balasan dari kejelekan adalah kejelekan setelahnya."</span><span style="color: blue; font-size: small;">[14]</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi<br />
sempurna.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><br />
Referensi:</b></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
- Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf AnNawawi, Dar Ihya At Turots Al Arobiy, Beirut, cetakan kedua, 1392.<br />
- Jaamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, Darul Muayyid, cetakan pertama, tahun 1424 H.<br />
- Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, tahun 1421 H.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
Disempurnakan pada siang hari, 16 Muharram 1431 H di Panggang-Gunung Kidul.<br />
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br />
Artikel Majalah Pengusaha Muslim, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><b><u><br />
Foot note :</u></b></span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[1] HR. Tirmidzi no. 2516 dan Ahmad 1/303. Syaikh Al Albani mengatakan<br />
bahwa hadits ini shahih.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[2] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 223-224.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[3] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 225-226.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[4] Faedah dari Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 224-226.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[5] HR. Muslim no. 2607.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[6] HR. Tirmidzi no. 1210 dan Ibnu Majah no. 2146. Syaikh Al Albani dalam<br />
Shahih At Targhib 1785 mengatakan bahwa hadits tersebut shahih lighoirihi<br />
(shahih dilihat dari jalur lainnya).</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[7] HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[8] HR. Muslim no. 2588, dari Abu Hurairah.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[9] Al Minhaj Syarh Muslim, 16/141-142.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[10] Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12/243.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[11] HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[12] HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al<br />
Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[13] HR. Ibnu Majah no. 4019. Syaikh Al Albani mengatkan bahwa hadits ini<br />
hasan.</span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
[14] Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/372 [Tafsir Surat Al Lail ayat 7]</span><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="color: blue; font-size: small;"><br />
<br />
<a href="http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/siapa-yang-menanam-dia-yang-akan-menuai.html%20">SumBer</a></span><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-62161840660701127852011-08-28T21:52:00.000+07:002011-08-28T21:52:34.845+07:00Modal Rp200 Ribu Berbuah Rp200 Juta/Bulan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="d618 l p3"> <h1 class="tn"><br />
</h1></div><!--[if !IE]> HEADING TOP CLOSED <![endif]--> <!--[if !IE]> TOP READ <![endif]--> <div class="d608 l b2 b4 p4 p6 p8"> <div class="d167 l"> <h6><br />
<span class="by"></span></h6></div><!--[if !IE]> SHARE START <![endif]--> <div class="r p2"> <script src="http://w.sharethis.com/button/buttons.js" type="text/javascript">
</script> <script type="text/javascript">
stLight.options({publisher:'b847f3a4-e695-414e-b3c3-11a67607a605'});
</script> <span class="st_twitter_hcount" displaytext="Tweet" st_processed="yes"><span class="stButton" style="color: black; cursor: pointer; display: inline-block; text-decoration: none;"><span><span class="stMainServices st-twitter-counter" style="background-image: url(http://w.sharethis.com/images/twitter_counter.png);"> <img src="http://w.sharethis.com/images/check-big.png" style="display: none; height: 19px; max-height: 19px; max-width: 19px; position: absolute; right: -7px; top: -7px; width: 19px;" /></span><span class="stArrow"><span class="stButton_gradient stHBubble" style="display: inline-block;"><span class="stBubble_hcount">0</span></span></span></span></span></span> <span class="st_facebook_hcount" displaytext="Share" st_processed="yes"><span class="stButton" style="color: black; cursor: pointer; display: inline-block; text-decoration: none;"><span><span class="stMainServices st-facebook-counter" style="background-image: url(http://w.sharethis.com/images/facebook_counter.png);"> <img src="http://w.sharethis.com/images/check-big.png" style="display: none; height: 19px; max-height: 19px; max-width: 19px; position: absolute; right: -7px; top: -7px; width: 19px;" /></span><span class="stArrow"><span class="stButton_gradient stHBubble" style="display: inline-block;"><span class="stBubble_hcount">0</span></span></span></span></span></span> <span class="st_email_hcount" displaytext="Email" st_processed="yes"><span class="stButton" style="color: black; cursor: pointer; display: inline-block; text-decoration: none;"><span><span class="stButton_gradient"><span class="chicklets email">Email</span><img src="http://w.sharethis.com/images/check-big.png" style="display: none; height: 19px; max-height: 19px; max-width: 19px; position: absolute; right: -7px; top: -7px; width: 19px;" /></span><span class="stArrow"><span class="stButton_gradient stHBubble" style="display: inline-block;"><span class="stBubble_hcount">0</span></span></span></span></span></span> <span style="position: relative; top: 5px;"><g:plusone size="medium"></g:plusone></span> </div><!--[if !IE]> SHARE CLOSED <![endif]--> </div><!--[if !IE]> TOP READ CLOSE <![endif]--> <!--[if !IE]> READ <![endif]--> <div id="pt"> <img alt="Foto: Koran SI" src="http://i.okezone.com/content/2010/06/08/22/340803/kngRzR3tC8.jpg" /> <h6>Foto: Koran SI</h6></div><div class="news"> Erwina Kusmarini tak pernah berpikir menjadi pengusaha. Salah satunya karena harus merawat ibu mertua. Namun, justru itulah yang menjadikannya pengusaha busana muslim sukses.<br />
<br />
Pengabdian. Mungkin itulah yang membuat Tuhan membukakan jalan rezeki yang begitu mudah bagi Erwina Kusmarini atau akrab disapa Wiwin. Betapa tidak, saat memutuskan pindah ke Klaten untuk merawat ibu mertuanya yang sepuh dan sakit-sakitan, dia harus rela menanggalkan statusnya sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).<br />
<br />
Pergumulan Wiwin dan suaminya Wahyudi Nasution, yang akrab disapa Yudi, dengan dunia konveksi diawali pada Mei 2004. Waktu itu, pasangan Wiwin dan Yudi memutuskan menetap di Klaten dengan alasan merawat orang tua Yudi yang telah sepuh dan sakit-sakitan.<br />
<br />
Ibunda Yudi bernama Asiyah Sahrowardi akhirnya meninggal dunia 1 Februari 2009 pada usia 85 tahun setelah sakit keras selama satu bulan.<br />
<br />
Di kota ini, dengan modal sebuah mesin jahit dan uang Rp200 ribu, Wiwin mulai membuka usaha jahit di rumah mertuanya yang terletak di Dusun Kwaon, Desa Jemawan, Kecamatan Jatinom, Klaten, sekira 6 km dari Kota Klaten ke arah Boyolali, Jawa Tengah.<br />
<br />
Sebagai usaha baru, apalagi belum dikenal, perjuangan meyakinkan pelanggan agar mau menjahitkan baju di usaha konveksinya diakui Erwina cukup berat.<br />
<br />
Terlebih waktu itu dia juga memiliki anak yang masih kecil. Alhasil, urusan jahit-menjahit baru bisa dilakukan setelah semua tugas rumah tangga tuntas. Wiwin baru mulai menjahit sekira pukul 23.00 WIB hingga hari berikutnya.<br />
<br />
Setelah magrib, dia baru tidur bersama anaknya, kemudian pukul 23.00 WIB dia bangun dan mulai menjahit lagi. Menjelang Ramadan 2004, dia mendapat pesanan jilbab dari seorang teman. ‘’Waktu itu saya hanya diberi contoh gambar-gambar jilbab Ratih Sang yang katanya sedang tren di Yogya," kenang Wiwin.<br />
<br />
Wanita yang juga akrab disapa Bunda ini memperhatikan gambar itu dengan saksama, mempelajari kemungkinan potongan dan jahitannya. Lalu, dia mencoba mewujudkan gambar-gambar itu.<br />
<br />
Ada 10 jilbab yang dipesan waktu itu. Erwina harus putar otak mencari modal untuk membeli kain. Akhirnya, dia meminjam uang sebesar Rp200 ribu pada Budenya. Setelah jilbab jadi, Wiwin mendapatkan uang sebesar Rp250 ribu.<br />
<br />
"Saya langsung mengembalikan uang Bude dan yang Rp50 ribu saya belikan kain untuk membuat jilbab lagi,” ungkap alumnus Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada ini.<br />
<br />
Setelah itu, pesanan mengalir. Pasangan ini pun terpaksa harus bekerja hingga larut malam menjelang pagi. Kerja keras itu mereka lakoni hingga lima bulan. “Baru setelah itu kami mampu merekrut seorang karyawan dan kami juga dapat pinjaman mesin obras,” papar Wiwin.<br />
<br />
Kini, setelah enam tahun dirintis, usaha konveksi dengan nama merek dagang Bunda Collection itu telah mampu memproduksi 3.200-4.000 jilbab dengan omzet Rp200 juta per bulan dan jumlah pekerja harian 80 orang, belum termasuk 100 pekerja borongan lainnya.<br />
<br />
Produk Bunda Collection dapat dijumpai pada beberapa butik di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang, Boyolali, Bukittinggi, dan lain-lain. Melalui agen di Bandung, produk jilbab Bunda Collection bahkan telah menemukan pasar di Australia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.<br />
<br />
”Jika ada merek jilbab Bunda Collection Anda temui di toko-toko atau pasar-pasar itu adalah brand usaha kami,” terang Wiwin tentang sukses usahanya.<br />
<br />
Salah satu keunggulan Bunda Collection hingga diterima pasar dan mampu bersaing dengan merek lain yang sudah ada di pasar-pasar terletak pada orisinalitas desain, pilihan bahan, dan komposisi warnanya yang padu. Kekuatan lainnya juga terletak pada keunikan aksen-aksennya (sulam benang, sulam pita, payet, bunga-bunga aplikasi, dan lain sebagainya).<br />
<br />
Hasil sentuhan tangan terampil (<em>hand-made</em>) dari 80 tenaga kerja membuat produk Bunda Collection tampak unik sehingga para pemakainya dapat tampil lebih anggun, cantik, dan “beda”.<br />
<br />
“Desain, pemilihan warna, dan pembelian bahan ditangani saya,” tutur Wiwin. Selain jilbab, Bunda Collection juga memproduksi mukena, bandana, dan berbagai aksesori busana muslim.<br />
<br />
Setiap mukena produksi Bunda Collection dipasarkan dengan harga Rp55 ribu-Rp140 ribu per satuan. Adapun untuk jilbab harganya berkisar antara Rp35 ribu-Rp95 ribu per potong. Sekira 20 persen merupakan margin keuntungan.<br />
<br />
Kendati begitu, Yudi mengaku bahwa sebagian besar keuntungan tersebut masih dipakai untuk mengangsur kredit yang sempat dipergunakan sebagai modal usaha. “Kami dapat pinjaman Rp225 juta dari BNI Syariah selama tiga tahun,” katanya.<br />
<br />
Dengan semakin memasyarakatnya pakaian muslim, Wiwin dan Yudi berkeinginan terus memajukan usahanya. Jika awalnya Wiwin hanya memfokuskan pada pembuatan jilbab dan bandana, pada 2008 dia mulai memproduksi mukena dewasa dan anak-anak.<br />
<br />
2010 ini dia mulai memproduksi busana muslimah berciri khas modifikasi lurik Klaten dan daur ulang sampah plastik. ”Tapi ikon kami tetap jilbab cantik,” katanya.<br />
<br />
Selain itu, mereka juga berencana membuat workshop dan membeli mesin. Tujuannya, selain untuk membesarkan usaha, langkah ini juga sebagai langkah awal dari impiannya untuk menjadikan Jatinom, Klaten, sebagai sentra busana muslim.<br />
<br />
“Saya memimpikan desa kami jadi sentra produksi busana muslim. Dengan begitu, kami bisa membantu mengatasi persoalan pengangguran di Klaten,” Yudi mengungkapkan cita-citanya.<br />
<br />
Untuk bisa mewujudkan rencananya itu,Yudi memperkirakan dibutuhkan modal hingga lebih dari Rp1 miliar. Namun, lagi-lagi modal menjadi persoalan. “Kami tak punya aset untuk diagunkan. Aset kami paling berharga hanyalah SDM (sumber daya manusia),” kata Yudi.<br />
<br />
Di tengah kisah sukses yang diraihnya saat ini, Wiwin mengaku kerap tak kuasa menitikkan air mata ketika melihat ke belakang. Waktu mereka pindah, suaminya yang seorang seniman juga baru saja melepas pekerjaannya. Banyak juga yang menyangsikan keputusannya.” Tapi,Tuhan memang punya skenario sendiri,” tuturnya. (<strong>sugeng wahyudi</strong>) <br />
<b>(Koran SI/Koran SI/ade)</b><br />
<b><a href="http://economy.okezone.com/read/2010/06/08/22/340803/modal-rp200-ribu-berbuah-rp200-juta-bulan">Sumber</a> </b> <br />
</div></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-8479557760043804182011-08-28T21:50:00.000+07:002011-08-28T21:50:15.191+07:00Yoghurt, Bangkit dari Bangkrut<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div align="center"><br />
Aditya Fajar <br />
<strong class="judulkesehatan"><br />
</strong></div><strong>Aditya Fajar, seperti tak pernah lelah membangun bisnis. Pekerjaannya sebagai marketing salah satu perusahaan di Jakarta, ia tinggalkan. Dalam berbisnis, berulang kali ia bangkrut, seiring itu pula ia tertatih untuk bangkit. Di ujung fajar, ia pun mendapat ‘hidayah’ untuk berbisnis yoghurt…</strong> <br />
<strong> Teks: Cucun Hendriana/Foto: Rizki Rahmat</strong><br />
<br />
<strong><img align="left" border="1" height="204" src="http://www.elshinta.com/v2003a/majalah/images/02-2010/pencerahan9.jpg" style="margin-bottom: 5px; margin-right: 8px; margin-top: 3px;" width="140" /></strong>Perjalanan cinta mengantarkan Aditya Fajar, pria kelahiran Jakarta, sampai di kota Bandung, Jawa Barat, kediaman pujaan hati. <br />
<br />
Di kota ini pulalah, Adit, begitu sapaan akrabnya, menjajal berbisnis. Dan bisnis yoghurt menjadi pilihannya. “Sekitar tahun 2008, pasca pernikahan, saya memulai bisnis ini. <br />
<br />
Awalnya, saya ingin memberdayakan kaum ibu-ibu untuk produktif meski ada di rumah. Daripada nonton sinetron dan infotainment, <em>kan</em> mendingan bisnis,” ujarnya berkisah. <br />
<br />
Membuat yoghurt tidak bisa sembarangan dan harus melalui pelatihan untuk membuatnya. Karena jika tidak hati-hati, bukan kesehatan yang diraih tetapi malah penyakit. “Saya kursus membuat yogurt sampai 1,5 tahun dari teman saya, seorang Perancis. Memang tidak mudah, saya pun awalnya sering mengalami kegagalan,” sahut Tarie, istri Adit.<br />
<br />
<strong><img align="left" border="1" height="160" src="http://www.elshinta.com/v2003a/majalah/images/02-2010/pencerahan11.jpg" style="margin-bottom: 5px; margin-right: 8px; margin-top: 3px;" width="120" /></strong>Saat itu, yoghurt yang diberi nama délicieux ini mulai dipasarkan di berbagai toko dengan menggunakan sistem bagi keuntungan. Pelan tapi pasti, bisnisnya pun mulai bangkit. Peminatnya pun bertambah. Tak puas sampai disitu, Adit dan Tarie pun mengembangkannya dengan membuka kedai mungil yang khusus menjual yoghurt produksinya. <br />
<br />
Namun terkadang nasib tidak seiring dengan keinginan. Usaha yang dirintisnya mengalami kebangkrutan. Hasil penjualan ternyata belum bisa menutupi biaya operasional, hingga akhirnya mengalami kebangkrutan. “Tahun 2009, saya dan istri akhirnya pindah ke Jakarta. Bukan hanya itu, saya pun membawa pindah bisnis itu ke Jakarta dengan nama Rumah Yoghurt,” ucapnya.<strong></strong><br />
<br />
<strong>‘Fajar’ di Atas Fajar</strong><br />
<br />
Kebangkrutan itu memaksanya untuk merenung. Hingga akhirnya ‘fajar’ itu datang, ia memutuskan untuk keluar kerja. “Saya keluar kerja berarti penghasilan saya nol. Saya bertekad untuk membangun bisnis yoghurt ini dari nol lagi. Dengan saya keluar kerja, waktu dan konsentrasi saya lebih banyak untuk ngurusin <em>bisnis</em> ini meski dengan modal seadanya, 2 juta rupiah,” ucapnya berapi-api.<br />
<br />
Tentu, bukan tanpa alasan ia keluar kerja, karena secara ekonomis penghasilannya berkurang. Namun prinsipnya yang terus menyala ‘jika dijalankan dengan fokus, apapun bisa sukses’ menggiringnya ke tepian kesuksesan.<br />
<br />
<strong><img align="left" border="1" height="133" src="http://www.elshinta.com/v2003a/majalah/images/02-2010/pencerahan10.jpg" style="margin-bottom: 5px; margin-right: 8px; margin-top: 3px;" width="200" /></strong>Kini, meski usaha yang dijalaninya baru seumur jagung, keuntungannya sudah mulai kelihatan. “<em>Alhamdulillah,</em> dalam sebulan bisa sampai 6 juta-an dari hasil penjualan yoghurt ini. <br />
<br />
Meski usaha yang saya jalankan masih tergolong <em>home industry</em> karena dipasarkannya pun di rumah. Jika di kantor, uang segitu bisa didapatkan dalam 3 bulan, dengan usaha ini hanya satu bulan. <br />
<br />
Bisa dikerjakan sambil tiduran lagi,” selorohnya sambil terkekeh-kekeh. Pemasaran di berbagai wilayah di Jakarta pun telah ia tembus. Meski produksinya masih kurang, hanya 150 <em>cup</em> dalam sehari. Dengan harga 6.000 rupiah pergelasnya, pelanggannya pun banyak berdatangan dari luar Jakarta semisal Bekasi dan Bandung. “Mudah-mudahan, saya bisa mengembangkan bisnis ini menjadi lebih besar. Karena bagi saya, tidak ada pilihan selain sukses!” <a href="http://www.elshinta.com/v2003a/majalah/02-2010/Pencerahan.htm">sumber</a></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-40719756613427099152011-08-22T12:35:00.000+07:002011-08-22T12:35:07.879+07:00Minus ke surplus, Mungkinkah ?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h2 class="date-header">Rabu, 29 Juni 2011</h2><a href="" name="1974717960284153075"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://www.propertidahsyat.com/2011/06/minus-ke-surplus-mungkinkah.html"><br />
</a> </h3><div class="postdate" style="margin-bottom: -15px; width: 100%;"> <img src="http://1.bp.blogspot.com/_ActSVcJ9YKs/TLZXVcYW--I/AAAAAAAABAs/OVaO56qUOJU/s000/date.png" /> 05:54 <img src="http://1.bp.blogspot.com/_ActSVcJ9YKs/TLZXVYtFu0I/AAAAAAAABAw/2BPznm9_-vc/s000/user.png" /> Kartini </div><script type="text/javascript">
summary_noimg = 800;
summary_img = 650;
img_thumb_height = 150;
img_thumb_width = 200;
</script> <script type="text/javascript">
//<![CDATA[
function removeHtmlTag(strx,chop){
if(strx.indexOf("<")!=-1)
{
var s = strx.split("<");
for(var i=0;i<s.length;i++){
if(s[i].indexOf(">")!=-1){
s[i] = s[i].substring(s[i].indexOf(">")+1,s[i].length);
}
}
strx = s.join("");
}
chop = (chop < strx.length-1) ? chop : strx.length-2;
while(strx.charAt(chop-1)!=' ' && strx.indexOf(' ',chop)!=-1) chop++;
strx = strx.substring(0,chop-1);
return strx+'...';
}
function createSummaryAndThumb(pID){
var div = document.getElementById(pID);
var imgtag = "";
var img = div.getElementsByTagName("img");
var summ = summary_noimg;
if(img.length>=1) {
imgtag = '<span style="float:left; padding:0px 10px 5px 0px;"><img src="'+img[0].src+'" width="'+img_thumb_width+'px" height="'+img_thumb_height+'px"/></span>';
summ = summary_img;
}
var summary = imgtag + '<div>
' + removeHtmlTag(div.innerHTML,summ) + '</div>';
div.innerHTML = summary;
}
//]]>
</script> <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.jamilazzaini.com/wp-content/uploads/2011/06/heppy_trenggono1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="177" src="http://www.jamilazzaini.com/wp-content/uploads/2011/06/heppy_trenggono1.jpg" width="200" /></a></div>Profile kali ini yang akan ditayangkan yaitu <a href="http://www.propertidahsyat.com/2011/06/minus-ke-surplus-mungkinkah.html">sosok seseorang yang sangat menginspirasi</a> bagi siapapun yang pernah bertemu maupun membaca prestasinya. Ya, beliau bergerak dari minus ke surplus.<br />
<br />
<a href="http://www.propertidahsyat.com/2011/05/enam-kesalahan-besar-dalam-bisnis.html">Kegagalannya dalam bisnis</a> menyebabkan hutang yang tidak sedikit, tapi hal ini tidak menyurutkan langkahnya untuk terus berkiprah, bahkan membuatnya optimis dan membuat impian bahwa 5 tahun ke depan akan menjadi triliyuner, luar biasa. Ingin tau siapa beliau ? yuks simak tulisan berikutnya :<br />
<br />
Masih terbayang di benak saya peristiwa tahun 2006 saat ia mengikuti Public Training Kubik Leadership. Di hari ketiga, pada akhir sesi, ia dengan lantang mendeklarasikan, “Dalam waktu lima tahun saya akan punya bisnis dengan aset satu triliun!” Sebuah impian yang oleh sebagian orang dianggap mustahil, apalagi ketika itu ia sedang terlilit hutang Rp 62 miliar.<br />
<br />
<a href="http://www.propertidahsyat.com/2011/06/minus-ke-surplus-mungkinkah.html">Heppy Trenggono</a>, orang yang sedang saya ceritakan ini, mengawali bisnis besarnya di alat berat. Awalnya begitu bersinar. Sayang, ekspansinya kebablasan sehingga ia terlilit hutang, 400-an karyawannya bubar dengan membawa aset perusahaan. Hartanya terkuras habis dan ia menanggung hutang Rp62 milyar lebih.<br />
<br />
Kegagalan itu memberinya pelajaran yang berarti. Ia tinggalkan bisnis alat berat dan beralih ke agribisnis.<br />
<br />
Dengan bendera Balimuda, lelaki kelahiran 20 April 1967 ini, kini mengelola 80 ribu hektar lahan dengan total investasi Rp 4 triliun, tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Hutangnyapun sudah tidak menjadi beban hidupnya. Lebih dari 3000 orang menjadi karyawannya.<br />
<br />
<a href="http://www.propertidahsyat.com/search/label/bisnis">Bisnis</a> sahabat sekaligus guru saya ini semakin moncer. Di bawah bendera United Balimuda Corp miliknya ia mengelola 12 perusahaan.<br />
<br />
Dibalik sukses bisnisnya, kehidupan sosialnya pun luar biasa. Setiap pagi ia memberi sarapan kepada orang yang kurang mampu di sekitar rumahnya di Jl. Mampang, Jakarta Selatan. “Kita jangan sejahtera sendirian, kita harus mensejahterakan orang lain,” ucapnya suatu ketika.<br />
<br />
Bukan hanya itu, pria asal Batang Jawa Tengah ini juga menunjukkan kepeduliannya terhadap kemajuan dan kemandirian bangsa dengan membentuk komunitas Indonesia Islamic Business Forum (IIBF). Melalui forum yang beranggotakan pengusaha dan calon pengusaha ini ia berbagi pengalaman sekaligus memberikan pendampingan bisnis. Setiap hari kantornya didatangi para pengusaha yang ingin konsultasi bisnis.<br />
<br />
Aksi nyata lainnya ia tunjukkan dengan menggagas Gerakan Beli Indonesia, 27 Februari 2011. Melalui gerakan ini ia mendorong anak bangsa agar membeli produk bangsa sendiri. “Karakter bangsa harus dibangun dengan mental ini,” tegasnya.<br />
<br />
Saya bahagia bisa mengenal sosok <a href="http://www.propertidahsyat.com/2011/06/minus-ke-surplus-mungkinkah.html">Heppy Trenggono</a>. Kekuatan mimpinya untuk memiliki usaha dengan aset Rp 1 triliun tanpa hutang tercapai, bahkan ia kini jauh melebihi impiannya. Setelah sukses ia tak lupa untuk mengangkat harkat dan martabat orang lain dan bangsanya. Menurut saya, itulah kehidupan terbaiknya, kehidupan SuksesMulia…<br />
<br />
Salam SuksesMulia!<br />
<br />
Ingin ngobrol dengan saya?<br />
</div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-33964857106520386292011-08-22T06:04:00.002+07:002011-08-22T06:04:47.862+07:00Tri Astuti Membangun Usaha Tanpa Riba<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table class="contentpaneopen"><tbody>
<tr><td class="contentheading" width="100%"><br />
</td> </tr>
<tr valign="top"><td valign="top"><table class="artinfo_block"><tbody>
<tr valign="top"> <td valign="middle"> <span class="written_by"> Written by Administrator </span> <span class="createdate"> Sunday, 21 March 2010 11:29 </span> </td> <td align="right" class="buttonheading" valign="top"> <a href="http://iibf-indonesia.com/iibf/index.php?view=article&catid=48%3Ausually-articles&id=210%3Aarticles-1&format=pdf&option=com_content&Itemid=106" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" rel="nofollow" title="PDF"><img alt="PDF" src="http://iibf-indonesia.com/iibf/templates/gk_icki_sports/images/pdf_button.png" /></a> </td> <td align="right" class="buttonheading" valign="top"> <a href="http://iibf-indonesia.com/iibf/index.php?view=article&catid=48%3Ausually-articles&id=210%3Aarticles-1&tmpl=component&print=1&layout=default&page=&option=com_content&Itemid=106" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" rel="nofollow" title="Print"><img alt="Print" src="http://iibf-indonesia.com/iibf/templates/gk_icki_sports/images/printButton.png" /></a> </td> <td align="right" class="buttonheading" valign="top"> <a href="http://iibf-indonesia.com/iibf/index.php?option=com_mailto&tmpl=component&link=aHR0cDovL2lpYmYtaW5kb25lc2lhLmNvbS9paWJmL2luZGV4LnBocD9vcHRpb249Y29tX2NvbnRlbnQmdmlldz1hcnRpY2xlJmlkPTIxMDphcnRpY2xlcy0xJmNhdGlkPTQ4OnVzdWFsbHktYXJ0aWNsZXMmSXRlbWlkPTEwNg==" onclick="window.open(this.href,'win2','width=400,height=350,menubar=yes,resizable=yes'); return false;" title="E-mail"><img alt="E-mail" src="http://iibf-indonesia.com/iibf/templates/gk_icki_sports/images/emailButton.png" /></a> </td> </tr>
</tbody></table></td> </tr>
</tbody></table><br />
<img align="left" alt="" src="http://www.iibf-indonesia.com/images/stories/foto%20astuti.jpg" />JATUH bangun mengembangkan usaha sudah dialami berkali-kali oleh Tri Astuti (32). Ia sudah mencoba berbagai usaha, mulai dari makanan, percetakan, pulsa, sampai warnet. Namun karena semua dilakoninya dengan hanya mengandalkan pengalaman, risiko jatuh pada kondisi yang sama terus berulang. Sampai akhirnya, ia bertemu seorang pembimbing yang mengarahkannya pada usaha yang "barokah" tanpa bergantung pada pinjaman bank. Kini, Tri Astuti kewalahan memenuhi permintaan pasar yang terus berdatangan.<br />
<div> </div><div> Tri Astuti (32) sebetulnya lulusan Farmasi ITB. Namun naluri usahanya telah muncul sejak ia lulus. Setamat kuliah, Tri sudah menjadi bagian dari tim suatu produk bermerek yang dikelola secara multilevel marketing. Lepas dari itu, ia juga mencoba menjadi broker perdagangan properti.<br />
</div><div> Namun kesuksesan dan kepuasaan ternyata hanya sepintas. Tidak pernah menetap lama. "Lagi pula sering kali saya merasa bekerja pada orang lain sehingga kalau berhasil pun sepertinya mendukung keberhasilan orang lain saja. Bukan karena milik sendiri," ujarnya saat ditemui "PR" di rumah produksinya di kawasan Cijawura Bandung.<br />
</div><div> Sejak itu, Tri mulai menginginkan usaha sendiri. Awalnya, ia membeli franchise burger dan menjalaninya dengan sukses. Dari pertama kali hanya mempunyai satu stan, bertambah beberapa stan lain. Pasarnya banyak, permintaan terus mengalir, dan sukseslah Tri dengan usaha makanan ini. Namun karena rasa percaya diri terlalu tinggi tanpa diimbangi perhitungan matang, usaha yang maju pesat itu ternyata pesat pula ambruknya.<br />
</div><div> "Waktu itu pasar sangat bagus, permintaan banyak. Dari semula satu stan menjadi tiga. Tidak puas sampai di situ, saya langsung buka empat sampai lima belas stan secara bersamaan. Dapat dibayangkan, dengan perasaan sudah merasa berhasil, ternyata tidak terkelola dengan baik. Sampai akhirnya usaha itu jatuh ambruk secepat pada saat suksesnya," tuturnya.<br />
</div><div> Padahal, saat itu Tri sedang terikat pinjaman bank. Meskipun usaha roti ala Amerika itu jatuh, Tri mencoba lagi usaha di bidang lain, yakni percetakan, pulsa, sampai warnet. Namun lagi-lagi karena Tri hanya belajar dari pengalaman, ketiga usahanya itu pun jatuh. Belakangan ia menyadari, kesalahan mendasar dari bangkrutnya semua usaha itu karena investasi pada alat. Seharusnya, jika alat masih memadai, tidak perlu investasi di situ.<br />
</div><div> "Akhirnya produksi tidak jalan karena dana terkonsentrasi di alat. Padahal, produksi harusnya berjalan terus untuk membiayai pinjaman ke bank. Dengan utang yang terus membesar, saya menyadari semua proses itu begitu mahalnya kalau hanya mengandalkan pengalaman tanpa bimbingan. Kemungkinan jatuh ke lubang yang sama sangat mungkin terjadi," ujarnya.<br />
</div><div> Dengan kondisi traumatis seperti itu, Tri mendapat simpati dari sahabatnya. Ia menawarkan Tri untuk mencoba usaha baru tanpa pinjaman bank. Karena ajakan teman itu, Tri mulai menyusun strategi baru usahanya. "Saya jadi ingat, pada zaman Rasulullah saw. saja, usaha itu tidak berkembang karena bank, tetapi karena sistem bagi hasil yang disesuaikan syariat Islam," ujarnya.<br />
</div><div> Sejak itu, Tri mengikuti kelas bisnis membangun bisnis tanpa riba. Tri mendapat arahan langsung dari Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. tentang bagaimana membangun bisnis profitable tanpa riba. Tri juga mulai aktif di Indonesia Islamic Business Forum (IIBF), komunitas yang beranggotakan pengusaha dan calon pengusaha dalam berbagi pengalaman dan pendampingan usaha. Dari komunitas ini pula, Tri menemukan banyak hal baru tentang kiat-kiat usaha.<br />
</div><div> "Mata saya terbuka lebar dan menyadari betapa mahalnya pertaruhan usaha dengan hanya mengandalkan pengalaman," tuturnya.</div><div> <strong><br />
Modal Nol</strong></div><div> Tri memulai usaha barunya dengan modal nol. Waktu itu, ia mencoba membuat beberapa desain baju, me-nggambarnya, menjahit, dan memajangnya di internet. Kebetulan, Muhammad Nurul Ihsan (32), suami Tri, paham betul bagaimana perjuangan istrinya. Ia dengan bersemangat merancangkan situs web untuk usaha baru milik Tri.<br />
</div><div> "Waktu itu saya hanya membuat enam rancangan baju, tetapi responsnya sangat luar biasa. Lagi-lagi berkat dukungan dari suami, orang tua, dan komunitas di IIBF, Tri mulai menata kembali usahanya dari nol. Caranya, setiap permintaan yang datang disyaratkan harus mengeluarkan uang muka (panjar) dari setengah barang yang diambil.</div><div> <br />
Hal itu ia lakukan agar bisa membayar bahan-bahan dari para pemasok. Apalagi, kata Tri, pemasok kaus sebagai bahan produksinya selalu minta dibayar di muka. "Dengan mengandalkan panjar dari para distributor itulah, saya bisa membayar para suplier. Padahal modal saya sama sekali nol," ujarnya.</div><div> <br />
Namun, hasilnya sungguh luar biasa. Hanya dalam tempo delapan bulan, Tri sudah melipatgandakan produksinya dari semula enam baju, sekarang sudah mencapai 2.000-3.000 baju per bulan. Permintaan itu berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Bahkan, Tri mengaku kewalahan karena sering kali permintaan lebih banyak dari stok barang yang tersedia.</div><div> <br />
Apalagi Tri juga masih mengandalkan sistem maklun. Sebab untuk pengadaan alat dan karyawan yang menetap, risikonya lebih besar dibandingkan dengan maklun. "Asal kualitas jahitnya sama, rapi, saya masih mengandalkan maklun sampai sekarang. Selain lebih terkontrol, bisa menghidupkan masyarakat juga yang membantu maklun untuk saya," ujarnya.</div><div> <br />
Tri mendasari usahanya dengan tekad dakwah. Dengan demikian, penamaan produknya pun betul-betul diniatkan untuk memuliakan Islam. Tri memberi nama produknya dengan nama "Mutif", artinya Muslimah inspiratif. "Saya sering teringat dan diingatkan oleh Ustaz Samsul Arifin dengan gerakan hidup berkahnya. Makanya karena usaha saya pun ingin berkah, saya memberinya Mutif," ujarnya.</div><div> <br />
Tri yang merancang semua produksinya, mulai dari pemilihan bahan, komposisi warna, sampai ke pernak-pernik yang menjadi hiasan baju-bajunya. Dengan harapan, remaja Muslim sebagai sasaran pasar dapat berbusana Muslim lebih santun dan terhormat. "Saya mengambil pasar remaja dengan latar ekonomi menengah. Alasannya, selain ingin membantu mereka berbusana sesuai dengan syariah, karena kapasitas produksi saya juga masih sangat terbatas. Kalau untuk kalangan bawah, permintaannya kan pasti lebih massal dan saya merasa tidak akan sanggup," katanya mengakui.</div><div> <strong><br />
Hati-hati</strong></div><div> Karyawan Tri yang bekerja rutin di rumah produksinya ada sekitar delapan orang. Sementara di luaran juga banyak para pekerja yang maklun kepada Tri. Kendati begitu, Tri mengaku, sekarang lebih berhati-hati. Apalagi sang guru Ir. H. Heppy Trenggono, M.Si. selalu mengingatkan, "Jangan ingin looking success, tetapi harus being success". Begitu Tri mengingatkan dirinya.</div><div> <br />
Tri juga selalu mengonsultasikan setiap langkah yang akan diambilnya kepada sang guru. Apalagi bila langkah itu akan berpengaruh terhadap keseluruhan usahanya. Dengan demikian, kalaupun ada risiko yang muncul, tidak terlalu fatal seperti dulu. Contohnya dalam memenuhi permintaan. Kalau dulu, kata Tri, ia akan segera menambah alat agar jumlah produksi lebih banyak dan pasar terpenuhi. Namun sekarang, berkat saran dan arahan IIBF, ia justru mengambil langkah yang lebih aman dan terjangkau tanpa harus terseret pinjaman bank.</div><div> <br />
"Godaan usaha itu ketika permintaan banyak dan tidak terpenuhi, inginnya tambah produksi. Jalan untuk tambah produksi adalah penambahan modal dan biasanya itu dari pinjaman ke bank. Sekarang saya tidak lagi," ujarnya.</div><div> <br />
Tri betul-betul ingin menjalankan usahanya berkah. Tidak lagi melesat secepat kilat, tetapi alon-alon asal kelakon. Terbukti, permintaan untuk menjadi distribtutor terus mengalir dari berbagai daerah. Pihak perbankan juga banyak yang menawari pinjaman. Namun Tri selalu ingat, yang penting maksimalkan segala yang sudah ada. Kalaupun kelak ingin investasi, tidak terjebak lagi pada jerat utang seperti dulu.</div><div> <strong><br />
Dakwah dari Rumah</strong></div><div> Tri menikah dengan Muhammad Nurul Ihsan (32) pada 2005 lalu. Ia dikaruniai satu orang anak, Alief Izzaddin (3). Kendati begitu, rumahnya selalu ramai karena Tri menjalankan usahanya di rumah. Begitu juga suaminya, ia membuka klinik pengobatan alternatif bersebelahan dengan ruang pamer baju-baju Tri. Dengan demikian, tak aneh bila rumah merangkap kantor ini selalu ramai sejak pukul 08.00 samapai dengan pukul 17.00 WIB.</div><div> "Sejak dulu, saya bercita-cita ingin mengembangkan usaha dakwah di rumah. Alhamdulillah, berkat bantuan semua pihak, saya bisa seperti sekarang," ujarnya.</div><br />
Tri menyarankan kepada kaum perempuan yang akan atau sedang menjalankan usaha, sebaiknya ingat bahwa "mentor clarity is power" (kejelasan itu kekuatan). "Kita butuh guru atau mentor untuk belajar. Kalau belajar langsung dari pengalaman, mahal. Risikonya terlalu besar. Kenapa tidak belajar langsung kepada pelakunya. Mereka bisa melihat langkah-langkah yang diambil lebih objektif dan prosfektif," ujarnya. (Eriyanti/"PR")***<br />
<br />
<div><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CChienue%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CChienue%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CChienue%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--{cke_protected}%3C!%2D%2D%0A%20%2F*%20Font%20Definitions%20*%2F%0A%20%40font-face%0A%09%7Bfont-family%3A%22Cambria%20Math%22%3B%0A%09panose-1%3A2%204%205%203%205%204%206%203%202%204%3B%0A%09mso-font-charset%3A0%3B%0A%09mso-generic-font-family%3Aroman%3B%0A%09mso-font-pitch%3Avariable%3B%0A%09mso-font-signature%3A-1610611985%201107304683%200%200%20415%200%3B%7D%0A%40font-face%0A%09%7Bfont-family%3ACalibri%3B%0A%09panose-1%3A2%2015%205%202%202%202%204%203%202%204%3B%0A%09mso-font-charset%3A0%3B%0A%09mso-generic-font-family%3Aswiss%3B%0A%09mso-font-pitch%3Avariable%3B%0A%09mso-font-signature%3A-520092929%201073786111%209%200%20415%200%3B%7D%0A%20%2F*%20Style%20Definitions%20*%2F%0A%20p.MsoNormal%2C%20li.MsoNormal%2C%20div.MsoNormal%0A%09%7Bmso-style-unhide%3Ano%3B%0A%09mso-style-qformat%3Ayes%3B%0A%09mso-style-parent%3A%22%22%3B%0A%09margin-top%3A0in%3B%0A%09margin-right%3A0in%3B%0A%09margin-bottom%3A10.0pt%3B%0A%09margin-left%3A0in%3B%0A%09line-height%3A115%25%3B%0A%09mso-pagination%3Awidow-orphan%3B%0A%09font-size%3A11.0pt%3B%0A%09font-family%3A%22Calibri%22%2C%22sans-serif%22%3B%0A%09mso-ascii-font-family%3ACalibri%3B%0A%09mso-ascii-theme-font%3Aminor-latin%3B%0A%09mso-fareast-font-family%3ACalibri%3B%0A%09mso-fareast-theme-font%3Aminor-latin%3B%0A%09mso-hansi-font-family%3ACalibri%3B%0A%09mso-hansi-theme-font%3Aminor-latin%3B%0A%09mso-bidi-font-family%3A%22Times%20New%20Roman%22%3B%0A%09mso-bidi-theme-font%3Aminor-bidi%3B%7D%0Aa%3Alink%2C%20span.MsoHyperlink%0A%09%7Bmso-style-noshow%3Ayes%3B%0A%09mso-style-priority%3A99%3B%0A%09color%3Ablue%3B%0A%09text-decoration%3Aunderline%3B%0A%09text-underline%3Asingle%3B%7D%0Aa%3Avisited%2C%20span.MsoHyperlinkFollowed%0A%09%7Bmso-style-noshow%3Ayes%3B%0A%09mso-style-priority%3A99%3B%0A%09color%3Apurple%3B%0A%09mso-themecolor%3Afollowedhyperlink%3B%0A%09text-decoration%3Aunderline%3B%0A%09text-underline%3Asingle%3B%7D%0A.MsoChpDefault%0A%09%7Bmso-style-type%3Aexport-only%3B%0A%09mso-default-props%3Ayes%3B%0A%09font-family%3A%22Calibri%22%2C%22sans-serif%22%3B%0A%09mso-ascii-font-family%3ACalibri%3B%0A%09mso-ascii-theme-font%3Aminor-latin%3B%0A%09mso-fareast-font-family%3ACalibri%3B%0A%09mso-fareast-theme-font%3Aminor-latin%3B%0A%09mso-hansi-font-family%3ACalibri%3B%0A%09mso-hansi-theme-font%3Aminor-latin%3B%0A%09mso-bidi-font-family%3A%22Times%20New%20Roman%22%3B%0A%09mso-bidi-theme-font%3Aminor-bidi%3B%7D%0A.MsoPapDefault%0A%09%7Bmso-style-type%3Aexport-only%3B%0A%09margin-bottom%3A10.0pt%3B%0A%09line-height%3A115%25%3B%7D%0A%40page%20Section1%0A%09%7Bsize%3A8.5in%2011.0in%3B%0A%09margin%3A1.0in%201.0in%201.0in%201.0in%3B%0A%09mso-header-margin%3A.5in%3B%0A%09mso-footer-margin%3A.5in%3B%0A%09mso-paper-source%3A0%3B%7D%0Adiv.Section1%0A%09%7Bpage%3ASection1%3B%7D%0A%2D%2D%3E-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <a href="http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=154325" target="_blank">http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=154325</a> <o:p><br />
</o:p></div></div></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-46333202762974211572011-08-20T14:19:00.000+07:002011-08-20T14:19:07.816+07:00Di level Mana Kita Bermain?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div><h2 class="uiHeaderTitle"><br />
</h2></div><div class="clearfix"><div class="mbs uiHeaderSubTitle lfloat fsm fwn fcg">oleh <a href="http://www.facebook.com/heppytrenggono">HEPPY TRENGGONO</a> pada 19 Agustus 2011 jam 6:40</div></div><span class="photo_right"><img alt="" class="photo_img img" src="http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/262518_246771348691070_122250854476454_825177_945848_a.jpg" /><span class="caption"></span></span>Bagaimana akhir kehidupan seseorang akan ditentukan seperti apa dia bermain hari ini. Kalau dia bermain seperti orang miskin maka akhir kehidupannya akan miskin meskipun hari ini dia berlimpah materi. Seseorang yang tampaknya biasa-biasa saja akan berakhir jadi orang kaya jika dia bermain seperti orang kaya. “It’s how you play,” kata Presiden IIBF, Ir.H. Heppy Trenggono, MKom, di depan 150 pengusaha di Jogjakarta, Sabtu siang. Besar kecilnya pendapatan seseorang di dalam hidup dan bisnisnya juga ditentukan bagaimana dia bermain. Karena ternyata , menurut Heppy rezeki itu memiliki 4 level atau tingkatan. Setiap levelnya memiliki kualifikasi tertentu baik jumlahnya maupun orang yang berhak utuk mendapatkannya.<br />
<br />
<br />
Level 1, Rezeki makhluk. Ini adalah level terbawah dimana Allah SWT menjamin rezeki untuk setiap makhluknya. Bahkan ulat di lubang batupun ada rezekinya. Allah SWT memiliki cara sendiri untuk memberi rezeki kepada setiap mahluknya. <i>“Cecak yang hanya bisa merayap dan tidak punya sayap tetapi dapat menangkap nyamuk yang bisa terbang,</i>” kata Heppy memberi contoh. Manusia, kata Heppy, yang tidak melakukan apa-apa dan hanya berdiam diri juga ada rezekinya. Tapi rezekinya adalah rezeki orang yang malas dan sama dengan rezeki makhluk.<br />
<br />
Level 2, Rezeki Orang Yang Berusaha. Orang yang berada pada level ini akan memperoleh seperti yang diusahakannya.<b><i> Seseorang yang bekerja 8 jam sehari maka rezeki akan lebih banyak daripada mereka yang bekerja 4 jam. Seseorang yang berpendidikan tinggi rezekinya akan lebih baik dari mereka yang tidak berpendidikan atau pendidkannya lebih rendah.</i></b> Orang mendapatkan rezekinya seperti yang dia usahakan. “99 persen manusia berada pada level ini, mendapatkan rezeki dengan cara mengandalkan kerja keras,” ungkap Heppy. Orang yang berada pada level ini hidupnya sangat capek, bahkan banyak juga yang tidak memiliki kehidupan. Karena waktunya habis untuk bekerja keras sehingga tidak ada waktu lagi untuk bersosialisasi dengan tetangga dan orang-orang sekitarnya. Jika dia pebisnis kadang-kadang waktu untuk keluargapun ikut tersita karena dia sibuk dengan pekerjaannya.<br />
<br />
Level 3. Rezeki Orang Yang Bersyukur. Rezeki pada level ini diungkapkan Alqur’an untuk orang-orang yang mau menafkahkan hartanya. Allah SWT akan membalas dengan sepuluh kali lipat, bisa 700 kali lipat atau bahkan tidak terhingga. Secara logika memang harta yang dikeluarkan itu akan mengurangi jumlahnya. Tetapi ini bukan permainan logika, karena faktanya sepuluh orang terkaya di dunia adalah mereka yang memiliki giving yang luar biasa. “Semua bangsa dan agama di dunia percaya bahwa bersedekah itu tidak akan mengurangi harta tetapi semakin memperbanyak harta,” kata Heppy. Masalahnya, lanjut Heppy, sangat sedikit orang yang meyakini hal itu. Dari yang yakin itu hanya sedikit orang yang mau melakukannya.<br />
<br />
Level 4, Rezeki Orang Yang Bertaqwa. Rezeki level ini adalah rezeki yang terjadi pada orang yang hidupnya tidak pernah ada rasa takut dan khawatir. Kedekatannya dengan Allah SWT membuat masalahnya banyak yang ditake over. Rezeki orang yang berada pada level ini adalah rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Orang yang berada pada level ini adalah orang yang hati, pikiran, ucapan dan tindakannya sangat terjaga. Hidup sebagai hamba yang berjuang dengan harta dan jiwa. Rezekinya tidak ada lagi ukurannya karena sudah tidak terbatas lagi. “Orang yang berada pada level ini adalah orang yang sangat faham dan sudah menjalani pada level-level dibawahnya,” kata Heppy. Sayangnya, lanjut Heppy banyak orang merasa di level 4 tetapi sebenarnya di berada di level 1. Sudah pasti orang di level 4 ini bukan orang-orang yang kikir karena jika ia masih kikir berarti dia baru berada pada level 2. Dia juga bukan orang yang malas yang hanya berdoa dan meninggalkan ikhtiar tetapi seorang pekerja keras yang berprestasi.<br />
<br />
“Mengapa banyak orang yang ada di IIBF dengan masalah yang melilitnya bertahun-tahun dapat keluar dan kembali memiliki bisnis dan kehidupan ? mereka kita ajak untuk bisa bermain di level empat,” ungkap Heppy. <b><i>Disiplinnya menurut Heppy adalah disiplin Alqur’an dan Hadist. Maka jika berbisnis masih menggunakan transaksi dan uang riba sudah pasti tidak bisa masuk dalam kategori ini.</i></b><br />
Acara yang digelar oleh IIBF Wilayah DI Yogjakarta adalah pengajian bisnis yang khusus menghadirkan Presiden IIBF ke Jogjakarta. Selain membincangkan tentang organisasi perjalanan ke Jogjakarta ini juga membicarakan tentang rencana membangun Pasar Indonesia sebagai gerakan Beli Indonesia. (AA )</div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-9480995063282570782011-07-31T14:44:00.000+07:002011-07-31T14:44:31.211+07:00Mengikuti Semua Kata Orang? Capek Deh!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div id="newstext">Oleh <strong>Muhammad Saifudin Kodiran</strong><br />
<br />
Alkisah, dalam kitab Azhraf al-Zharfa', Joha bersama putranya pergi ke pasar mengendarai keledai, sementara putranya berjalan di sampingnya. Ketika melewati kerumunan, terdengar celoteh, "Dasar orang tua semena-mena, masak anaknya disuruh berjalan kaki." Merasa tidak nyaman dengan celotehan, Joha turun dari punggung keledai dan berganti posisi dengan anak.<br />
<br />
Di kerumunan lain, terdengar cemoohan, "Dasar anak durhaka, tega sekali membiarkan bapaknya berjalan kaki sementara ia duduk enak." Ia menyuruh putranya turun dan berjalan kaki bersamanya sementara keledainya dituntun.<br />
<br />
Beberapa langkah kemudian, orang-orang berkomentar, "Orang aneh, mengapa keledai itu tidak dinaiki." Ia bersama sang anak menaiki punggung keledai. Di lokasi selanjutnya, orang-orang berseloroh, "Bapak dan anak sama dungunya, masak seekor keledai lemah ditunggangi berdua." Tak mau dianggap orang bersalah, Joha dan anaknya turun, lalu keledai itu dipanggul berdua. Anak-anak kecil yang melihatnya girang dan tertawa-tawa. Keduanya berjalan hingga sampai di jembatan kecil. Joha bingung dan serbasalah. Akhirnya, keledai itu dilemparnya ke sungai. <br />
<br />
Cerita di atas adalah gambaran orang yang tidak teguh dalam prinsip. Nashruddin Joha atau dikenal dengan Nashruddin Hoja, tokoh unik pada masa keemasan Islam. Ia bermaksud pergi ke pasar untuk berdagang bersama putranya. Dalam perjalanan, ia terjebak dalam tindakan yang membuat dirinya kebingungan. Bingung bukan lantaran tawar-menawar harga atau menghitung keuntungan, melainkan bingung karena melakukan tindakan yang tak dimengerti oleh dirinya sendiri. Joha lupa bahwa tujuan perjalanannya adalah berdagang ke pasar. Maksud hati menyenangkan setiap orang, apa daya bingung yang didapat. <br />
<br />
Karakter Joha dalam kisah di atas menurut teori kepribadian dikenal dengan conformist personality, pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya. Tindakan ini muncul karena ada perasaan khawatir tidak mendapat pengakuan dari orang lain. Dampak dari kepribadian ini adalah rentan untuk dikuasai oleh pengaruh-pengaruh liar dan tak mampu mempertahankan tujuan atau prinsip.<br />
<br />
Menurut hierarki Maslow, aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi (meta-needs) dalam hidup. Aktualisasi diri muncul karena adanya konsistensi terhadap tujuan. Aktualisasi diri penting sebab jika tak terpenuhi (bagi sebagian orang yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya) bisa berakibat metapatologi (penyakit kejiwaan), seperti sinisme, kebencian, kegelisahan, depresi dan metapatologi lainnya. Namun, dalam kisah Joha, ia terlampau khawatir sehingga melakukan kekeliruan cara meraihnya, bahkan mengorbankan tujuannya. Akibatnya, Joha menderita kerugian waktu, energi, dan keledai.<br />
<br />
Alquran memberi solusi untuk mengantisipasi kekeliruan di atas, yaitu dengan istiqamah (konsistensi). "Tetap teguhlah kamu pada jalan yang benar sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu." (QS Hud: 112). Selanjutnya, bertawakal dengan keputusan yang telah diambil. "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159). Wallahu A'lam.<br />
Dimuat di Republika cetak edisi Selasa (26/7) dengan judul <strong>Joha dan Keledai</strong></div><div class="newsmeta"><b>Redaktur:</b> Siwi Tri Puji B</div></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-16425236301190603212011-05-22T23:47:00.001+07:002011-05-22T23:52:14.164+07:00Berbagi Kepada Ibu (Ibrah edisi 61)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><table class="contentpaneopen"><tbody>
<tr><td class="contentheading" width="100%"></td> <td align="right" class="buttonheading" width="100%"><a href="http://www.asysyariah.com/syariah/ibrah/835-berbagi-kepada-ibu-ibrah-edisi-61.pdf" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" rel="nofollow" title="PDF"><img alt="PDF" src="http://www.asysyariah.com/images/M_images/pdf_button.png" /></a> </td> <td align="right" class="buttonheading" width="100%"><a href="http://www.asysyariah.com/syariah/ibrah/835-berbagi-kepada-ibu-ibrah-edisi-61.html?tmpl=component&print=1&page=" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" rel="nofollow" title="Print"><img alt="Print" src="http://www.asysyariah.com/images/M_images/printButton.png" /></a> </td> <td align="right" class="buttonheading" width="100%"><a href="http://www.asysyariah.com/component/mailto/?tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5hc3lzeWFyaWFoLmNvbS9zeWFyaWFoL2licmFoLzgzNS1iZXJiYWdpLWtlcGFkYS1pYnUtaWJyYWgtZWRpc2ktNjEuaHRtbA%3D%3D" onclick="window.open(this.href,'win2','width=400,height=350,menubar=yes,resizable=yes'); return false;" title="E-mail"><img alt="E-mail" src="http://www.asysyariah.com/images/M_images/emailButton.png" /></a> </td> </tr>
</tbody></table><table class="contentpaneopen"><tbody>
<tr> <td valign="top"><span class="small"> Written by Al-Ustadz Abu Muhammad Harits </span> </td> </tr>
<tr> <td class="createdate" valign="top">Tuesday, 10 May 2011 14:30 </td> </tr>
<tr> <td valign="top"><b>Berbagi Kepada Ibu</b><br />
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits)<br />
<br />
Dalam sebuah hadits, Rasulullah n bersabda, menceritakan beberapa peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu. Salah satunya tentang seorang ahli ibadah bernama Juraij.<br />
<br />
كَانَ رَجُلٌ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ يُصَلِّي فَجَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ فَأَبَى أَنْ يُجِيبَهَا فَقَالَ: أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي؟ ثُمَّ أَتَتْهُ فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ الْمُومِسَاتِ. وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: لَأَفْتِنَنَّ جُرَيْجًا. فَتَعَرَّضَتْ لَهُ فَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوَلَدَتْ غُلاَمًا فَقَالَتْ: هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ. فَأَتَوْهُ وَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ فَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى الْغُلاَمَ فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ؟ قَالَ: الرَّاعِي. قَالُوا: نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ. قَالَ: لاَ، إِلاَّ مِنْ طِينٍ<br />
<br />
Dahulu kala, di kalangan Bani Israil ada seorang yang dikenal bernama Juraij. Pada suatu hari, ketika dia sedang shalat, datanglah ibunya memanggil. <br />
Juraij enggan memenuhi panggilannya. Katanya (dalam hati), “Saya menjawab panggilannya, ataukah saya tetap shalat?”<br />
Kemudian ibunya datang lagi (memanggil, tapi Juraij tidak menyahut). Sang ibu pun berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau mematikan dia sampai Engkau memperlihatkan kepadanya wajah para wanita pelacur.”<br />
Suatu ketika, Juraij sedang berada di tempat ibadahnya. Ada seorang wanita berkata, “Sungguh, saya pasti akan membuat Juraij terfitnah (tergoda untuk menzinainya, red.).” Dia pun menawarkan diri kepadanya dan mengajaknya bicara. Namun Juraij menolak. <br />
Akhirnya wanita itu mendatangi seorang penggembala kambing dan menyerahkan diri kepadanya (berzina, red.). <br />
(Beberapa waktu kemudian), wanita itu melahirkan seorang anak. Dia berkata, “(Anak) ini dari Juraij.”<br />
Penduduk kampung itu pun mendatangi Juraij, menghancurkan tempat ibadahnya dan menyeretnya serta mencacinya. <br />
Juraij pun berwudhu dan shalat. Kemudian dia mendatangi bayi itu dan bertanya, “Siapakah ayahmu, wahai anak?”<br />
Bayi itu menjawab, “Si penggembala.”<br />
Akhirnya penduduk kampung itu pun berkata, “Kami bangun kembali biaramu dari emas?”<br />
Kata Juraij, “Tidak. Tapi (bangunlah kembali) dari tanah.”1<br />
Kisah ini terjadi berabad-abad yang lalu, di zaman Bani Israil, sebelum Rasulullah n dilahirkan.<br />
Mulanya, Juraij hanyalah seorang pedagang. Kadang berhasil, dia memperoleh laba. Tapi tidak jarang pula dia mengalami kerugian. Melihat kenyataan ini, Juraij merenung dan berkata dalam hatinya, “Sungguh, tidak ada kebaikan dalam perniagaan seperti ini. Aku ingin mencari perniagaan yang lebih baik daripada ini.” <br />
Mulailah dia membangun sebuah tempat ibadah tempat ia beribadah di dalamnya. Akhirnya, dia pun tenggelam dalam kekhusyukan beribadah kepada Allah l.<br />
<br />
Ujian pun Datang<br />
Sunnatullah pasti berlaku pada setiap hamba Allah l. Mereka yang mengaku dirinya beriman, menyatakan cinta kepada Allah l, pasti akan menerima ujian sesuai tingkat iman yang ada dalam dadanya. Terlebih jika Allah l mencintai hamba tersebut.<br />
Rasulullah n bersabda:<br />
إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ<br />
“Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menimpakan petaka (ujian) pada mereka. Oleh karena itu, siapa yang menerimanya dengan ridha niscaya dia akan memperoleh keridhaan (dari Allah l), sedangkan mereka yang merasa marah (tidak rela menerimanya), tentu dia memperoleh murka (dari Allah l).”2<br />
Beliau n pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Sabda beliau n:<br />
<br />
<br />
الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ<br />
<br />
“Para nabi, kemudian yang (mulia) seperti mereka, dan yang seperti mereka. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan tingkat keimanannya. Kalau dia teguh dan kokoh dalam beragama, niscaya berat pula ujiannya. Kalau dia rapuh dalam beragama, tentu ringan pula ujian yang diterimanya. Senantiasa seseorang mendapat ujian, hingga dia dibiarkan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai kesalahan.”<br />
Suatu ketika, saat Juraij sedang shalat, ibunya datang memanggil, “Wahai Juraij. Wahai anakku, temuilah. Aku adalah ibumu, bicaralah denganku!” <br />
Juraij yang sedang shalat ragu-ragu, apakah dia harus membatalkan shalatnya lalu menemui ibunya, ataukah dia tetap meneruskan shalatnya?<br />
“Ya Allah, shalatku ataukah ibuku?” <br />
Sang ibu pun pergi. Tak lama, beliau datang lagi memanggil, “Wahai Juraij. Wahai anakku, temuilah. Aku adalah ibumu, bicaralah denganku!”<br />
Ternyata, tidak ada jawaban dari Juraij. Sang ibu merasa masygul. Ada apa dengan putranya, beberapa kali panggilannya tidak disahut oleh sang anak?<br />
Akhirnya, tak sabar menahan kejengkelannya, sang ibu memanjatkan doa, “Ya Allah, janganlah Engkau mematikan Juraij sampai Engkau memperlihatkan kepadanya wajah wanita pelacur.”<br />
Sebuah “kesalahan” yang kelihatannya cukup ringan. Hanya karena dia tidak menyahut panggilan sang ibu yang telah melahirkan dan mengasuhnya sejak dia kecil. Bahkan perbuatan itu bukan pula didasari karena dia durhaka kepada ibunya. <br />
Tidak. Juraij bukan anak durhaka. Dia justru sedang berada di antara dua sikap ta’zhim (pengagungan): antara mengagungkan hak Allah l yang dia sedang berdiri shalat di hadapan-Nya ataukah hak sang ibu yang telah melahirkan dan mengasuhnya?<br />
Juraij berkata, “Ya Allah, shalatku ataukah ibuku?”<br />
Akhirnya, Juraij tetap meneruskan shalatnya. <br />
Dalam shalatnya, Juraij masih sempat mendengar doa yang dipanjatkan sang ibu. Sebuah doa yang mustajab, bertepatan dengan waktu Allah l mengabulkan doa. Dari seorang ibu yang salehah, yang dikecewakan oleh putra yang telah dilahirkan dan dibesarkannya. <br />
Duhai, kiranya manusia mengetahui hak Allah l dan menunaikannya secara sempurna, tentulah mereka pun tahu betapa mulia kedudukan orang tua dalam diri mereka, sesudah Allah l dan Rasul-Nya.<br />
Dalam banyak ayat-Nya, Allah l selalu mengurutkan (mendudukkan) berbagai kebaikan dan ketaatan kepada orang tua sesudah perintah taat kepada Allah l dan Rasul-Nya.<br />
Allah l berfirman:<br />
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra’: 23)<br />
Selang beberapa waktu kemudian. Ketika nama Juraij dikenal sebagai seorang ahli ibadah, terdengarlah beritanya oleh seorang pelacur yang sangat cantik di daerah tersebut. Harga diri wanita itu seolah-olah tertantang. Dia merasa tinggi hati karena hampir setiap laki-laki di daerah tersebut, sama mengharapkan dirinya. <br />
Sehebat apakah laki-laki bernama Juraij itu? Siapakah dia? Apakah dia seorang nabi? Ataukah malaikat? Tidak adakah yang dapat meruntuhkan imannya? Padahal setiap laki-laki di sekitarnya memuja dirinya?<br />
Akhirnya dia bertekad untuk menjatuhkan pamor dan merusak ibadah Juraij. <br />
Datanglah dia berkunjung hendak merayu Juraij agar mau berzina dengannya. Wanita itu benar-benar mengerahkan segenap upayanya untuk menggoda dan membujuk Juraij agar mau menyentuhnya. Juraij tetap menolak.<br />
<br />
Berbagai cara telah dilakukan oleh wanita itu, tapi Juraij tetap tak bergeming. Karena syahwatnya sudah terlanjur memuncak sementara Juraij tidak menggubrisnya, wanita itu jengkel dan pergi.<br />
Kebetulan, di sekitar tempat ibadah Juraij ada seorang penggembala yang biasa membawa kambingnya merumput di sana. <br />
Sambil beristirahat, penggembala itu melepas kambing-kambingnya berlarian di padang rumput sepi itu. <br />
Saat dia sedang memerhatikan kambingnya, datanglah wanita yang tadi merayu Juraij. Dengan keahliannya, dia berhasil merayu si penggembala dan terjadilah perbuatan keji itu.<br />
Setelah itu, si wanita pun pergi meninggalkan penggembala dan kampung Juraij dengan satu rencana jahat yang sudah dipersiapkannya.<br />
<br />
Dia harus menghancurkan nama baik Juraij. <br />
Keadaan tetap sebagaimana semula. Juraij tetap sibuk dengan ibadahnya. Sang ibu tidak lagi datang ke tempat Juraij. Entah karena marah, sedih, atau yang lainnya. <br />
Beberapa waktu kemudian, di kampung seberang, si wanita yang dahulu merayu Juraij hamil dan sudah saatnya melahirkan.<br />
Tak berapa lama, sang bayi pun lahir.<br />
<br />
Wanita itu, didorong keinginannya untuk menghancurkan nama baik Juraij, walaupun masih dalam masa nifas, tetap keluar membawa bayi itu ke tengah-tengah kumpulan orang banyak. Dengan terheran-heran, orang-orang kampung itu bertanya, kapan wanita ini menikah? Laki-laki mana yang mau menikahi wanita seperti ini? Siapa pula suaminya? Di mana mereka menikah?<br />
Sejumlah pertanyaan muncul dalam benak mereka. Tapi agaknya, semua sudah diperhitungkan wanita tersebut. Semua pertanyaan yang mungkin mereka ajukan sudah ada jawabannya.<br />
Dengan tenang, dia berkata kepada penduduk kampung itu, “Ini (hasil hubunganku) dengan Juraij.”<br />
<br />
Bagai disengat kalajengking, mereka tersentak kaget. Juraij, ahli ibadah yang terkenal itu?<br />
Jadi, selama ini dia berpura-pura alim, tetapi melakukan perbuatan tak senonoh dengan perempuan seperti ini? <br />
Akhirnya, sumpah serapah dan caci-maki berhamburan dari mulut mereka.<br />
Penipu, mura’i (orang yang berbuat riya’), ingin dipuji, dan umpatan lainnya mereka tujukan kepada Juraij.<br />
Tak puas sampai di situ. Berduyun-duyun mereka datang menyerbu tempat ibadah Juraij.<br />
Dari bawah tempat ibadah tersebut, mereka berteriak mencaci-maki Juraij dan menyuruhnya turun.<br />
Juraij tak memedulikan mereka, dia tetap tenggelam dalam ibadahnya. <br />
Warga semakin tak sabar. Beberapa orang di antara mereka memukulkan palu, pacul, dan benda-benda keras lainnya untuk meruntuhkan tempat ibadah itu.<br />
Mau tak mau, Juraij pun keluar. <br />
Dia tersenyum....<br />
<br />
Warga merasa heran, mengapa dia tersenyum? Tentu saja hal itu membuat mereka semakin jengkel. Sambil memaki, mereka membelitkan tali di leher kedua orang yang mereka ‘yakini’ telah berzina ini. Juraij dan si pelacur.<br />
Dalam ajaran mereka ketika itu, orang yang berbuat demikian harus dibunuh. <br />
Tapi, mengapa Juraij tersenyum?<br />
Ya, ada apa? Juraij ingat, dalam shalatnya sayup-sayup dia sempat mendengar doa yang dipanjatkan sang ibu yang kecewa.<br />
Inilah kenyataan dari doa tersebut.<br />
Akhirnya, Juraij minta izin untuk berwudhu lalu shalat.<br />
Selesai shalat, Juraij mendekati wanita dan bayinya tersebut. Kemudian, dia menekan jarinya ke tubuh si bayi sambil bertanya, “Wahai bayi, siapakah ayahmu?”<br />
Mahasuci Allah yang membuat bicara segala sesuatu yang Dia kehendaki untuk berbicara. Itulah sebagian kecil bukti kekuasaan Allah Yang Mahaperkasa. <br />
Bukan hanya bayi manusia, bahkan benda-benda mati pun berbicara. Kulit, pendengaran, dan penglihatan manusia nanti juga akan berbicara menjadi saksi terhadap pemiliknya.<br />
<br />
Kapankah itu terjadi? Jangan tanya, kapan itu terjadi.<br />
Tapi, seharusnya kita bertanya, sudahkah kita mempersiapkan jawaban atas setiap pertanyaan yang akan diajukan kepada kita di padang mahsyar nanti? Sebelum pendengaran, penglihatan, dan kulit-kulit kita menjadi saksi terhadap diri kita? Sebelum mulut kita dikunci, tidak lagi mampu berkata-kata sepatah pun?<br />
Itulah hari, ketika manusia berdiri di hadapan Allah Yang Mahaadil dan Bijaksana. Dzat yang menguasai Hari Pembalasan. Hari yang pasti terjadi. <br />
Setiap orang sendiri-sendiri berbicara dengan Rabbnya, tanpa seorang penerjemah pun. Dia harus siap memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, tentang waktunya, untuk apa dia habiskan? Tentang kekuatannya, apa yang dia lakukan dengan kekuatan tersebut? Tentang hartanya, dari mana dia memperoleh dan ke mana dia belanjakan? Serta tentang ilmunya, apa yang dikerjakannya dengan ilmu itu?<br />
Itulah sabda Nabi n:<br />
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ<br />
“Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat, hingga dia ditanya tentang: Umurnya (waktu), dalam urusan apa dia gunakan. Tentang ilmu, bagaimana dia mengamalkannya? Tentang hartanya, dari mana dia memperolehnya dan ke mana dia belanjakan? Juga tentang jasmani (kekuatan)nya dalam urusan apa dia habiskan?”3<br />
<br />
Ingatlah, kita semua pasti akan dihadapkan kepada Allah l dan ditanya tentang semua aktivitas kita selama hidup di alam dunia. Mungkin kita membayangkan bisa berdusta di dalam ‘persidangan’ itu. Bahkan, setiap kita berusaha membela diri dengan menyebut kebaikan-kebaikannya atau mengelakkan tuduhan yang ditujukan kepadanya.<br />
Tetapi, jelas sekali, semua itu tidak berguna. Karena Allah l berfirman:<br />
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Fushshilat: 20-21)<br />
Maka, ingatlah. Itulah kekuasaan Allah. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Kekuasaan-Nya membuat bicara segala sesuatu, tidak hanya di akhirat nanti.... <br />
<br />
Sang bayi yang baru saja lahir, Allah l takdirkan mampu berbicara.<br />
Dengan jelas didengar oleh semua yang hadir dalam ‘persidangan’ itu, bayi itu menjawab pertanyaan Juraij tadi, “Bapakku adalah si penggembala.”<br />
<br />
Kalimat ini meruntuhkan kemarahan yang bercokol di hati warga saat itu. Jelas sudah, ternyata Juraij tak bersalah. Dia betul-betul suci dari berbuat keji seperti yang mereka tuduhkan.<br />
Dengan penuh rasa sesal, sambil menciumi Juraij, warga meminta maaf kepada Juraij dan menawarkan, “Bagaimana kalau kami bangun kembali tempat ibadahmu dari emas atau perak?”<br />
Dengan halus Juraij menolak dan berkata, “Tidak perlu, cukup seperti sebelumnya, dari tanah.”<br />
Keadaan menjadi tenang, warga pun pulang ke tempat masing-masing.<br />
Keikhlasan, kesungguhan, dan kejujuran dalam pengabdian, di samping rahmat serta kasih sayang Allah l tentunya, itulah yang menyelamatkan Juraij. <br />
Demikianlah Allah l berbuat terhadap hamba-hamba yang dicintai-Nya. Rasulullah n bersabda:<br />
<br />
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ<br />
<i>“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada salah seorang hamba-Nya, niscaya Dia segerakan hukuman untuknya di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan atas hamba-Nya, tentu Dia tahan darinya (hukuman itu) dengan dosanya, sampai Dia sempurnakan (balasan) dosa itu pada hari kiamat.”</i>4<br />
Apa yang dialami Juraij, adalah sebuah teguran halus dari Allah l.....<br />
(Insya Allah bersambung)<br />
<br />
<hr />1 Al-Bukhari (no. 3253) dan Muslim (no. 2500) dari Abu Hurairah z.<br />
2 HR. At-Tirmidzi (no. 2320), kata beliau, “Hadits ini hasan gharib dari jalan ini.”<br />
3 Disahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani.<br />
4 HR. At-Tirmidzi (no. 2396) dan kata Asy-Syaikh Al-Albani, “Hasan sahih.” <a href="http://www.asysyariah.com/syariah/ibrah/835-berbagi-kepada-ibu-ibrah-edisi-61.html">www.asysyariah.com</a> </td><td valign="top"><br />
</td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td><td valign="top"></td></tr>
</tbody></table></div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-38028712272526062012011-05-22T01:03:00.000+07:002011-05-22T01:03:19.068+07:00Hukum tentang Sihir dan Perdukunan/Paranormal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<br />
:: kategori Aqidah<br />
Penulis: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz<br />
.: :.<br />
Hukum Sihir Dan Perdukunan.<br />
<br />
Segala puji hanya kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan umat, Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang tiada lagi Nabi sesudahnya.<br />
Akhir-akhir ini banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya sebagai tabib, dan mengobati orang sakit dengan jalan sihir atau perdukunan. Mereka kini banyak menyebar di berbagai negeri; orang-orang awam yang tidak mengerti sudah banyak menjadi korban pemerasan mereka.<br />
Maka atas dasar nasihat (loyalitas) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada hamba-hambaNya, saya ingin menjelaskan tentang betapa besar bahayanya terhadap Islam dan umat Islam adanya ketergantungan kepada selain Allah dan bahwa hal tersebut bertolak belakang dengan perintah Allah dan RasulNya.<br />
<br />
Dengan memohon pertolongan Allah Ta'ala saya katakan bahwa berobat dibolehkan menurut kesepakatan para ulama. Seorang muslim jika sakit hendaklah berusaha mendatangi dokter yang ahli, baik penyakit dalam, pembedahan, saraf, maupun penyakit luar untuk diperiksa apa penyakit yang dideritanya. Kemudian diobati sesuai dengan obat-obat yang dibolehkan oleh syara', sebagaimana yang dikenal dalam ilmu kedokteran.<br />
<br />
Dilihat dari segi sebab dan akibat yang biasa berlaku, hal ini tidak bertentangan dengan ajaran tawakkal kepada Allah dalam Islam. Karena Allah Ta'ala telah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya. Ada di antaranya yang sudah diketahui oleh manusia dan ada yang belum diketahui. Akan tetapi Allah Ta'ala tidak menjadikan penyembuhannya dari sesuatu yang telah diharamkan kepada mereka.<br />
<br />
Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi orang yang sakit, mendatangi dukun-dukun yang mendakwakan dirinya mengetahui hal-hal ghaib, untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, karena sesuatu yang mereka katakan mengenai hal-hal yang ghaib itu hanya didasarkan atas perkiraan belaka, atau dengan cara mendatangkan jin-jin untuk meminta pertolongan kepada jin-jin tersebut sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan cara demikian dukun-dukun tersebut telah melakukan perbuatan-perbuatan kufur dan sesat.<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan dalam berbagai haditsnya sebagai berikut :<br />
<br />
<br />
"Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab 'Shahih Muslim', bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Barangsiapa mendatangi 'arraaf' (tukang ramal)) kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari."<br />
<br />
<br />
"Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:'Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun)) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Abu Daud).<br />
<br />
<br />
"Dikeluarkan oleh empat Ahlus Sunan dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan lafazh: 'Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam."<br />
<br />
<br />
"Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, ia berkata: 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Bukan termasuk golongan kami yang melakukan atau meminta tathayyur (menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda benda,burung dan lain-lain),yang meramal atau yang meminta diramalkan, yang menyihir atau meminta disihirkan dan barangsiapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam."(HR. Al-Bazzaar,dengan sanad jayyid).<br />
<br />
Hadits-hadits yang mulia di atas menunjukkan larangan mendatangi peramal, dukun dan sebangsanya, larangan bertanya kepada mereka tentang hal-hal yang ghaib, larangan mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, dan ancaman bagi mereka yang melakukannya.<br />
<br />
Oleh karena itu, kepada para penguasa dan mereka yang mempunyai pengaruh di negerinya masing-masing, wajib mencegah segala bentuk praktek tukang ramal, dukun dan sebangsanya, dan melarang orang-orang mendatangi mereka.<br />
<br />
Kepada yang berwenang supaya melarang mereka melakukan praktek-praktek di pasar-pasar, mall-mall atau di tempat-tempat lainnya, dan secara tegas menolak segala yang mereka lakukan. Dan hendaknya tidak tertipu oleh pengakuan segelintir orang tentang kebenaran apa yang mereka lakukan. Karena orang-orang tersebut tidak mengetahui perkara yang dilakukan oleh dukun-dukun tersebut, bahkan kebanyakan mereka adalah orang-orang awam yang tidak mengerti hukum, dan larangan terhadap perbuatan yang mereka lakukan.<br />
<br />
Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang umatnya mendatangi para peramal, dukun dan tukang tenung. Melarang bertanya serta membenarkan apa yang mereka katakan. Karena hal itu mengandung kemungkaran dan bahaya besar, juga berakibat negatif yang sangat besar pula. Sebab mereka itu adalah orang-orang yang melakukan dusta dan dosa.<br />
<br />
Hadits-hadits Rasulullah tersebut di atas membuktikan tentang kekufuran para dukun dan peramal. Karena mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin. Padahal ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka meyakininya, maka hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima perkara ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas diri dari mereka.<br />
<br />
Seorang muslim tidak boleh tunduk dan percaya terhadap dugaan dan sangkaan bahwa cara seperti yang dilakukan itu sebagai suatu cara pengobatan, semisal tulisan-tulisan azimat yang mereka buat, atau menuangkan cairan timah, dan lain-lain cerita bohong yang mereka lakukan.<br />
<br />
Semua ini adalah praktek-praktek perdukunan dan penipuan terhadap manusia, maka barangsiapa yang rela menerima praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan sikap penolakannya, sesungguhnya ia telah menolong dalam perbuatan bathil dan kufur.<br />
<br />
Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang muslim pergi kepada para dukun, tukang tenung, tukang sihir dan semisalnya, lalu menanyakan kepada mereka hal-hal yang berhubungan dengan jodoh, pernikahan anak atau saudaranya, atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga, tentang cinta, kesetiaan, perselisihan atau perpecahan yang terjadi dan lain sebagainya. Sebab semua itu berhubungan dengan hal-hal ghaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh siapa pun kecuali oleh Allah Subhanahhu wa Ta'ala.<br />
<br />
Sihir sebagai salah satu perbuatan kufur yang diharamkan oleh Allah, dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 102 tentang kisah dua Malaikat:<br />
<br />
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarkan ayat (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di Akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui."(Al-Baqarah:102)<br />
<br />
Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang mempelajari ilmu sihir, sesungguhnya mereka mempelajari hal-hal yang hanya mendatangkan mudharat bagi diri mereka sendiri, dan tidak pula mendatangkan sesuatu kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini merupakan ancaman berat yang menunjukkan betapa besar kerugian yang diderita oleh mereka di dunia ini dan di Akhirat nanti. Mereka sesungguhnya telah memperjualbelikan diri mereka dengan harga yang sangat murah, itulah sebabnya Allah berfirman :<br />
<br />
"Dan alangkah buruknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir itu, seandainya mereka mengetahui."<br />
<br />
Kita memohon kepada Allah kesejahteraan dan keselamatan dari kejahatan sihir dan semua jenis praktek perdukunan serta tukang sihir dan tukang ramal. Kita memohon pula kepadaNya agar kaum muslimin terpelihara dari kejahatan mereka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pertolongan kepada kaum muslimin agar senantiasa berhati-hati terhadap mereka, dan melaksanakan hukum Allah dengan segala sangsi-sangsinya kepada mereka, sehingga manusia menjadi aman dari kejahatan dan segala praktek keji yang mereka lakukan.<br />
<br />
Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia!.<br />
<br />
<br />
<br />
TATA CARA MENANGKAL DAN MENANGGULANGI SIHIR<br />
<br />
Allah telah mensyari'atkan kepada hamba-hambaNya supaya mereka menjauhkan diri dari kejahatan sihir sebelum terjadi pada diri mereka. Allah juga menjelaskan tentang bagaimana cara pengobatan sihir bila telah terjadi. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah, kebaikan dan kesempurnaan nikmatNya kepada mereka.<br />
<br />
Berikut ini beberapa penjelasan tentang usaha menjaga diri dari bahaya sihir sebelum terjadi, begitu pula usaha dan cara pengobatannya bila terkena sihir, yakni cara-cara yang dibolehkan menurut hukum syara':<br />
<br />
Pertama: Tindakan preventif, yakni usaha menjauhkan diri dari bahaya sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah penjagaan dengan melakukan dzikir yang disyari'atkan, membaca do'a dan ta'awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya seperti di bawah ini:<br />
<br />
A. Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat lima waktu, sesudah membaca wirid yang disyari'atkan setelah salam, atau dibaca ketika akan tidur. Karena ayat Kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya di dalam Al-Qur'an. Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu hadits shahihnya :<br />
<br />
"Barangsiapa membaca ayat Kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syetan tidak mendekatinya sampai Shubuh."<br />
<br />
Ayat Kursi terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 255 yang bunyinya :<br />
"Allah tidak ada Tuhan selain Dia, Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaanNya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."<br />
<br />
B. Membaca surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas pada setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah shalat Shubuh, dan menjelang malam sesudah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i.<br />
<br />
C. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu ayat 285-286 pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulullah :<br />
<br />
"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya."<br />
<br />
Adapun bacaan ayat tersebut adalah sebagai berikut:<br />
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan), 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya'. (Mereka berdo'a): 'Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali."<br />
<br />
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia mendapat pahala (dari kewajiban) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir."<br />
<br />
D. Banyak berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna.<br />
Hendaklah dibaca pada malam hari dan siang hari ketika berada di suatu tempat, ketika masuk ke dalam suatu bangunan, ketika berada di tengah padang pasir, di udara atau di laut. Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :<br />
<br />
"Barangsiapa singgah di suatu tempat dan dia mengucapkan: 'A'uudzu bi kalimaatillahi attaammaati min syarri maa khalaq' (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu."<br />
<br />
E. Membaca do'a di bawah ini masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang malam :<br />
<br />
"Dengan nama Allah, yang bersama namaNya, tidak ada sesuatu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di langit dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)<br />
Bacaan-bacaan dzikir dan ta'awwudz ini merupakan sebab-sebab yang besar untuk memperoleh keselamatan dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan sihir atau kejahatan lainnya. Yaitu bagi mereka yang selalu mengamalkannya secara benar disertai keyakinan yang penuh kepada Allah, bertumpu dan pasrah kepadaNya dengan lapang dada dan hati yang khusyu'.<br />
<br />
Kedua: Bacaan-bacaan seperti ini juga merupakan senjata ampuh untuk menghilangkan sihir yang sedang menimpa seseorang, dibaca dengan hati yang khusyu', tunduk dan merendahkan diri, seraya memohon kepada Allah agar dihilangkan bahaya dan malapetaka yang dihadapi. Do'a-do'a berdasarkan riwayat yang kuat dari Rasulullah r untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh sihir dan lain sebagainya adalah sebagai berikut:<br />
1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam me-ruqyah (mengobati dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an atau do'a-do'a) sahabat-sahabatnya dengan bacaan :<br />
<br />
Artinya: "Ya Allah, Tuhan segenap manusia….! Hilangkanlah sakit dan sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan penyembuhan dariMu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit." (HR. Al-Bukhari).<br />
<br />
2. Do'a yang dibaca Jibril , ketika meruqyah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.<br />
<br />
"Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala yang menyakitkanmu, dan dari kejahatan setiap diri atau dari pandangan mata yang penuh kedengkian, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu." Bacaan ini hendaknya diulang tiga kali.<br />
<br />
3. Pengobatan sihir cara lainnya, terutama bagi laki-laki yang tidak dapat berjimak dengan istrinya karena terkena sihir. Yaitu, ambillah tujuh lembar daun bidara yang masih hijau, ditumbuk atau digerus dengan batu atau alat tumbuk lainnya, sesudah itu dimasukkan ke dalam bejana secukupnya untuk mandi; bacakan ayat Kursi pada bejana tersebut; bacakan pula surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat-ayat sihir dalam surat Al-A'raf ayat 117-119, surat Yunus ayat 79-82 dan surat Thaha ayat 65-69.<br />
<br />
Surat Al-A'raf ayat 117-119 yang bunyinya:<br />
"Dan Kami wahyukan kepada Musa: 'Lemparkanlah tongkatmu!' Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka orang-orang yang hina."<br />
<br />
Surat Yunus ayat 79-82:<br />
"Fir'aun berkata (kepada pemuka kaumnya): 'Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai'. Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: 'Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan'. Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: 'Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenaran mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsung pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapanNya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya)."<br />
<br />
Surat Thaha ayat 65-69 yang bunyinya :<br />
"Mereka bertanya,'Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamilah yang mula-mula melemparkan?' Musa menjawab,'Silahkan kamu sekalian melemparkan'. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berfirman: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat, sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang."<br />
Setelah selesai membaca ayat-ayat tersebut di atas hendaklah diminum sedikit airnya dan sisanya dipakai untuk mandi.)<br />
Dengan cara ini mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan penyakit yang sedang dideritanya.<br />
<br />
4. Cara pengobatan lainnya, sebagai cara yang paling bermanfaat ialah berupaya mengerahkan tenaga dan daya untuk mengetahui di mana tempat sihir terjadi, di atas gunung atau di tempat manapun ia berada, dan bila sudah diketahui tempatnya, diambil dan dimusnahkan sehingga lenyaplah sihir tersebut.<br />
<br />
Inilah beberapa penjelasan tentang perkara-perkara yang dapat menjaga diri dari sihir dan usaha pengobatan atau cara penyembuhannya, dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.<br />
<br />
Adapun pengobatan dengan cara-cara yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir, yaitu dengan mendekatkan diri kepada jin disertai dengan penyembelihan hewan, atau cara-cara mendekatkan diri lainnya, maka semua ini tidak dibenarkan karena termasuk perbuatan syirik paling besar yang wajib dihindari.<br />
<br />
Demikian pula pengobatan dengan cara bertanya kepada dukun,'arraaf (tukang ramal) dan menggunakan petunjuk sesuai dengan apa yang mereka katakan. Semua ini tidak dibenarkan dalam Islam, karena dukun-dukun tersebut tidak beriman kepada Allah; mereka adalah pendusta dan pembohong yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, dan kemudian menipu manusia.<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan orang-orang yang mendatangi mereka, menanyakan dan membenarkan apa yang mereka katakan, sebagaimana telah dijelaskan hukum-hukumnya di awal tulisan ini.<br />
<br />
Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kita memohon, agar seluruh kaum muslimin dilimpahkan kesejahteraan dan keselamatan dari segala kejahatan, dan semoga Allah melindungi mereka, agama mereka, dan menganugerahkan kepada mereka pemahaman dan agamaNya, serta memelihara mereka dari segala sesuatu yang menyalahi syari'atNya.<br />
<br />
(Dikutip dari tulisan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, dikirim : Selasa, 01 Juli 2003 - 00:54:20 oleh al Akh Hari Nasution. Diterbitkan oleh Depar-temen Urusan KeIslaman, Wakaf, Dakwah Dan Bimbingan Islam, Saudi Arabia)</div>hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-19656918255002556882011-05-20T01:28:00.000+07:002011-05-20T01:29:14.958+07:00Orang Mukmin Tidak Pernah Stres!Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik kesusahan maupun kesenangan, sebagai sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ<br /><br />“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs Al Anbiya’: 35)<br /><br /><br />Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata, “Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)<br /><br />Kebahagiaan hidup dengan bertakwa kepada Allah<br /><br />Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan Hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ<br /><br />“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu.” (Qs al-Anfaal: 24)<br /><br />Ibnul Qayyim -semoga Allah Ta’ala merahmatinya- berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin.” (Kitab Al Fawa-id, hal. 121, Cet. Muassasatu Ummil Qura’)<br /><br />Inilah yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,<br /><br />مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ<br /><br />“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs ِAn Nahl: 97)<br /><br />Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ<br /><br />“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Huud: 3)<br /><br />Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Ibnul Qayyim mengatakan, “Dalam ayat-ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)<br /><br />Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat, yang dirasakan sangat berat oleh orang-orang munafik, sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,<br /><br />وجعلت قرة عيني في الصلاة<br /><br />“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa’i 7/61 dan imam-imam lainnya, dari Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagiir, hal. 544)<br /><br />Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. (Lihat Fatul Qadiir, Asy Syaukaani, 4/129)<br /><br />Sikap seorang mukmin dalam menghadapi masalah<br /><br />Dikarenakan seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, maka masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan karena keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,<br /><br />مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ<br /><br />“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)<br /><br />Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)<br /><br />Inilah sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala dalam mengahadapi musibah tersebut. Tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.<br /><br />Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allah senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan). Sungguh Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,<br /><br />وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ<br /><br />“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs An Nisaa’: 104)<br /><br />Oleh karena itu, orang-orang mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan. Akan tetapi, orang-orang mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allah Ta’ala.” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 421-422, Mawaaridul Amaan)<br /><br />Hikmah cobaan<br /><br />Di samping sebab-sebab yang kami sebutkan di atas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang diberlakukan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Karena dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah Ta’ala.<br /><br />Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:<br /><br />أنا عند ظنّ عبدي بي<br /><br />“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HSR al-Bukhari no. 7066 dan Muslim no. 2675)<br /><br />Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala. (Lihat kitab Faidhul Qadiir, 2/312 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/53)<br /><br />Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:<br /><br />[Pertama]<br /><br />Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan hal. 422, Mawaaridul Amaan). Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,<br /><br />“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, no. 143)<br /><br />[Kedua]<br /><br />Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 424, Mawaaridul amaan) Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HSR Muslim no. 2999)<br /><br />[Ketiga]<br /><br />Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, karena Allah menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 423, Mawaaridul Amaan dan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, hal. 461, Cet. Dar Ibni Hazm). Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br /><br />كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل<br /><br />“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HSR Al Bukhari no. 6053)<br /><br />Penutup<br /><br />Sebagai penutup, kami akan membawakan sebuah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang gambaran kehidupan guru beliau, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah merahmatinya–. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allah Ta’ala takdirkan bagi dirinya.<br /><br />Ibnul Qayyim bercerita, “Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada gurunya, Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, aku mendapati beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)<br /><br />وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين<br /><br />Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 15 Rabi’ul awwal 1430 H<br /><br />***<br /><br />Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim Al Buthoni, Lc.<br />Artikel www.muslim.or.idhasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-88861543085420789482011-05-20T01:25:00.000+07:002011-05-20T01:26:26.176+07:00Resep Hidup BahagiaSeandainya kita bertanya kepada orang-orang di sekeliling kita dari berbagai agama, bangsa, profesi dan status sosial tentang cita-cita mereka hidup di dunia ini tentu jawaban mereka sama “kami ingin bahagia”. Bahagia adalah keinginan dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia demikian juga orang kafir pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia. Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui bahagia yang sebenarnya dan tidak mengetahui cara untuk meraihnya. Meskipun ada sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat hidup di dunia akan tetapi kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan. Sehingga sebagian orang selalu merasakan kekhawatiran mengenai masa depan mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.<br /><br />Allah berfirman dalam surat Al Jumu’ah ayat 8:<br /><br />قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ<br /><br />“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah: 8)<br /><br />Banyak orang yang beranggapan bahwasanya orang-orang barat adalah orang-orang yang hebat. Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang barat hidup penuh dengan kebahagiaan, ketenteraman dan ketenangan. Tetapi fakta berbicara lain, realita di lapangan menunjukkan bahwa secara umum orang-orang barat itu hidup penuh dengan penderitaan. Hal ini dikuatkan dengan berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh orang-orang barat sendiri tentang kasus pembunuhan, bunuh diri dan berbagai tindakan kejahatan yang lainnya, namun ada sekelompok manusia yang memahami hakikat kebahagiaan bahkan mereka sudah menempuh jalan untuk mencapainya. Merekalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Mereka memandang kebahagiaan itu terdapat dalam sikap taat kepada Allah dan mendapat ridho-Nya, menjalankan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.<br /><br />Boleh jadi di antara mereka yang tidak memiliki kebutuhan pokoknya setiap harinya, akan tetapi dia adalah seorang yang benar-benar bahagia dan bergembira bagaikan pemilik dunia dan segala isinya.<br /><br />Allah berfirman,<br /><br />قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ<br /><br />“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)<br /><br />Jika mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh menuju bahagia maka hal ini tidak pernah dialami oleh seorang mukmin. Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan sudah terpampang jelas di hadapannya. Cita-cita agar mendapatkan kebahagiaan terbesar mendorongnya untuk menghadapi beragam kesulitan.<br /><br />Terdapat berbagai keterangan dari wahyu Alloh sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman bahwasanya dirinya sudah berada di atas jalan yang benar dan tepat Allah berfirman:<br /><br />وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ<br /><br />“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’aam: 153)<br /><br />Jika di antara kita yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang celaka maka Allah sudah memberikan jawaban dengan firman-Nya:<br /><br />فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ خَالِدِينَ فِيهَا مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّمَاشَآءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّ مَاشَآءَ رَبُّكَ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ<br /><br />“Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 106-108)<br /><br />Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia, maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,<br /><br />ٌّفَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى<br /><br />“Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha: 123-124)<br /><br />Dan juga dalam firman-Nya,<br /><br />مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ<br /><br />“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)<br /><br />Kebahagiaan seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya, semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin berkurang jika hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.<br /><br />Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya.<br /><br />Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />“Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)<br /><br />Inilah yang merupakan puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang abstrak, tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tidak bisa dibeli dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah kebahagiaan. Bahagia itu muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari luar.<br /><br />Tanda Kebahagiaan<br /><br />Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal tersebut adalah bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika mendapatkan cobaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali tidak pernah bisa terlepas dari 3 hal tersebut:<br /><br />1. Syukur ketika mendapatkan nikmat.<br /><br />Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, ternyata hanya orang berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya. Karena hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang menganugerahkannya. Syukur dibangun di atas 5 prinsip pokok:<br /><br /> 1. Ketundukan orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.<br /> 2. Rasa cinta terhadap yang memberi nikmat.<br /> 3. Mengakui adanya nikmat yang diberikan.<br /> 4. Memuji orang yang memberi nikmat karena nikmat yang dia berikan.<br /> 5. Tidak menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang tidak disukai oleh yang memberi nikmat.<br /><br />Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan dengan sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan selamanya.<br /><br />2. Sabar ketika mendapat cobaan.<br /><br />Dalam hidup ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada berbagai ujian dari Allah dan kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kita bisa disebut orang yang benar-benar bersabar.<br /><br /> 1. Menahan hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.<br /> 2. Menahan lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.<br /> 3. Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di benarkan ketika terjadi musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.<br /><br />Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan benar maka cobaan akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.<br /><br />3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.<br /><br />Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: “Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka.” Banyak orang bertanya kepada beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas beliau menjelaskan: “Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan ’saya sudah berbuat demikian dan demikian’. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya ‘ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cobaan kepada orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ‘ujub. Jika ini terjadi, maka kehancuran sudah berada di hadapan mata.”<br /><br />Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”<br /><br />Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.”<br /><br />Ada ulama salaf yang mengatakan, “Pada malam hari orang-orang gemar sholat malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh orang yang bergelimang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini.”<br /><br />Ulama’ salaf yang lain mengatakan, “Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selama setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya.”<br /><br />Ulama salaf yang lain mengatakan, “Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar.”<br /><br />Ibrahim bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain mengatakan, “Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan.”<br /><br />Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’” Wallahu a’laam.<br /><br />(Diterjemahkan dengan bebas dari As Sa’adah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha, cet. Dar. Al Wathan)<br /><br />(Makalah Studi Islam Intensif 2005)<br /><br />***<br /><br />Disusun oleh: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar<br />Artikel www.muslim.or.idhasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-21829766650428820602011-05-20T01:22:00.000+07:002011-05-20T01:23:25.720+07:00Syukur di Kala Meraih SuksesDi kala impian belum terwujud, kita selalu banyak memohon dan terus bersabar menantinya. Namun di kala impian sukses tercapai, kadang kita malah lupa daratan dan melupakan Yang Di Atas yang telah memberikan berbagai kenikmatan. Oleh karenanya, apa kiat ketika kita telah mencapai hasil yang kita idam-idamkan? Itulah yang sedikit akan kami kupas dalam tulisan sederhana ini.<br /><br />Akui Setiap Nikmat Berasal dari-Nya<br /><br />Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui bahwa semuanya berasal dari Allah Ta’ala dan jangan berlaku angkuh dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang pantas mendapatkannya. Coba kita renungkan firman Allah Ta’ala,<br /><br />لا يَسْأَمُ الإنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ<br /><br />“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Fushshilat: 49). Atau pada ayat lainnya,<br /><br />وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ<br /><br />“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)<br /><br />Inilah tabiat manusia, yang selalu tidak sabar jika ditimpa kebaikan atau kejelekan. Ia akan selalu berdo’a pada Allah agar diberikan kekayaan, harta, anak keturunan, dan hal dunia lainnya yang ia cari-cari. Dirinya tidak bisa merasa puas dengan yang sedikit. Atau jika sudah diberi lebih pun, dirinya akan selalu menambah lebih. Ketika ia ditimpa malapetaka (sakit dan kefakiran), ia pun putus asa. Namun lihatlah bagaimana jika ia mendapatkan nikmat setelah itu? Bagaimana jika ia diberi kekayaan dan kesehatan setelah itu? Ia pun lalai dari bersyukur pada Allah, bahkan ia pun melampaui batas sampai menyatakan semua rahmat (sehat dan kekayaan) itu didapat karena ia memang pantas memperolehnya. Inilah yang diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,<br /><br />وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي<br /><br />“Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: “Ini adalah hakku.”(QS. Fushshilat: 50)<br /><br />Sifat orang beriman tentu saja jika ia diberi suatu nikmat dan kesuksesan yang ia idam-idamkan, ia pun bersyukur pada Allah. Bahkan ia pun khawatir jangan-jangan ini adalah istidroj (cobaan yang akan membuat ia semakin larut dalam kemaksiatan yang ia terjang). Sedangkan jika hamba tersebut tertimpa musibah pada harta dan anak keturunannya, ia pun bersabar dan berharap karunia Allah agar lepas dari kesulitan serta ia tidak berputus asa.[1]<br /><br />Ucapkanlah “Tahmid”<br /><br />Inilah realisasi berikutnya dari syukur yaitu menampakkan nikmat tersebut dengan ucapan tahmid (alhamdulillah) melalui lisan. Ini adalah sesuatu yang diperintahkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,<br /><br />وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ<br /><br />“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. Adh Dhuha: 11)<br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,<br /><br />التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ ، وَتَرْكُهَا كُفْرٌ<br /><br />“Membicarakan nikmat Allah termasuk syukur, sedangkan meninggalkannya merupakan perbuatan kufur.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih Al Jaami’ no. 3014).<br /><br />Lihat pula bagaimana impian Nabi Ibrahim tercapai ketika ia memperoleh anak di usia senja. Ketika impian tersebut tercapai, beliau pun memperbanyak syukur pada Allah sebagaimana do’a beliau ketika itu,<br /><br />الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ<br /><br />“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39).<br /><br />Para ulama salaf ketika mereka merasakan nikmat Allah berupa kesehatan dan lainnya, lalu mereka ditanyakan, “Bagaimanakah keadaanmu di pagi ini?” Mereka pun menjawab, “Alhamdulillah (segala puji hanyalah bagi Allah).”[2]<br /><br />Oleh karenanya, hendaklah seseorang memuji Allah dengan tahmid (alhamdulillah) atas nikmat yang diberikan tersebut. Ia menyebut-nyebut nikmat ini karena memang terdapat maslahat dan bukan karena ingin berbangga diri atau sombong. Jika ia malah melakukannya dengan sombong, maka ini adalah suatu hal yang tercela.[3]<br /><br />Memanfaatkan Nikmat dalam Amal Ketaatan<br /><br />Yang namanya syukur bukan hanya berhenti pada dua hal di atas yaitu mengakui nikmat tersebut pada Allah dalam hati dan menyebut-nyebutnya dalam lisan, namun hendaklah ditambah dengan yang satu ini yaitu nikmat tersebut hendaklah dimanfaatkan dalam ketaaatan pada Allah dan menjauhi maksiat.<br /><br />Contohnya adalah jika Allah memberi nikmat dua mata. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk membaca dan mentadaburi Al Qur’an, jangan sampai digunakan untuk mencari-cari aib orang lain dan disebar di tengah-tengah kaum muslimin. Begitu pula nikmat kedua telinga. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk mendengarkan lantunan ayat suci, jangan sampai digunakan untuk mendengar lantunan yang sia-sia. Begitu pula jika seseorang diberi kesehatan badan, maka hendaklah ia memanfaatkannya untuk menjaga shalat lima waktu, bukan malah meninggalkannya. Jadi, jika nikmat yang diperoleh oleh seorang hamba malah dimanfaatkan untuk maksiat, maka ini bukan dinyatakan sebagai syukur.<br /><br />Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Katsir berkata, sebagai penduduk Hijaz berkata, Abu Hazim mengatakan,<br /><br />كل نعمة لا تقرب من الله عز وجل، فهي بلية.<br /><br />“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.”[4]<br /><br />Mukhollad bin Al Husain mengatakan,<br /><br />الشكر ترك المعاصي<br /><br />“Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.”[5]<br /><br />Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: [1] mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), [2] membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan [3] menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan).<br /><br />Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan,<br /><br />وَأَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ<br /><br />“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.”[6]<br /><br />Merasa Puas dengan Rizki Yang Allah Beri<br /><br />Karakter asal manusia adalah tidak puas dengan harta. Hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai haditsnya. Ibnu Az Zubair pernah berkhutab di Makkah, lalu ia mengatakan,<br /><br />يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ »<br /><br />“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)<br /><br />Inilah watak asal manusia. Sikap seorang hamba yang benar adalah selalu bersyukur dengan nikmat dan rizki yang Allah beri walaupun itu sedikit. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ<br /><br />“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)<br /><br />Dan juga mesti kita yakini bahwa rizki yang Allah beri tersebut adalah yang terbaik bagi kita karena seandainya Allah melebihkan atau mengurangi dari yang kita butuh, pasti kita akan melampaui batas dan bertindak kufur. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ<br /><br />“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)<br /><br />Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[7]<br /><br />Patut diingat pula bahwa nikmat itu adalah segala apa yang diinginkan seseorang. Namun apakah nikmat dunia berupa harta dan lainnya adalah nikmat yang hakiki? Para ulama katakan, tidak demikian. Nikmat hakiki adalah kebahagiaan di negeri akhirat kelak. Tentu saja hal ini diperoleh dengan beramal sholih di dunia. Sedangkan nikmat dunia yang kita rasakan saat ini hanyalah nikmat sampingan semata. Semoga kita bisa benar-benar merenungkan hal ini.[8]<br /><br />Jadilah Hamba yang Rajin Bersyukur<br /><br />Pandai-pandailah mensyukuri nikmat Allah apa pun itu. Karena keutamaan orang yang bersyukur amat luar biasa. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ<br /><br />“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imron: 145)<br /><br />وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ<br /><br />“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS. Ibrahim: 7)<br /><br />Ya Allah, anugerahkanlah kami sebagai hamba -Mu yang pandai bersyukur pada-Mu dan selalu merasa cukup dengan segala apa yang engkau beri.<br /><br />Diselesaikan atas taufik Allah di Pangukan-Sleman, 23 Rabi’ul Akhir 1431 H<br /><br />Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br /><br />Artikel www.muslim.or.id<br />[1] Lihat Taysir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 752, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H dan Tafsir Al Jalalain, hal. 482, Maktabah Ash Shofaa.<br /><br />[2] Lihat Mukhtashor Minhajil Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 262, Darul Aqidah, cetakan pertama, tahun 1426 H.<br /><br />[3] Lihat Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, hal. 202, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, cetakan tahun 1424 H.<br /><br />[4] Jaami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, 294, Darul Muayyid<br /><br />[5] ‘Iddatush Shobirin, hal. 49, Mawqi’ Al Waroq<br /><br />[6] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 11/135, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.<br /><br />[7] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/278, Muassasah Qurthubah.<br /><br />[8] Lihat Mukhtashor Minhajil Qoshidin, hal. 266.hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-7871188074004353852011-05-20T01:20:00.001+07:002011-05-20T01:20:34.613+07:00Di Saat Impian Belum TerwujudSegala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.<br /><br />Setiap orang pasti memiliki impian dan cita-cita. Berbagai usaha pun dikerahkan untuk mencapai impian tersebut. Namun kadang usaha untuk menggapai impian kandas di tengah jalan dikarenakan berbagai rintangan dari dalam maupun dari luar. Tentu saja impian yang kami maksudkan di sini adalah impian yang logis yang bisa dicapai dan bukan hanya khayalan di negeri antah berantah. Di saat impian tadi belum terwujud, bagaimanakah cara untuk menggapainya? Semoga tulisan ini bisa memberikan solusi terbaik.<br /><br />Belajar dari Kisah Istri Ibrahim ‘alaihis salam<br /><br />Suatu pelajaran yang patut dicontoh adalah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama istrinya, Sarah. Lihatlah impiannya untuk memiliki anak sekian lama, akhirnya bisa terwujud. Padahal ada tiga sebab yang menjadi penghalang ketika itu. Sarah sudah sangat tua, Ibrahim pun demikian dan Sarah adalah wanita yang mandul.[1] Ada ulama yang berpendapat bahwa ketika anaknya Ishaq itu lahir, Sarah berusia 90-an tahun dan Ibrahim berusia 100-an tahun.[2] Namun di usia sudah sangat senja seperti itu, Allah Ta’ala memudahkan mereka memiliki anak, yaitu Ishaq yang akan menjadi seorang Nabi. Mengenai kisah Ibrahim dan Sarah, kita dapat melihat dalam dua surat. Dalam kisah mereka, Allah Ta’ala menceritakan kedatangan tamu (para malaikat). Ia pun dan istrinya menjamu mereka dengan sangat baiknya dan malaikat tersebut membawa kabar gembira pada Ibrahim dan Sarah atas kelahiran Ishaq,<br /><br />فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (28) فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ (29) قَالُوا كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ (30)<br /><br />“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”. Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. ” (QS. Adz Dzariyaat: 24-30)<br /><br />Dalam surat Huud, Allah Ta’ala menceritakan,<br /><br />وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ (71) قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (72)<br /><br />“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” ” (QS. Huud: 71-72)<br /><br />Lihatlah bagaimana impian Sarah dan Ibrahim untuk memiliki anak baru terwujud setelah mereka berada di usia sangat-sangat tua. Ketika menyebutkan kisah ini, Allah Ta’ala pun mengatakan di akhir kisah bahwa Allah itu Al ‘Alim (Maha Mengilmui) dan Al Hakim (Maha Bijaksana). Artinya, Allah Ta’ala memiliki ilmu yang sempurna. Sedangkan Allah itu Al Hakim menunjukkan bahwa Allah memiliki kehendak, keadilan, rahmat, ihsan, dan kebaikan yang sempurna. Di samping itu Allah Ta’ala pun betul-betul menempatkan sesuatu pada tempatnya. Inilah pelajaran di balik nama Allah Al Alim dan Al Hakim.[3] Suatu yang mustahil dapat terjadi jika Allah menghendaki. Suatu impian yang sulit terwujud dapat digapai dengan kekuasaan Allah. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ<br /><br />“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21). Maha Mulia Allah Ta’ala dengan segala sifat-sifatnya yang maha sempurna.<br /><br />Pahamilah Takdir Ilahi<br /><br />Ketahuilah setiap yang terjadi di muka bumi ini sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh sejak 50.000 tahun yang lalu sebelum penciptaan langit dan bumi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ<br /><br />“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)<br /><br />Jika seseorang mengimani takdir ini dengan benar, maka ia pasti akan memperoleh kebaikan yang teramat banyak. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.” (Al Fawaid, hal. 94) [4]<br /><br />Yang Allah takdir pun tidaklah sia-sia. Pasti ada hikmah di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)<br /><br />“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)<br /><br />وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ<br /><br />“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39). Oleh karena itu, jika impian itu belum terwujud, maka perlu kita pahami bahwa itulah ketentuan Allah. Allah menjanjikan hikmah di balik itu semua karena sifat hikmah yang sempurna yang Dia miliki.<br /><br />Terus Tawakkal dan Berusaha Semaksimal Mungkin<br /><br />Kita harus punya sifat optimis dengan selalu bertawakkal (menyandarkan hati pada Allah) dan tetap berusaha untuk menggapai impian yang kita cita-citakan. Ingatlah bahwa siapa saja yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka pasti Allah Ta’ala akan memberikan ia jalan keluar dan akan memberikan ia selalu kecukupan. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ<br /><br />“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)<br /><br />Perlu diperhatikan bahwa impian bukan sekedar angan-angan yang tidak ada realisasinya. Jika impian ingin dicapai, tentu harus ada usaha semaksimal mungkin. Cobalah kita saksikan contoh gampangnya adalah seekor burung ketika ia ingin menggapai impiannya untuk memperoleh makanan di hari itu, dia pun pergi ke luar sarangnya untuk mencari hajat yang ia butuhkan. Ketika pulang pun ia dalam keadaan tenang. Inilah yang diisyaratkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,<br /><br />لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً<br /><br />“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Umar bin Al Khottob;derajat hasan). Lihatlah bagaimana seekor burung saja mewujudkan impiannya dengan mencari rizki, dengan berusaha semaksimal mungkin. Bagaimanakah lagi kita selaku insan yang diberi anugerah akal oleh Sang Kholiq?<br /><br />Teruslah Memohon pada Allah<br /><br />Untuk mewujudkan impian, janganlah lupakan Yang Di Atas. Kadang kita lalai dan hanya bergantung pada diri kita sendiri yang lemah dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Maka perbanyaklah do’a. Karena setiap do’a pastilah bermanfaat. Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ<br /><br />“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)<br /><br />Jika ada yang bertanya, “Aku sudah seringkali berdo’a, namun mengapa impianku belum tercapai juga?” Kami bisa menjawab sebagai berikut:<br /><br />Pertama: Do’a boleh jadi terkabul, namun kita saja yang tidak mengetahui bentuk terkabulnya. Terkabulnya do’a bisa jadi dengan dipalingkan dari kejelekan dari do’a yang kita minta. Dan boleh jadi Allah simpan terkabulnya do’a tadi di akhirat kelak. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »<br /><br />“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad, dari Abu Sa’id; derajat hasan)<br /><br />Contohnya seseorang berdo’a, “Allahummar-zuqnii, Allahummar-zuqnii” (Ya Allah, berilah aku rizki. Ya Allah, berilah aku rizki). Boleh jadi do’a tersebut, Allah kabulkan segera atau diakhirkan. Allah Ta’ala Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba tersebut. Bahkan boleh jadi pula, Allah simpan do’a tersebut untuk meninggikan derajatnya di surga. Ini tentu saja lebih tinggi dari kebahagiaan di dunia. Kebahagiaan di akhirat kelak tentu jauh berbeda dari kebahagiaan di dunia. Malik bin Dinar mengatakan,<br /><br />لو كانت الدنيا من ذهب يفنى ، والآخرة من خزف يبقى لكان الواجب أن يؤثر خزف يبقى على ذهب يفنى ، فكيف والآخرة من ذهب يبقى ، والدنيا من خزف يفنى؟<br /><br />“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan fana. Lalu bagaimana lagi jika akhirat itu adalah emas yang akan kekal abadi dan dunia adalah tembikar yang akan fana?”[5]<br /><br />Kedua: Terkabulnya do’a boleh jadi diakhirkan agar seseorang tetap giat dan bersemangat dalam berdo’a. Ketika ia giat berdo’a, maka ia pun akan mendapatkan ketinggian derajat di akhirat kelak. Cobalah kita perhatikan apa yang terjadi pada para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Mereka terus saja berdo’a dan memperbanyak do’a, namun terkabulnya do’a mereka diakhirkan agar mereka tetap semangat dalam berdo’a. Di antara contohnya adalah Nabi Ayyub ‘alaihis salam yang diberi cobaan penyakit selama 18 tahun sehingga ia pun dijauhi kerabat dan yang lainnya. Namun ia tetap terus berdo’a dan berdo’a. Allah pun memujinya karena kesabarannya tersebut,<br /><br />إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ<br /><br />“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).” (QS. Shaad: 44)[6]<br /><br />Ketiga: Boleh jadi do’a tersebut sulit terkabul karena beberapa faktor penghalang. Di antara faktor penghalang adalah seseorang mengangkat tangan ke langit, namun ia sering mengkonsumsi makanan, minuman dan menggunakan pakaian yang haram atau diperoleh dari hasil yang haram (sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim no. 1015, dari Abu Hurairah). Inilah yang membuat do’a seseorang sulit terkabul. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita rajin mengintrospeksi diri, siapa tahu do’a kita tidak kunjung terkabul karena sebab mengkonsumsi yang haram.<br /><br />Penutup<br /><br />Teruslah berusaha, memohon pada Allah, dan janganlah putus asa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ<br /><br />“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim no. 2664, dari Abu Hurairah)<br /><br />Jadikanlah impian kita semata-mata untuk tujuan akhirat dan bukan dunia semata. Jika ingin meraih kekayaan, jadikanlah ia sebagai amal sholih untuk tujuan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ<br /><br />“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465, shahih)<br /><br />Ketika impian tercapai, maka perbanyaklah syukur pada Allah dengan selalu taat dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Lihatlah bagaimana do’a Ibrahim ketika di usia senja ia masih diberi keturunan.<br /><br />الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39)<br /><br />“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39). Ada ulama yang mengatakan bahwa ketika Isma’il lahir, usia Ibrahim 99 tahun dan ketika Ishaq lahir, usia beliau 112 tahun.[7]<br /><br />Semoga tulisan ini bermanfaat. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.<br /><br />Diselesaikan di saat safar di Pangukan-Sleman, 20 Rabi’ul Awwal 1431 H<br /><br />Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br /><br />Artikel www.muslim.or.id<br />[1] Faedah dari penjelasan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Al Karimir Rahman, hal. 810, Muassasah Ar Risalah, Beirut, Libanon, cetakan pertama, 1423 H.<br /><br />[2] Sebagaimana disebutkan dalam tafsir Al Jalalain ketika menafsirkan surat Adz Dzariyat ayat 29.<br /><br />[3] Lihat Ar Risalah At Tabukiyah (Zaadul Muhaajir), Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 42, terbitan Darul Hadits.<br /><br />[4] Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 94, Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, tahun 1425 H.<br /><br />[5] Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7/473, Mawqi’ At Tafasir.<br /><br />[6] Lihat penjelasan Syaikh Musthofa Al ‘Adawi dalam Fiqh Ad Du’aa, hal 116, Maktabah Makkah, cetakan pertama, 1422 H.<br /><br />[7] Lihat tafsir Al Jalalain ketika menjelaskan surat Ibrahim ayat 39.hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-53471981596094162112011-05-20T01:15:00.000+07:002011-05-20T01:16:00.070+07:00Malas Beraktivitas, Mungkin Anda Lalai dari Dzikir PagiSegala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.<br /><br />An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul “Keutamaan tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid“.<br /><br />Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in –Simak bin Harb-. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh,<br />أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-<br /><br />“Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”<br />Jabir menjawab,<br />نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِى أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.<br /><br />“Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670)<br /><br />An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan). Al Qadhi Husain mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari.” (Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/29, Asy Syamilah)<br /><br />Membaca Dzikir Pagi Menjadi Kebiasaan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu<br /><br />Dari Abu Wa’il, dia berkata, “Pada suatu pagi kami mendatangi Abdullah bin Mas’ud selepas kami melaksanakan shalat shubuh. Kemudian kami mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan untuk masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Lalu keluarlah budaknya sembari berkata, “Mari silakan masuk.” Kemudian kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir.<br /><br />Ibnu Mas’ud lantas berkata, “Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”<br /><br />Lalu kami menjawab, “Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”<br /><br />Ibnu Mas’ud lantas bekata, “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?”<br /><br />Kemudian Ibnu Mas’ud kembali berdzikir hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Lantas beliau memanggil budaknya, “Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit.” Si budak tadi kemudian melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit, beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata, “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau mengatakan,<br />الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا<br /><br />“Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.” (HR. Muslim no. 822)<br /><br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Menjadi Malas Beraktivitas Disebabkan Lupa Dzikir Pagi<br /><br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah orang yang gemar beribadah dan bukanlah orang yang kelihatan bengis sebagaimana anggapan sebagian orang. Kita dapat melihat aktivitas beliau di pagi hari sebagaimana dikisahkan oleh muridnya –Ibnu Qayyim Al Jauziyah.-<br />Ketika menjelaskan faedah dzikir bahwa dzikir dapat menguatkan hati dan ruh, Ibnul Qayim mengatakan,<br /><br />“Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah suatu saat shalat shubuh. Kemudian (setelah shalat shubuh) beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga pertengahan siang. Kemudian berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.” (Al Wabilush Shoyib min Kalamith Thoyib, hal.63, Maktabah Syamilah)<br /><br />Di Antara Dzikir Pagi yang Ringan yang Bisa Rutin Dibaca<br /><br />[1] Membaca istigfar sebanyak 100x: Astagfirullah wa atubu ilaih<br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ<br /><br />“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari, pen) kecuali aku telah beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR. An Nasa’i. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 1600. Lihat Al Mu’jam Al Awsath lith Thobroniy, 8/432, Asy Syamilah)<br /><br />[2] Membaca sayyidul istighfar 1x<br /><br />Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,<br /><br />“Penghulu istigfar adalah apabila engkau mengucapkan,<br /><br />اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ<br /><br />[Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtaniy wa ana 'abduka wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastatho'tu. A'udzu bika min syarri maa shona'tu, abu-u laka bi ni'matika 'alayya wa abu-u bi dzanbi. Faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta] “Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR. Bukhari no. 6306)<br /><br />[3] Membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, dan An Naas masing-masing sebanyak 3x<br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />« (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »<br /><br />“Membaca Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Al Muwa’idzatain (surat Al Falaq dan An Naas) ketika sore dan pagi hari sebanyak tiga kali akan mencukupkanmu dari segala sesuatu).” (HR. Abu Daud no. 5082. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini hasan)<br /><br />Jika ingin mengetahui dan mengamalkan dzikir-dzikir pagi lainnya, silakan dilihat di kitab Hisnul Muslim (karya Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni hafizhohullah, sudah banyak diterjemahkan) atau buku Do’a dan Dzikir karya Al Ustadz Yazid bin Abdil Qodir Jawas hafizhohullah.<br /><br />Semoga Allah menjadikan waktu pagi kita menjadi waktu yang penuh berkah. Semoga Allah memudahkan kita melakukan amalan yang bermanfaat di dalamnya.<br /><br />***<br /><br />Di pagi hari yang penuh berkah, 9 Rabi’ul Akhir 1430 H<br /><br />Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br /><br />Artikel www.muslim.or.idhasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-84405473886000695172011-05-20T01:13:00.000+07:002011-05-20T01:14:15.627+07:00Do’a Nabi, Do’a TerbaikSungguh indah apa yang dinyatakan oleh Imam Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr Al Qurthubi rahimahullah, beliau mengatakan,<br /><br />فَعَلَى الْإِنْسَانِ أَنْ يَسْتَعْمِلَ مَا فِي كِتَابِ اللهِ وَصَحِيْحِ السُّنَّةِ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَاهُ وَلاَ يَقُوْلُ أَخْتَارُهُ كَذَا فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدِ اخْتَارَ لِنَبِيِّهِ وَأَوْلِيَائِهِ وَعَلَّمَهُمْ كَيْفَ يَدْعُوْنَ<br /><br />”Seyogyanya seorang menggunakan do’a-do’a yang tercantum dalam Al Qur-an dan berbagai hadits yang shahih (valid berasal dari nabi-peny) serta meninggalkan berbagai do’a yang tidak bersumber dari keduanya. Janganlah ia mengatakan, “Saya telah memilih do’a[2] sendiri (untuk diriku)”, karena Allah ta’ala telah memilihkan dan mengajarkan berbagai do’a kepada nabi dan para wali-Nya (dalam Al Qur-an dan sunnah nabi-Nya) ”.[3]<br /><br />Wejangan dan Kritik<br /><br />Perkataan beliau di atas merupakan wejangan sekaligus kritikan. Merupakan wejangan, karena beliau menasihati kita sebagai kaum muslimin untuk menggunakan berbagai do’a yang bertebaran di dalam Al Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, karena berbagai do’a yang tercantum di dalam dua sumber tersebut merupakan wahyu yang nihil dari kesalahan.<br /><br />Perkataan beliau juga merupakan kritik bagi kita yang terkadang lebih mengedepankan do’a-do’a buatan yang tidak bersumber dari keduanya. Terkadang, dalam meminta kebaikan kepada-Nya, atau memohon agar dihindarkan dari keburukan, kita lebih memprioritaskan penggunaan do’a yang diperoleh dari guru-guru spiritual, mengesampingkan do’a-do’a yang besumber dari Al Quran dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Allah menginginkan untuk diminta dan Dia telah memberitahukan (berbagai macam) do’a di dalam kitab-Nya kepada makhluk-Nya. Begitu pula dengan nabi, beliau telah mengajar umatnya berbagai bentuk do’a. Do’a-do’a tersebut mengandung tiga hal, yaitu ilmu tauhid, ilmu bahasa, dan nasihat kepada umat ini. Oleh karena itu, seorang tidak boleh berpaling dari do’a yang diajarkan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Sangat disayangkan saat ini), syaithan telah memperdaya manusia dari kedudukan yang agung ini, dia mendatangkan orang-orang jahat yang merekayasa berbagai do’a buatan untuk mereka, sehingga mereka pun sibuk untuk mengerjakan berbagai do’a tersebut dan tidak mengikuti tuntunan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[4]<br /><br />Do’a Nabi, Do’a Terbaik<br /><br />Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pribadi yang paling mengenal Allah, tentulah merupakan pribadi yang paling tahu kebaikan apa yang paling pantas diminta kepada Rabb-nya, demikian pula beliau tentulah mengetahui bentuk keburukan yang paling pantas untuk dihindari. Dengan demikian, seorang muslim tatkala meminta kebaikan kepada Allah dalam do’anya, hendaknya dia meminta sebagaimana permintaan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula tatkala dia memohon perlindungan dari keburukan, hendaklah dia meminta layaknya nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah ta’ala.<br /><br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,<br /><br />وينبغى للخلق أن يدعوا بالأدعية الشرعية التى جاء بها الكتاب والسنة فان ذلك لا ريب فى فضله وحسنه وأنه الصراط المستقيم صراط الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا<br /><br />“Manusia sepatutnya berdo’a dengan berbagai syar’i yang terdapat dalam Al Quran dan sunnah, karena tidak disangsikan lagi akan keutamaan dan kebaikannya. Sesungguhnya itulah jalan yang lurus, jalan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiiqiin, syuhada, dan shalihin, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”[5]<br /><br />Beliau juga mengatakan,<br /><br />لَا رَيْبَ أَنَّ الْأَذْكَارَ وَالدَّعَوَاتِ مِنْ أَفْضَلِ الْعِبَادَاتِ وَالْعِبَادَاتُ مَبْنَاهَا عَلَى التَّوْقِيفِ وَالِاتِّبَاعِ لَا عَلَى الْهَوَى وَالِابْتِدَاعِ فَالْأَدْعِيَةُ وَالْأَذْكَارُ النَّبَوِيَّةُ هِيَ أَفْضَلُ مَا يَتَحَرَّاهُ الْمُتَحَرِّي مِنْ الذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ وَسَالِكُهَا عَلَى سَبِيلِ أَمَانٍ وَسَلَامَةٍ وَالْفَوَائِدُ وَالنَّتَائِجُ الَّتِي تَحْصُلُ لَا يُعَبِّرُ عَنْهُ لِسَانٌ وَلَا يُحِيطُ بِهِ إنْسَانٌ وَمَا سِوَاهَا مِنْ الْأَذْكَارِ قَدْ يَكُونُ مُحَرَّمًا وَقَدْ يَكُونُ مَكْرُوهًا وَقَدْ يَكُونُ فِيهِ شِرْكٌ مِمَّا لَا يَهْتَدِي إلَيْهِ أَكْثَرُ النَّاسِ<br /><br />”Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk ibadah yang utama dan ibadah terbangun di atas pondasi tauqif (terima jadi dari pembuat syari’at-peny) dan ittiba’ (mengikuti aturan syari’at-peny), bukan mengikuti keinginan pribadi dan ibtida’ (membuat-buat sendiri). Dengan demikian berbagai do’a dan dzikir yang dituntunkan oleh nabi merupakan bentuk yang terbaik. Orang yang mengikuti tuntunan nabi dalam berdo’a dan berdzikir berada di atas jalan keamanan dan keselamatan. Berbagai faedah dan buah yang dipetik (oelehnya) tidak dapat diungkapkan oleh lisan dan tidak dapat diketahui oleh manusia. Adapun berbagai dzikir selain yang dituntunkan nabi terkadang berstatus haram, makruh atau bahkan berstatus kesyirikan (yang sangat disayangkan) betapa banyak orang yang tidak memperoleh petunjuk dalam hal ini.”[6]<br /><br />Satu pertanyaan penting yang patut dijawab,<br /><br />“Bagaimana bisa seorang muslim meninggalkan berbagai keutamaan dan kebaikan yang telah nyata terdapat dalam do’a-do’a yang tercantum dalam Al Quran dan lebih mengutamakan untuk memanjatkan do’a kepada-Nya dengan berbagai do’a yang dibuat-buat oleh tuan guru, kyai, ustadz, dan semisalnya, padahal belum jelas keutamaan dan kebaikan dari do’a mereka tersebut?!”<br /><br />Nabi dan Sahabat pun Memperhatikan<br /><br />Perhatian terhadap penggunaan berbagai lafadz do’a yang syar’i juga dapat kita petik dari tindakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Mereka pun turut mengingkari penggunaan do’a-do’a yang direkayasa karena mengandung mudharat. Berikut beberapa contoh akan hal tersebut:<br /><br /> * Di dalam hadits diterangkan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan do’a kepada para sahabatnya sebagaimana beliau mengajarkan satu surat kepada mereka[7]. Beliau mengajarkan mereka untuk memperhatikan pengucapan huruf, urutan kata di dalam do’a, melarang mereka untuk menambahi atau mengurangi, menghimbau untuk mempelajari dan menjaga lafadz do’a yang diajarkan beliau.[8]<br /> * Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang yang sakit mendadak sehingga badannya pun melemah. Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Apakah engkau berdo’a atau meminta dengan lafadz do’a tertentu?” Pria tersebut menjawab, “Benar, saya memanjatkan do’a dengan lafadz berikut: “Wahai Allah, segala adzab yang Engkau sediakan untukku di akhirat, segerakanlah di dunia ini.” Nabi pun berkata, “Subhanallah, engkau tidak akan mampu memikulnya, mengapa engkau tidak mengucapkan, “Wahai Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.” Anas mengatakan, “Pria tersebut berdo’a dengan do’a tersebut dan Allah pun memberi kesembuhan kepadanya.”[9]<br /><br />Perhatikan! Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur sahabat di atas karena do’a yang dipanjatkannya, do’a yang murni berasal dari dirinya sendiri mengandung kemudharatan meski motivasi sahabat memanjatkan do’a tersebut dikarenakan rasa takut beliau terhadap siksaan di akhirat kelak.<br /><br /> * Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajari sahabat Al Barra bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu do’a tidur dengan lafadz berikut,<br /><br />اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِى إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِى إِلَيْكَ ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى أَرْسَلْتَ<br /><br />“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu,menghadapkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus.”<br /><br />Ketika Al Barra mencoba menghafal do’a di atas, beliau keliru dan mengganti lafadz [نَبِيِّكَ] dengan [رَسُولِكَ], nabi pun menegur dan mengoreksinya.[10] Hal ini menunjukkan perhatian nabi terhadap penggunaan do’a yang sesuai dengan tuntunan beliau, tanpa disertai tambahan dan pengurangan.<br /><br />Imam Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan,<br /><br />وأولى ما قيل في الحكمة في رده صلى الله عليه وسلم على من قال الرسول بدل النبي ان ألفاظ الأذكار توقيفية ولها خصائص وأسرار لا يدخلها القياس فتجب المحافظة على اللفظ الذي وردت به<br /><br />“Hikmah yang paling utama dari tindakan penolakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang mengucapkan lafadz rasul sebagai ganti lafadz nabi bahwasanya lafadz-lafadz dzikir adalah tauqifiyah (harus mengikuti dalil, ed) dan memiliki berbagai kekhususan dan rahasia yang tidak bisa diketahui oleh akal, sehingga wajib menggunakan berbagai lafadz do’a yang disyari’atkan (baca: terdapat dalam Al Quran dan sunnah).”[11]<br /><br /> * Para sahabat justru mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau untuk mengajarkan do’a kepada mereka, padahal mereka adalah kaum yang berilmu dan fasih dalam berbahasa. Tengoklah permintaan Abu Bakr ash shiddiq radhiallahu ‘anhu yang meminta nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan sebuah do’a untuk dia ucapkan di dalam shalat.[12]<br /> * Imam Ahmad meriwayatkan dan selainnya dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu ‘anhu, dia mendengar anaknya tengah bermunajat dengan do’a berikut,<br /><br />اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا<br /><br />“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana putih di surga bagian kanan jika aku memasukinya.”<br /><br />Abdullah bin Mughaffal pun mengoreksi anaknya,<br /><br />أَىْ بُنَىَّ سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنَ النَّارِ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّهُ سَيَكُونُ فِى هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِى الطُّهُورِ وَالدُّعَاءِ<br /><br />“Wahai anakku, cukup engkau meminta jannah kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya dari api neraka. Sesungguhnya aku mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada sekelompok orang dari umat ini yang melampaui batas dalam bersuci dan berdo’a.”[13]<br /><br />Perhatikan pengingkaran Ibnu Mughaffal radhiallahu ‘anhu terhadap do’a yang dipanjatkan anaknya, yang merupakan hasil rekayasa sang anak. Hal ini menunjukkan pada kita, do’a yang tidak bersumber dari Al Quran dan sunnah rentan keliru.<br /><br />Dampak Negatif Penggunaan Do’a dan Dzikir yang Diada-adakan<br /><br />Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullah mengatakan, “Barangsiapa yang merenungkan realitas sebagian kaum muslimin, terlebih mereka yang berafiliasi kepada sebagian tarekat sufi, akan menjumpai bahwa mereka sibuk mengerjakan berbagai macam dzikir dan do’a yang diada-adakan (baca: bid’ah). Mereka pun membacanya siang dan malam, sepanjang pagi dan petang. Dengan sebab itu, mereka pun meninggalkan (do’a-do’a) yang terdapat dalam Al Quran, berpaling dari berbagai do’a yang berasal dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap tarekat memiliki wirid-wirid khusus yang dibaca dengan metode tertentu, sehingga setiap tarekat sufi memiliki kumpulan wirid dan hizb khusus, setiap kelompok saling membanggakan wirid dan hizib yang dimiliki dan berkeyakinan bahwa wirid tersebut lebih afdhal daripada wirid yang dimiliki tarekat sufi yang lain.”[14]<br /><br />Serupa dengan penuturan Syaikh Abdurazzaq, pemaparan yang dikemukakan oleh Syaikh Muhammad al Khidr bin Mayabi Asy Syinqithi dalam kitab beliau “Musytahil Kharifil Janni fii Raddi Zalaqaatit Tijanil Janni”, tatkala membantah kaum sufi Tijani.<br /><br />Beliau mengatakan, “Sesungguhnya mereka (kaum Tijani) gemar terhadap sesuatu yang asing (yang tidak berasal dari agama ini, pent-). Oleh karena itu, anda dapat melihat mereka lebih senang untuk bershalawat dengan menggunakan lafadz-lafadz shalawat yang terdapat dalam kitab Dalaa-iul Khairaat dan yang semisalnya, padahal sebagian besar riwayat tersebut tidak memiliki sanad yang shahih. Anda pun dapat melihat mereka benci untuk menggunakan berbagai lafadz shalawat yang diriwayatkan secara shahih dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tercantum dalam Shahih Bukhari. Tidak akan anda temui seorang pun dari para ulama yang berwirid dengan lafadz-lafadz shalawat dari kitab tersebut (Dalaa-ilul Khairaat-pent). Perbuatan yang mereka lakukan itu tidak lain disebabkan karena kegemaran mereka terhadap sesuatu yang asing (bid’ah). Adapun jika kebenaran itu terlihat, tentulah seorang yang berakal, terlebih seorang ulama, tidak akan berpaling dari lafadz shalawat yang shahih dan berasal dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dirinya malah beralih kepada lafadz shalawat yang tidak terdapat dalam hadits shahih, atau bahkan beralih pada lafadz shalawat yang bersumber dari mimpi-mimpi orang yang sekilas terlihat shalih.”[15]<br /><br />Demikianlah keadaan kaum muslimin yang terjadi saat ini. Mereka lebih mengutamakan do’a dan dzikir yang diajarkan dan dituntunkan oleh syaikh, guru, ustadz, atau kyai mereka tanpa memperhatikan bersumber dari mana do’a dan dzikir tersebut. Padahal sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Sesuatu yang bertentangan dengan tuntunan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jelas merupakan suatu keburukan dan memiliki dampak negatif. Tidak terkecuali dengan berbagai ragam do’a dan dzikir bid’ah ini. Diantara dampak negatif hal tersebut adalah sebagai berikut:<br /><br /> * Do’a dan dzikir yang bid’ah tidak mampu memenuhi tujan peribadatan, yaitu menyucikan dan membersihkan hati dari berbagai kotoran, tidak mampu menyembuhkan berbagai penyakit yang bersarang di dalam hati, apatah lagi mendekatkan hati kepada sang Pencipta. Berbeda halnya dengan do’a dan dzikir yang bersumber dari Al Quran dan hadits yang shahih, do’a dan dzikir yang bersumber dari keduanya merupakan obat yang sangat berguna untuk menghilangkan berbagai kotoran dan penyakit di dalam hati. Dengan demikian orang yang lebih memilih untuk menggunakan berbagai do’a dan dzikir yang bid’ah, adalah mereka yang lebih memilih sesuatu yang hina sebagai ganti dari sesuatu yang lebih baik.<br /><br /> * Do’a dan dzikir bid’ah tersebut menjadikan pelakunya terluput dari pahala besar yang disediakan bagi mereka yang konsisten mengerjakan dan menerapkan dengan benar berbagai do’a dan wirid yang bersumber dari Al Quran dan sunnah. Mereka yang mengerjakan berbagai do’a dan dzikir bid’ah tersebut tidak mendatangkan pahala dan manfaat bagi, justru mereka memperoleh kemurkaan Allah ta’ala atas perbuatannya tersebut.<br /><br /> * Do’a yang diada-adakan (bid’ah) bertentangan dengan syari’at, oleh karenanya sangat sulit terkabul, padahal tujuan dari berdo’a adalah agar permohonan kita dikabulkan. Mengapa do’a yang bid’ah tertolak? Karena nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد<br /><br />“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak dituntunkan dalam agama, maka amalannya tersebut tertolak.”[16]<br /><br /> * Berbagai do’a dan dzikir yang bid’ah pada umumnya mengandung berbagai perkara yang mungkar, entah karena dipraktekkan dengan keliru dan tidak pada tempatnya, sebagai perantara kesyirikan, mengandung tawassul bid’ah, atau bahkan kesyirikan yang nyata karena memanjatkan permintaan yang hanya pantas ditujukan kepada Allah, Rabbul ‘alamin. Contoh akan hal ini seperti qasidah dalam kitab Syawahidul Haqq[17] karya Yusuf An Nabhani ash Shufi,<br /><br />يا رسول الإله إني ضعيف فاشفعني أنت مقصد للشفاء<br /><br />يا رسوا لإله إن لم تغثني فإلى من ترى يكون التجائي<br /><br />Wahai rasulullah, sesungguhnya aku tidak berdaya<br /><br />Maka berilah syafaat untuk diriku, dirimulah harapanku untuk sembuh<br /><br />Wahai rasululah, jika engkau tidak menolongku<br /><br />Kepada siapa lagi aku berlindung[18]<br /><br /> * Orang yang mempraktekkan do’a dan dzikir bid’ah dan meninggalkan tuntunan Allah dan rasul-Nya telah membarter kebaikan dengan keburukan, mengganti sesuatu yang bermanfaat dengan yang berbahaya, dan tidak disangsikan lagi hal ini tentu merupakan kerugian yang teramat nyata.<br /><br /> * Seorang yang rutin mengerjakan berbagai do’a dan dzikir yang bid’ah pada umumnya tidak tahu akan maknanya dikarenakan berbagai wirid tersebut tersusun dari berbagai ungkapan yang asing dan tidak jelas. Padahal yang dituntut dalam berdo’a dan berdzikir adalah menghadirkan hati dan ikhlas. Bagaimana bisa hal itu tercapai jika kita tidak tahu akan makna do’a dan dzikir yang dipanjatkan?!<br /><br />Seorang yang berdo’a namun tidak tahu akan makna do’a yang dipanjatkan tidak bisa dikatakan dia sedang meminta atau berdo’a kepada Allah, karena dia tidak tahu apa yang sedang diminta, dia seperti seorang yang hanya menuturkan perkataan orang lain. Renungkanlah!<br /><br />Waffaqaniyallahu wa iyyakum.<br /><br />Buaran Indah, Tangerang, 19 Rajab 1431 H.<br /><br />Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim<br /><br />Artikel www.muslim.or.id<br />[1] Diadaptasi dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar karya Syaikh Abdurrazzaq al Badr.<br /><br />[2] Pembahasan ini turut mencakup dzikir karena pada dasarnya dzikir termasuk do’a.<br /><br />[3] Al Jami’ Li Ahkamil Qur-an 4/226.<br /><br />[4] Al Futuhaat Ar Rabbaniyah 1/17.<br /><br />[5] Al Fatawa 1/346.<br /><br />[6] Al Fatawa 22/511.<br /><br />[7] Lihat HR. Bukhari: 1109 dan Muslim: 403.<br /><br />[8] Fathul Baari 11/183.<br /><br />[9] HR. Muslim: 2688.<br /><br />[10] HR. Muslim: 2710.<br /><br />[11] Fathul Baari: 11/112.<br /><br />[12] HR. Bukhari: 5967 dan Muslim: 2705.<br /><br />[13] HR. Abu Dawud: 96, Ibnu Majah:<br /><br />[14] Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar 2/54.<br /><br />[15] Dikutip dari Ash Shalawat karya Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad hfz.<br /><br />[16] HR. Muslim: 1718.<br /><br />[17] Syawahidul Haqq hlm. 352.<br /><br />[18] Qasidah ini mengandung kesyirikan yang teramat nyata berdasarkan dua hal. Pertama, di dalamnya termuat permohonan kepada rasulullah terhadap sesuatu yang tidak mampu dilakukan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah surat Al A’raaf: 188. Kedua, permintaan ini dilakukan ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, padahal rasulullah hanya mampu memohonkan kebaikan bagi seorang ketika beliau masih hidup.<br /><br />‘Aisyah radhiallahu ‘anha pernah mengatakan, “Aduh, bisa mati aku karena sakit kepala! ” Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,<br /><br />ذَاكِ لَوْ كَانَ وَأَنَا حَىٌّ ، فَأَسْتَغْفِرُ لَكِ وَأَدْعُو لَكِ<br /><br />“Jika hal itu terjadi dan aku masih hidup, maka aku akan memohon ampun dan berdo’a bagimu.” (HR. Bukhari: 5342).<br /><br />Renungkanlah hadits nabi di atas! Hadits tersebut merupakan salah satu nash (dalil tegas) yang membantah keyakinan kaum muslimin yang mengagungkan kubur para wali.hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-16842429410605848112011-05-20T01:07:00.000+07:002011-05-20T01:08:14.177+07:00Orang Bertakwa Tidak Pernah Merasa MiskinSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,<br /><br />Adapun mengenai firman Allah Ta’ala,<br /><br />{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }<br /><br />“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.<br /><br />Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:<br /><br />{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }<br /><br />“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”<br /><br />Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.”<br /><br />Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا<br /><br />“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.<br /><br />Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda halnya dengan keadaan manusia yang Allah ceritakan,<br /><br />{ فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ } { وَأَمَّا إذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ } { كُلًّا }<br /><br />“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16)<br /><br />Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia berarti dimuliakan. Sebaliknya orang yang disempitkan rizkinya, belum tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang dilapangkan rizki baginya hanya sebagai istidroj (agar ia semakin terlena dengan maksiatnya). Begitu pula boleh jadi seseorang disempitkan rizkinya untuk melindungi dirinya dari bahaya. Sedangkan jika ada orang yang sholih yang disempitkan rizkinya, boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa yang ia perbuat sebagaimana sebagian salaf mengatakan,<br /><br />إنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ<br /><br />“Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia perbuat.”<br /><br />Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ<br /><br />“Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.”[1]<br /><br />Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai kesulitan. (Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-ayat berikut ini).<br /><br />Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1) أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ (2) وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ<br /><br />“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya” (QS. Huud: 1-3)<br /><br />فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)<br /><br />“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)<br /><br />{ وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا } { لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ }<br /><br />“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya.” (QS. Al Jin: 16-17)<br /><br />وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ<br /><br />“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)<br /><br />وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ<br /><br />“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al Maidah: 66)<br /><br />وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ<br /><br />“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30)<br /><br />وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ<br /><br />“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)<br /><br />مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ<br /><br />“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa’: 79)<br /><br />{ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ } { فَلَوْلَا إذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ }<br /><br />“Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 42-43)<br /><br />Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam kitabnya bahwa Dia akan menguji hamba-Nya dengan kebaikan atau dengan kejelekan. Kebaikan yang dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur. Dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدِ إلَّا لِلْمُؤْمِنِ إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ<br /><br />“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi seorang mukmin suatu ketentuan melainkan itu baikk baginya. Hal ini tidaklah mungkin kita jumpai kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa suatu bahaya, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.”<br /><br />Demikian penjelasan dari Abul ‘Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Al Fatawa (16/52-54). Semoga bermanfaat dan dapat sebagai penyejuk hati yang sedang gundah.<br /><br />Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.<br /><br />Panggang-GK, 26 Jumadil Awwal 1431 H (10/05/2010)<br /><br />Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br /><br />Artikel www.muslim.or.idhasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-26880355437543194432011-05-20T00:56:00.000+07:002011-05-20T01:01:13.571+07:00Miskin Tapi KayaImam As-Syafii rahimahullah berkata :<br /><br />إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ….. فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Jika engkau memiliki hati yang selalu qona’ah …<br /><br />maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia</span><br /><br /><br /><br />Sekitar tujuh tahun yang lalu saya berkunjung di kamar seorang teman saya di Universitas Madinah yang berasal dari negara Libia, dan kamar tersebut dihuni oleh tiga mahasiswa yang saling dibatasi dengan sitar (kain) sehingga membagi kamar tersebut menjadi tiga petak ruangan kecil berukuran sekitar dua kali tiga meter. Ternyata… ia sekamar dengan seorang mahasiswa yang berasal dari negeri China yang bernama Ahmad. Beberapa kali aku dapati ternyata Ahmad sering dikunjungi teman-temannya para mahasiswa yang lain yang juga berasal dari China. Rupanya mereka sering makan bersama di kamar Ahmad, sementara Ahmad tetap setia memasakkan makanan buat mereka. Akupun tertarik melihat sikap Ahmad yang penuh rendah diri melayani teman-temannya dengan wajah yang penuh senyum semerbak. Ahmad adalah seorang mahasiswa yang telah berkeluarga dan telah dianugerahi seorang anak. Akan tetapi jauhnya ia dari istri dan anaknya tidaklah menjadikan ia selalu dipenuhi kesedihan…, hal ini berbeda dengan kondisi sebagian mahasiswa yang selalu bersedih hati karena memikirkan anak dan istrinya yang jauh ia tinggalkan.<br /><br />Suatu saat akupun menginap di kamar temanku tersebut, maka aku dapati ternyata Ahmad bangun sebelum sholat subuh dan melaksanakan sholat witir, entah berapa rakaat ia sholat. Tatkala ia hendak berangkat ke mesjid maka akupun menghampirinya dan bertanya kepadanya, “Wahai akhi Ahmad, aku lihat engkau senantiasa ceria dan tersenyum, ada apakah gerangan”, Maka Ahmadpun dengan serta merta berkata dengan polos, “Wahai akhi… sesungguhnya Imam As-Syafi’i pernah berkata bahwa jika hatimu penuh dengan rasa qonaa’h maka sesungguhnya engkau dan seorang raja di dunia ini sama saja”.<br /><br />Aku pun tercengang… sungguh perkataan yang indah dari Imam As-Syafii… rupanya inilah rahasia kenapa Ahmad senantiasa tersenyum.<br /><br />Para pembaca yang budiman Qona’ah dalam bahasa kita adalah “nerimo” dengan apa yang ada. Yaitu sifat menerima semua keputusan Allah. Jika kita senantiasa merasa nerima dengan apa yang Allah tentukan buat kita, bahkan kita senantiasa merasa cukup, maka sesungguhnya apa bedanya kita dengan raja dunia. Kepuasan yang diperoleh sang raja dengan banyaknya harta juga kita peroleh dengan harta yang sedikit akan tetapi dengan hati yang qona’ah.<br /><br />Bahkan bagitu banyak raja yang kaya raya ternyata tidak menemukan kepuasan dengan harta yang berlimpah ruah… oleh karenanya sebenarnya kita katakan “Jika Anda memiliki hati yang senantiasa qona’ah maka sesungguhnya Anda lebih baik dari seorang raja di dunia”.<br /><br />Kalimat qona’ah merupakan perkataan yang ringan di lisan akan tetapi mengandung makna yang begitu dalam. Sungguh Imam As-Syafi’i tatkala mengucapkan bait sya’ir diatas sungguh-sungguh dibangun di atas ilmu yang kokoh dan dalam.<br /><br />Seseorang yang qona’ah dan senantiasa menerima dengan semua keputusan Allah menunjukkan bahwa ia benar-benar mengimani taqdir Allah yang merupakan salah satu dari enam rukun Iman.<br /><br />Ibnu Batthool berkata<br /><br />وَغِنَى النَّفْسِ هُوَ بَابُ الرِّضَا بِقَضَاءِ اللهِ تَعَالىَ وَالتَّسْلِيْم لأَمْرِهِ، عَلِمَ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ للأَبْرَارِ، وَفِى قَضَائِهِ لأوْلِيَائِهِ الأَخْيَارِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Dan kaya jiwa (qona’ah) merupakan pintu keridhoan atas keputusan Allah dan menerima (pasrah) terhadap ketetapanNya, ia mengetahui bahwasanya apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik, dan pada ketetapan Allah lebih baik bagi wali-wali Allah yang baik” </span>(Syarh shahih Al-Bukhari)<br /><br />Orang yang qona’ah benar-benar telah mengumpulkan banyak amalan-amalan hati yang sangat tinggi nilainya. Ia senantiasa berhusnudzon kepada Allah, bahwasanya apa yang Allah tetapkan baginya itulah yang terbaik baginya. Ia bertawakkal kepada Allah dengan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, sedikitnya harta di tangannya tetap menjadikannya bertawakkal kepada Allah, ia lebih percaya dengan janji Allah daripada kemolekan dunia yang menyala di hadapan matanya.<br /><br />Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata ;<br /><br />إِنَّ مِنْ ضَعْفِ يَقِيْنِكَ أَنْ تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقُ مِنْكَ بِمَا فِي يَدِ اللهِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Sesungguhnya di antara lemahnya imanmu engkau lebih percaya kepada harta yang ada di tanganmu dari pada apa yang ada di sisi Allah”</span> (Jami’ul ‘Uluum wal hikam 2/147)<br /><br />Orang yang qona’ah tidak terpedaya dengan harta dunia yang mengkilau, dan ia tidak hasad kepada orang-orang yang telah diberikan Allah harta yang berlimpah. Ia qona’ah… ia menerima semua keputusan dan ketetapan Allah. Bagaimana orang yang sifatnya seperti ini tidak akan bahagia..???!!!<br /><br />Allah berfirman,<br /><br />مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ<br /><br /><span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;">Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.</span></span> (An-Nahl : 97)<br /><br />Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :الحَيَاةُ الطَّيِّبَةُ الْقَنَاعَةُ Kehidupan yang baik adalah qona’ah (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At-Thobari dalam tafsirnya 17/290)<br /><br />Renungkanlah bagaimana kehidupan orang yang paling bahagia yaitu Nabi kita shallallahu ‘alahi wa sallam…sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anhaa,<br /><br />عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِي إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَتْ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ فَقُلْتُ يَا خَالَةُ مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ قَالَتْ الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ إِلَّا أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِيرَانٌ مِنْ الْأَنْصَارِ كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَلْبَانِهِمْ فَيَسْقِينَا<br /><br />Aisyah berkata kepada ‘Urwah, “Wahai putra saudariku, sungguh kita dahulu melihat hilal kemudian kita melihat hilal (berikutnya) hingga tiga hilal selama dua bulan, akan tetapi sama sekali tidak dinyalakan api di rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Maka aku (Urwah) berkata, “Wahai bibiku, apakah makanan kalian?”, Aisyah berkata, “Kurma dan air”, hanya saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tetangga dari kaum Anshoor, mereka memiliki onta-onta (atau kambing-kambing) betina yang mereka pinjamkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diperah susunya, maka Rasulullahpun memberi susu kepada kami dari onta-onta tersebut” (HR Al-Bukhari no 2567 dan Muslim no 2972)<br /><br />Dua bulan berlalu di rumah Rasulullah akan tetapi tidak ada yang bisa dimasak sama sekali di rumah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Makanan beliau hanyalah kurma dan air.<br /><br />Rumah beliau sangatlah sempit sekitar 3,5 kali 5 meter dan sangat sederhana. ‘Athoo’ Al-Khurosaani rahimahullah berkata : “Aku melihat rumah-rumah istri-istri Nabi terbuat dari pelepah korma, dan di pintu-pintunya ada tenunan serabut-serabut hitam. Aku menghadiri tulisan (keputusan) Al-Waliid bin Abdil Malik (khalifah tatkala itu) dibaca yang memerintahkan agar rumah istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimasukan dalam areal mesjid Rasululullah. Maka aku tidak pernah melihat orang-orang menangis sebagaimana tangisan mereka tatkala itu (karena rumah-rumah tersebut akan dipugar dan dimasukan dalam areal mesjid-pen). Aku mendengar Sa’iid bin Al-Musayyib berkata pada hari itu,<br /><br />واللهِ لَوَدِدْتُ أَنَّهُمْ تَرَكُوْهَا عَلَى حَالِهَا يَنْشَأُ نَاشِيءٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَيَقْدُمُ الْقَادِمُ مِنَ الأُفُقِ فَيَرَى مَا اكْتَفَى بِهِ رَسُوْلُ اللهِ فِي حَيَاتِهِ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ مِمَّا يُزَهِّدُ النَّاسَ فِي التَّكَاثُرِ وَالتَّفَاخُرِ<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Sungguh demi Allah aku sangat berharap mereka membiarkan rumah-rumah Rasulullah sebagaimana kondisinya, agar jika muncul generasi baru dari penduduk Madinah dan jika datang orang-orang dari jauh ke kota Madinah maka mereka akan melihat bagaimana kehidupan Rasulullah. Hal ini akan menjadikan orang-orang mengurangi sikap saling berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta dan sikap saling bangga-banggaan”</span> (At-Tobaqoot Al-Kubroo li Ibn Sa’ad 1/499)<br /><br />Orang-orang mungkin mencibirkan mulut tatkala memandang seorang yang qona’ah yang berpenampilan orang miskin.., karena memang ia adalah seorang yang miskin harta. Akan tetapi sungguh kebahagiaan telah memenuhi hatinya.<br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan yang haqiqi adalah kaya jiwa (hati)” </span>(HR Al-Bukhari no 6446 dan Muslim no 1050)<br /><br />Ibnu Battool rahimahullah berkata, “Karena banyak orang yang dilapangkan hartanya oleh Allah ternyata jiwanya miskin, ia tidak nerimo dengan apa yang Allah berikan kepadanya, maka ia senantiasa berusaha untuk mencari tambahan harta, ia tidak perduli dari mana harta tersebut, maka seakan-akan ia adalah orang yang kekurangan harta karena semangatnya dan tamaknya untuk mengumpul-ngumpul harta. Sesungguhnya hakekat kekayaan adalah kayanya jiwa, yaitu jiwa seseorang yang merasa cukup (nerimo) dengan sedikit harta dan tidak bersemangat untuk menambah-nambah hartanya, dan nafsu dalam mencari harta, maka seakan-akan ia adalah seorang yang kaya dan selalu mendapatkan harta” (Syarh Ibnu Batthool terhadap Shahih Al-Bukhari)<br /><br />Abu Dzar radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya,<br /><br />يَا أَبَا ذَر، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ : أَفَتَرَى قِلَّةِ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قال : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?”. Aku (Abu Dzar) berkata : “Iya Rasulullah”. Rasulullah berkata : “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?”, Aku (Abu Dzar ) berkata, “Benar Rasulullah”. Rasulullahpun berkata : “Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki-pen) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki-pen) adalah miskinnya hati”</span> (HR Ibnu Hibbaan dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam shahih At-Targiib wa At-Tarhiib no 827)<br /><br />Maka orang yang qona’ah meskipun miskin namun pada hakikatnya sesungguhnya ialah orang yang kaya.<br /><br />Madinah, 10 04 1432 H / 15 03 2011 M<br /><br />Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc, MA<br /><br />Artikel www.muslim.or.idhasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5356932551071142764.post-25125504001571994962011-05-20T00:20:00.000+07:002011-05-20T00:27:50.125+07:00KEUTAMAAN JUM’ATبسم الله الرحمن الرحيم<br /><br />Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Rabb seluruh alam. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada pimpinan para nabi dan rasul yaitu nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga kepada keluarganya, para shahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga akhir zaman. Amma ba’du.<br /><br />Saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Ta’la, hari Jum’at adalah hari yang mengandung keutamaan yang sangat besar, yang tidak terdapat pada hari-hari yang lain. Maka sepantasnya kita mengagungkan dan memuliakan serta berusaha meraih keutamaan tersebut dengan melakukan berbagai amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, khususnya yang relevan dengan keutamaan-keutamaan yang terkandung di dalam hari Jum’at seperti sholat Jum’at berjama’ah, memperbanyak do’a serta sedekah, dan lain-lain. Adapun rinciannya, akan nampak jelas bagi para pembaca setelah membaca uraiannya. Selamat membaca! semoga bermanfaat, dan semoga Allah Ta’ala memberi hidayah ilmu dan hidayah amal kepada kita semua sehinga dengannya kita bisa mengilmui dan mengamalkannya. Amin Yaa Mujiibas Saailiin.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Jum’at adalah hari ibadah</span><br /><br />Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam Tafsir Ibnu Katsir (4/385,386) : Dinamakan Jum’at (aljum’atuh) karena ia merupakan pecahan dari kata (al-jam’u=berkumpul), dimana orang-orang Islam berkumpul pada hari Jum’at dalam setiap pekan satu kali untuk melakukan ibadah (sholat Jum’at). Hal tersebut telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran :<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum’at, Maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah,…”</span> [QS. Al-Jumu’ah : 9]<br /><br />Maksud dari kata (fas’au= bersegeralah) disini adalah sengajakanlah dan fokuskanlah perjalanan kalian untuk menuju sholat Jum’at, dan bukan maksudnya “berjalan cepat (terburu-buru)”. Adapun terburu-buru berjalan menuju sholat, maka hal tersebut dilarang. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Apabila kalian mendengar iqomah (adzan) maka berjalanlah kalian menuju sholat, dan wajib atas kalian untuk tenang dan janganlah kalian tergesa-gesa. Apa saja yang kalian dapati (dari sholat itu) maka sholatlah dan apa saja yang luput dari kalian maka sempurnakanlah.”</span> [HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]<br /><br />Dan Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : “… Maka hari Jum’at adalah hari ibadah dan ia berada diantara hari-hari sebagaimana bulan Ramadhan berada diantara bulah-bulan; dan hari Jum’at adalah waktu terkabulnya do’a sebagaimana pada Lailatul Qodr di bulan Ramadhan.” [Zadul Ma’ad :1/398]<br /><br />Keutamaan Hari Jum’at<br /><br />Diantara keutamaan Hari Jum’at yaitu :<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Hari Jum’at adalah hari yang paling baik</span>, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Sebaik-baik hari yang matahari terbit didalamnya adalah hari Jum’at. nabi Adam diciptakan pada Hari Jum’at, beliau dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari surga pada hari Jum’at, dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.”</span> [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Didalamnya disyari’atkan sholat Jum’at yang merupakan kewajiban Islam yang paling ditekankan dan merupakan salah satu waktu berkumpulnya Kaum Muslimin yang paling agung</span>. Barangsiapa yang meninggalkan karena meremehkan, maka Allah Ta’ala menutup hatinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shohih riwayat Imam Muslim<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Pada hari Jum’at terdapat waktu dikabulkannya doa</span>. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba Muslim mencocoki (berada pada) waktu tersebut dalam keadaan sholat memohon sesuatu kepada Allah, kecuali akan diberikan/dikabulkan baginya, hanya saja waktu itu sangat singkat.”</span>[Muttafaqun ’alaih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]<br /><br />Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata; “dan yang paling kuat dari perkataan-perkataan ini (perkataan tentang waktu dikabulkannya do’a pada hari Jum’at) ada dua perkataan :<br /><br />Pertama: mulai dari duduknya imam/khatib (diatas mimbar) sampai selesainya sholat.<br /><br />Kedua: setelah sholat Ashor; dan perkataan yang kedua ini yang lebih kuat. [Zaadul Ma’ad :1/398,390]<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Bersedekah pada hari Jum’at lebih baik daripada bersedekah pada selain hari Jum’at.</span> Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ka’ab yang mauquf shohih dan memiliki hukum marfu’ :<br /><br />“… Dan sedekah padanya (pada hari Jum’at) lebih agung daripada sedekah pada seluruh hari selainnya.”<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Hari Jum’at adalah hari dimana Allah ‘azza wa jalla menampakkan diri kepada orang-orang mu’min di surga</span>. Anas Bin Malik berkata tentang firman Allah Ta’ala<br /><br />وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ<br /><br />“dan pada sisi Kami ada tambahannya” (QS. Qaaf : 35)<br /><br />Yaitu “Allah ‘azza wa jalla menampakkan diri kepada orang-orang mu’min di surga pada setiap hari Jum’at.”<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Hari Jum’at adalah hari raya kaum Muslimin yang berulang setiap pekan</span>.<br /><br />Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br /><br />“Sesungguhnya ini (hari Jum’at) adalah hari raya yang Allah jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa yang hendak pergi sholat Jum’at, maka hendaklah dia mandi …” [HR. Ibnu Majah]<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Hari Jum’at adalah hari dimana Allah Ta’ala menghapuskan kesalahan-kesalahan.</span> Hal ini berdasarkan hadits Salman, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at dan dia bersuci sesuai dengan kemampuannya, lalu dia memakai minyak yang harum atau memakai parfum dari rumahnya, kemudian dia keluar (menuju masjid) dan dia tidak memisahkan antara dua orang, lalu dia sholat sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala tentukan, kemudian dia diam jika imam (khatib) telah mulai berkhutbah; kecuali akan diampuni dosa-dosa yang dia lakukan antara Jum’at tersebut dengan Jum’at berikutnya.</span>” [HR. Al-Bukhori]<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;"><br />=> Orang yang berjalan menuju sholat Jum’at, setiap langkahnya diberi pahala sama dengan satu tahun puasa dan sholat</span>. Adapun dalilnya adalah hadits Aus Bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Barangsiapa yang menyetubuhi istrinya pada hari Jum’at lalu mandi kemudian bergegas menuju masjid sambil berjalan kaki dan tidak menaiki kendaraan, lalu duduk mendekat kepada imam sembari mendengarkan khutbah dan tidak berbicara, maka setiap langkah yang dia ayunkan akan mendapatkan pahala seperti pahala puasa dan sholat selama setahun, dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”</span> [HR. Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah]<br /><br />Allahhu Akbar …!!! Allah Maha Besar !!!<br /><br />Setiap langkah menuju sholat Jum’at sebanding dengan puasa dan sholat selama setahun!!<br /><br />Maka dimanakah orang-orang yang mau berlomba untuk meraih hadiah yang sangat besar ini ??<br /><br />Ini adalah karunia Allah yang sangat besar yang diberikannya kepada siapa yang dikehendakinya.<br /><br />Allah Ta’ala berfirman :<br /><br />ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاء وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah mempunyai karunia yang sangat besar.”</span> [QS. Al-Hadid : 21]<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Sesungguhnya neraka Jahannam dinyalakan setiap hari dalam sepekan, kecuali pada hari Jum’at</span>. Hal tersebut sebagai penghormatan bagi hari yang agung ini.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">=> Meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at adalah salah satu tanda Husnul Khotimah (kematian yang baik), dimana orang yang meninggal pada hari atau malam Jum’at tersebut akan diamankan dari fitnah kubur.</span><br /><br />Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Tidaklah seorang Muslim meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, kecuali Allah Ta’ala akan menjaganya dari fitnah kubur.”</span> [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dishohihkan oleh Al-Albani]<br /><br />Wallahu Ta’ala A’lam Bish showab<br /><br />Maroji (Kitab Rujukan) :<br /><br />Risalah “Al-Jum’ah, Ahkam, Adab, Fadho’ilu Ma’a,Tanbihaat ‘Ala Ba’dhil Akhtho’, disusun oleh Qismul ‘Alamiy Darul Wathon, muroja’ah Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid.<br /><br />*******<br /><br />Sumber: Booklet Dakwah Al-Ilmu. Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari. Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.hasan bisrihttp://www.blogger.com/profile/13219533194644152696noreply@blogger.com0